Chapter 5

50 37 0
                                    

⚠️TYPOO BERTEBARAN⚠️

"Dan setiap hal baik yang kulakukan, aku berharap Selalu ada dia didalamnya"

(The 1975 - About You)

__Happy Reading__

______________________________________

Lapangan basket...

Padahal hari minggu, namun terdengar suara riuh dari arah lapangan basket. Bukan setan kok! Tapi memang jadwalnya anak Club basket yang akan latihan setiap hari minggu tepatnya di sore hari.

Dewangga dengan kaos oblong berwarna putihnya sesekali melompat memasukkan bola ke dalam ring dan itu membuat yang lain berteriak penuh kagum. Tidak diragukan lagi sih, apalagi tinggi badan Angga yang sudah menyamai atlet basket profesional sehingga memasukkan sebuah bola kedalam ring bukanlah hal yang sulit.

Cukup lama Angga bermain, kini ia merasa sangat gerah dan memilih menghentikan latihannya. Ia berjalan keluar dari area lapangan kemudian duduk di sebuah bangku penonton.

"Gue yakin kita bakal menang dari SMK Taruna kalau main lo kayak gini terus!"
Puji Agra mendudukkan bokongnya di samping Angga.

Sama seperti Angga, Agra mulai menonton temannya yang lain bermain.

Angga sejenak mengatur nafasnya
"Tapi SMK Taruna itu kebanyakan Atlet, jangan lupa!" Tegurnya mengingatkan.

Sedang yang ditegur hanya tertawa remeh. Agra memang orang yang cukup percaya diri, tak perduli dengan siapa lawannya, Agra yakin akan selalu menang.

"Gimana Olimpiade lo?"
Tanyanya memandang sekilas pada Angga.

"Aman, masih ada 2 minggu"

Agra mengangguk, kemudian ia beranjak masuk ke dalam lapangan setelah sahutan dari Hiban, salah satu anak basket.

Dewangga melirik sejenak sahabatnya yang sudah sibuk berlarian dengan mengiring bola basket di dalam lapangan. Namun sesuatu mengalihkan pandangan Angga.

Masih ingat sebuah pohon dimana Angga tanpa sengaja merusak lukisan Gistara?

Yah disana Angga sekarang, berdiri memandangi Kanvas rusak bekas lukisan Gistara. Ternyata Gistara tidak mengambil lukisan tersebut. Tapi masih logis sih, lagian siapa coba yang mau ngambil lukisan rusak?

Angga menekuk lututnya kemudian meraih kanvas itu.

°°°

Siang berganti malam begitu cepat, kini Gistara benar-benar dibuat pusing dengan rumus-rumus yang ada didepannya.

Pelajaran fisika tentang Polarisasi gelombang Elektromagnetik.

Natara meremas rambutnya, tidak ada yang lebih ia benci selain fisika dengan seperangkat rumus-rumus sialannya.

"Gue pengen nyerah aja! Udah cukup gue gak bisa lagi!!"

Gistara melempar bukunya ke segala Arah, kemudian meninggalkan meja belajar yang dihiasi kertas-kertas cakaran tanpa hasil. Gistara muak, ia tidak ingin lagi berusaha.

"Masa bodo nilai rendah! Gw juga gak minat kuliah!"
Cetusnya memilih merebahkan diri di kasur sambil memandang semua karya lukisnya.

Cita-cita Gistara bukanlah menjadi seorang dokter seperti ibunya, bahkan ia tidak pernah berfikir akan menjadi seorang pengusaha sukses dikemudian hari. Yang Gistara ingin hanyalah menjadi seorang pelukis yang karyanya di kenal banyak orang.

Aritmetika Dan Kanvas (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang