42

5.5K 498 17
                                    

Pagi hari ini cio dan zean masuk ke ruangan chika untuk membangunkan kedua bidadari itu yg masih tertidur.

"Bun bangun sarapan dulu" ucap cio lembut mengusap tangan shani.

"Eugh jam berapa.?" tanya shani yg mulai membuka matanya.

"Jam 7, bangun yuk sarapan dulu" ucap cio shani langsung bangun dan melihat zean yg ada disana juga.

Shani merentangkan tangannya ke zean minta dipeluk.

"Gimana keadaan abang.?" tanya shani memeluk zean.

"Yg harusnya nanya gitu itu abang bun, keadaan bunda gimana" ucap zean.

"Bunda gpp bang,muach makasih udah donorin darah buat tian" ucap shani mencium pipi zean.

"Ihh cium2 bunda belum gosok gigi tau jorok iuh" ucap zean tengil.

"Yee biarin, orang masih wangi" ucap shani. Berjalan kearah kamar mandi.

"Iya sih hehe" ucap zean terkekeh.

Sedangkan cio dia bingung antara mau membangunkan anaknya atau tidak, dia takut ketika chika bangun dia diusir lagi.
Tapi kalo gak dibangunin gimana chika bisa makan dan minum obat pikirnya.

"Kak bangun sayang sarapan dulu" ucap cio mengusap kepala chika lembut.

Sedangkan zean dia duduk di sofa sambil main hp buat ijin ke sekolah.

"Bangun sayang" ucap cio mencium kening chika.

Chika yg terusik pun langsung bangun, dan dia melihat wajah cio sangat dengan dengannya.
Chika langsung menoleh agar tidak berhadapan dengan papah nya itu.

"Sarapan dulu yuk" ucap cio lembut mengusap kepala chika, chika langsung menepis tangan cio pelan.

"Keluar" ucap chika dengan serak karna baru bangun.

"Kak maafin papah sayang" ucap cio.

"Keluar aku gak mau liat papa" ucap chika.

"Aku bilang keluar ya keluar ngerti gak sih" teriak chika.

"Kak chika" bentak zean. "Usah ngerasa hebat kamu sampe nada bicara mu seperti itu" ucap zean lagi sambil berdiri dari duduknya

"Ehh ada apa ini, pagi2 udah teriak2" ucap shani menghampiri chika.

"Kka gak mau liat dia bun" ucap chika pelan.

"Dia papah kamu, mana sopan santun mu" ucap zean marah.

"Bang udah gpp" ucap cio menenangkan zean.

"Engga pah dia udah keterlaluan, udah bikin bunda sakit, udah bentak2 papah, dan lebih parah nya dia bikin tian koma" teriak zean menunjuk chika dengan mata yg udah memerah.

Cio langsung menenangkan zean dan ia bawa keluar ruangan.

"Tian ko koma" lirih chika.

"Bunda tian kenapa.?" tanya chika dengan tatapan kosong.

Shani memeluk chika dia gak tau harus menjawab apa.

"Hiks ini gara2 aku, aku pembawa sial, aku udah bikin semuanya kacau, harus nya aku aja yg ada diposisi tian, aku gak pantes hidup didunia ini arrggh hiks" tangis chika histeris.

"Sayang gak boleh bilang gituh" ucap shani menenangkan.

Chika semakin histeris, dia merasa bersalah ke adiknya itu, dia berontak dari pelukan shani dan mencabut ingusan yg ada ditangannya sampe darahnya bercucuran.

"Astagfirullah kak" ucap shani memegang tangan chika yg mengeluarkan darah.

"Lepas bunda, aku mau liat tian hiks, LEPAAAS" teriak chika yg mengamuk.

"MAS TOLONG HIKS MAAS" teriak shani memanggil cio.

"Astagfirullah kka, hei kenapa sayang" ucap cio yg masuk karna mendengar teriakan dari ruangan itu.

"Panggil dokter mas" ucap shani yg udah nangis.

Cio langsung memencet tombol untuk panggilan dokter.

Dokter dan para suster masuk ke ruangan chika, dan terpaksa chika di suntik penenang dan dipasang lagi infus nya.

Setelah chika tenang dan tidur kembali. Shani meruntuhkan tubuhnya kelantai dan menangis sejadi jadi nya.

Cio langsung merengkuh tubuh lemah shani.
Dan zean yg melihat bunda nya sangat rapuh dia mengepalkan tangannya kuat dan pergi keluar begitu saja.

Cio menggendong shani ke sofa, dia dudukan disana, cio memeluk erat tubuh lemah shani.

"Sabar sayang kamu harus kuat" ucap cio.

Setalah beberapa menit tangisan daru shani mulai tidak terdengan, dan cio perlahan melepaskan pelukannya.

"Makan dulu ya bun" ucap cio sedangkan shani cuman diam saja.

"Nih aa" ucap cio menyuapi shani dan shani makan tanpa bantahan apapun.

Disela sela makan hp gracio berbunyi dan itu telpon dari rumah.

Hallo kenapa mba.?

Cio yg mendengar tangisan enjel.

Dedek kenapa mba.?

Dedek dari tadi nangis pak, nyariin ibu.

Cio langsung melihat ke shani.

"Kenapa.?" tanya shani dengan suara serak.

"Dedek nangis nyariin kamu" ucap cio.

"Anterin kesini aja kasian kalo dirumah sendirian" ucap shani.

"Kamu serius bun" ucap cio yg khawatir kalau enjel disini nanti jadi kewalahan.
Shani menganggukan kepala.

"Anterin kesini mba sama sus ida juga,
sekalian bawa barang2 kitaa"

"Iya pak".

Tuut!

"Zean kemana.?" tanya shani.

Cio baru sadar anak tengil nya itu gak ada diruangan.

"Lah iya juga, kemana tuh bocah tengil" ucap cio.

"Ish, coba cari sana, zean belum sarapan kan" ucap shani.

"Yg ditanyain anaknya doang, padahal aku juga belum sarapan" ucap cio cemberut.

Shani bukannya kasian malah tambah kesal.

"Kenapa tadi gak ikut makan sih mas"greget shani.

"Yamaha bun namanya juga namanya" ucap cio menggaruk kepalanya yg gak gatal.

"Yaudah kamu makan, aku aja yg cari abang" ucap shani berdiri.

"Eh engga engga, kalo kamu yg cari gimana nanti kalo kka bangun terus ngamuk lagi liat aku yg disini" ucap cio.

"Kamu tenangin lah mas" ucap shani.

"Ihh pawang nya kamu loh bun" ucap cio.

"Pawang2 emang nya anak aku hewan apa" ucap shani

"Heheh udah aku aja yg cari abang" ucap cio terkekeh.

"Muach aku lebih baik liat kamu kesel kaya gini daripada kaya tadi, love you bun" ucap cio mencium bibir shani singkat lalu pergi keluar.



Jangan lupa vote dan komen.
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.

Up dulu deh nyenengin readers sebelum turu.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang