Gracio masih mendiamkan shani, dia masih kesal kenapa shani bisa ke cuci otaknya sama anin.
"Mas mau sampai kapan diemin aku gini" ucap shani yg melihat cio baru keluar kamar mandi.
"Mas aku lagi ngomong kamu denger gak sih" ucap shani kesal.
"Hmm" dehem cio.
"Aku juga seorang ibu mas sama seperti dia, aku ngebayangin posisi dia itu terjadi pada aku, aku gak bakal sanggup mas nahan kangen sama anak aku sendiri, dan aku gak mau chika jadi anak durhaka karna terus terusan membenci ibu kandungnya" ucap shani.
''Stop shani, mau kamu bilang apapun aku gak peduli, yg jelas aku gak sudi anak aku ketemu sama dia" ucap cio teriak.
"Mas jangan egois, dia itu ibu kandung chika, lagian ini juga atas permintaan chika" ucap shani dihadapan cio.
"Egois kamu bilang.? Dia yg egois shani dia bukan aku, kamu dikasih apa sih sama dia sampe segini nya banget" bentak cio.
"Mas aku seo....
"Apa kamu mau bilang kamu juga seorang ibu jadi bisa merasakan apa yg dia rasakan iya.?
Lantas apa pernah kamu mikir perasaan aku hah, aku yg mempertahankan anak aku untuk bisa lahir, aku yg mengurus dia dari dia lahir dan sekarang dengan seenaknya kamu mau mempertemukan anak aku dengan dia yg jelas2 gak menginginkan anak aku hidup" ucap cio meluapkan emosi nya."Kamu sadar gak sih shani dengan kamu kaya gini tuh membuka luka lama aku" ucap cio menunjuk shani.
Shani diam menunduk dengan air mata terus mengalir.
Tanpa mereka sadari pertengkaran mereka dilihat sama anak bungsunya, yg menutup rapat2 telinga dan matanya karna takut akan suara cio yg membentak shani.
"Hiks hiks papa malah hiks papa malah" tangis enjel.
"Hiks takut hiks bunaa malah papa malah hiks takut tolong hiks" tangis enjel makin pecah.
Greshan yg mendengar suara tangisan langsung menengok kearah kasur yg dimana enjel sedang duduk disana.
Deg...
"Dedek" gumam shani tangisnya pun pecah ketika melihat anaknya sangat ketakutan.
Sedangkan cio gak kalah kaget nya dia lepas kontrol didepan anaknya. Cio mengusap wajahnya kasar lalu pergi keluar.
Shani berjalan mendekat kearah enjel yg masih nangis dan bergetar.
"Dek" ucap shani bergetar dan mengelus pundak enjel.
"Huaaaaa diem jangan teliak teliak hiks takut kka" tangis enjel histeris.
"Ini bunda sayang, udah ya jangan nangis" ucap shani yg ingin menggendong anaknya tapi ditolak oleh enjel.
"No jangan malahin dedek hiks takut kka abang hiks" tangis enjel yg makin menjauh dari shani.
Shani yg melihat anaknya begitu ketakutan dia keluar kamar menuju ke kamar chika.
"Kak hiks tolong bunda" tangis shani.
"Bunda kenapa bun" tanya chika panik
"Zean tian kesini" teriak chika.
"Bunda kenapa bun, kenapa bunda nangis.?" tanya chika lagi memeluk bundanya.
"Ada apa kak, loh bunda kenapa" ucap tian yg langsung mendekat ke shani dan chika.
"Tolong tenangin dedek" ucap shani lirih.
"Dedek.? Kenapa emangnya bun terus dedek nya dimana.?" ucap zean.
"Dikamar dia lagi histeris tolong tenangin dia" ucap shani
Tian langsung pergi ke kamar ortunya diikutin chika.
"Bunda sini duduk" ucap zean menuntun shani untuk duduk dikasur zean.
Zean mengambil air yg memang selalu ada dikamar chika.
"Minum dulu bun" ucap zean.
.
"Dedek" ucap tian yg masuk dan melihat adiknya yg histeris."Dek kenapa hei" ucap chika lembut berusaha membawa adiknya.
"Hiks no malah hiks takut buna malah papah malah hiks takut" gumam enjel di tengah tangisnya.
"Tian ambil minum kalo ada asi bunda masukin ke dot siapa tau masih ada di kulkas" ucap chika yg ikut panik.
''Iya kak" ucap tian yg langsung ke dapur.
Chika memeluk erat tubuh adiknya itu.
"Tenang sayang ada kka, udah ya tenang" ucap chika mengelus punggung enjel yg masih nangis sesegukan.
"Kak asi nya gak ada kata mba bunda belum pumping"ucap tian yg membawa air putih.
"Yaudah gpp, dek minum dulu ya" ucap chika.
Enjel meminum sedikit sambil masih sesegukan dia meluk leher chika erat.
"Ini ada apa kak.?" tanya tian pelan.
Chika menggelengkan kepala tanda tidak tau.
"Papa kemana ya bukannya udah pulang apa ini ada sangkut pautnya sama papa" batin chika.
"Yaudah aku mau liat bunda dulu ya kak" ucap tian berlalu pergi.
"Dek" ucap chika mengelus punggung adiknya yg mulai tenang.
Chika mau melepaskan pelukannya tapi enjel malah memeluk nya erat.
Shani sudah tenang tidak menangis lagi, tapi dia malah melamun.
"Bun" ucap tian.
"Bunda" ucap tian lagi.
"Bundaaa" ucap tian sambil menggoyangkan tangan shani.
"Eh" kaget shani.
"Bunda jangan melamun bun" ucap zean sedih melihat bundanya seperti ini.
"Sebenarnya ini ada apa bun.?" tanya tian.
"Nanti bunda cerita, bunda pengen istirahat kepala bunda pusing" ucap shani yg ingin beranjak dari kasur chika.
"Biar zean gendong ya bun" ucap zean yg melihat shani sangat lemes.
"Gpp bunda bisa ko, kalian tidur ya udah malem" ucap shani.
Shani pun keluar dan menuju ke kamarnya.
Chika yg masih memangku enjel dia menengok ke pintu ketika ada yg masuk.
Enjel langsung memeluk erat leher chika lagi bahkan dia menyembunyikan wajahnya diceruk leher chika.
"Takut hiks" gumam enjel nangis lagi.
"Aduh dek jangan kenceng2 kka kecekik" ucap chika.
"Mau kelual takut" gumam enjel yg masih bisa didenger chika.
"Dek" ucap shani pelan.
"Huaaaa" tangis enjel pecah lagi dan badannya bergetar.
Shani yg melihat respon anaknya yg ketakutan hati dia sakit, seharusnya dia gak berantem depan anak.
"Kak tolong jagain dulu dedek nya ya, nanti bunda pumping asi buat dedek" ucap shani bergetar bahkan air matanya sudah turun.
"Iya bun, kka ke kamar ya" ucap chika menggendong enjel yg masih nangis.
Tubuh shani runtuh kelantai ketika kedua anaknya sudah keluar.
Dia menangis sejadi jadinya, dia merutuki kebodohannya sampai membuat anaknya takut bahkan sudah trauma.
•
•
Jangan lupa vote dan komen.
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.