Keesokan harinya, greshan fam sarapan bersama seperti biasa.
"Maaf pak bu diluar ada tamu" ucap mang adi.
"Siapa mang.?" ucap cio
"Perempuan yg waktu itu kesini pak" ucap mang adi.
Semua yg mendengar heran siapa perempuan itu pagi2 udah bertamu saja dan mengganggu waktu sarapannya.
"Suruh tunggu mang, nanti saya keluar" ucap cio.
"Siapa pah.?" tanya zean.
"Papa gak selingkuh kan.?" ucap chika mengintimidasi
"Enggak lah ngapain papa selingkuh orang udah dapetin bidadari kaya gini" ucap cio menoel hidung shani.
"Apasih mas" ucap shani yg malu.
"Muka bunda merah haha" ucap tian.
"Awas aja kalo papa selingkuh, kka gantung di pohon mangga itu" ucap chika.
"Wih ngeri kali bos" ucap zean.
"Udah sana liat dulu siapa tamu nya" ucap shani.
"Kamu aja lah bun, tamu nya kan perempuan nanti dikira aku selingkuh beneran lagi" ucap cio.
"Hadeuh, nih lanjutin suapin dedek" ucap shani menyerahkan piring enjel ke cio.
"Loh mba anin" kaget shani tamu yg datang pagi2 ini anin.
"Hai shan, maaf ya pagi2 udah dateng kesini, soalnya saya tungguin kabar dari kamu sampe sekarang gak ada" ucap anin.
"Aduh maaf ya mba tapi emm..."
"Chika masih ada dirumah kan, dia belum berangkat sekolah" ucap anin memotong ucapan shani.
"Siapa tamu nya bun ko gak disuruh masuk" ucap zean yg selesai sarapan dan menenteng sepatu nya.
"Tante siapa.? Tante bukan selingkuhan papa aku kan.?" ucap zean yg gak santai.
"Saya mantan istri papa kamu" ucap anin.
Zean melototkan matanya karna kaget.
"Jadi ini mama kandung kka seksoy banget eh astagfirullah" batin zean.
"Tante mau apa kesini.?" tanya zean.
"Bang masuk gih panggil papa" ucap shani dan zean pun menuruti.
"Masuk mba" ucap shani, gak etis kalo dia membiarkan tamu diluar saja.
"Oh iya makasih shan" ucap anin.
"Pah, itu didepan ada mantan istri papa" ucap zean.
"Apa.?" kaget chika dan tian, sedangkan cio dia mengepalkan tangannya.
"Mau apa lagi dia kesini" gumam cio.
"Sus bawa dedek pergi dulu" ucap cio dia gak mau anak bungsunya melihat apa yg terjadi nanti.
Cio,tian dan zean, berjalan ke ruang tamu yg dimana sudah ada anin dan shani, sedangkan chika dia cuman diem aja di meja makan. Dia takut kedatangan ibu kandungnya mendatangkan masalah baru buat keluarganya.
"Mau apa lagi lo kesini" ucap cio datar.
"Mas" tegur shani.
"Gue mau ketemu anak gue" ucap anin.
"Anak lo.? Sejak kapan lo punya anak.?" ucap cio.
"Mas" tegur shani lagi
"Cio pliss ijinin gue untuk ketemu anak gue, gue tau kesalahan gue sangat besar tapi gue mohon temuin gue sama chika" ucap anin.
"Ini gak salah mama nya ka chika seperti ini" bisik tian ke zean.
"Kaget kan kamu, sama aku juga" bisik zean.
"Diliat takut dosa, gak diliat mubazir" bisik zean lagi.
"Heem" bisik tian.
"Sekarang udah ketemu anak kamu kan, silahkan sekarang pergi" ucap chika yg datang ke ruang tamu.
"Kak" ucap shani menghampiri chika.
Chika menatap salam mata shani, shani menganggukkan kepalanya.
Chika menarik nafas lalu menggeleng tanda ia gak bisa.
"Chika mama kesini mau minta maaf sama kamu karna mama baru jemput kamu sekarang, waktu itu mama lagi diluar negeri" ucap anin yg ingin mendekati chika tapi chika malah mundur.
"Stop jangan mendekat" ucap chika.
"Pergi dari rumahku sekarang dan jangan pernah temui aku lagi paham" ucap chika.
Shani menghela nafas mendengar ucapan chika dia gak tau lagi harus gimana sekarang.
"Ini mama kamu chika mama kandung kamu, mama yg udah lahirin kamu." ucap anin
" 'Mama.?' yg kukira akan menjadi rumahku ternyata menjadi luka terhebatku. Mungkin aku egois karna berharap dirimu datang dan mengembalikan keadaan tapi nyatanya, luka dari mu semenyakitkan itu. maaf! Aku sudah berusaha untuk menerima tapi engga semudah itu" ucap chika yg meneteskan air mata.
Shani yg mentap mata chika yg penuh dengan luka, dia memeluk chika erat.
"Kka gak bisa bun hiks maaf" gumam chika dipelulan shani.
"Maaf bunda hiks" gumam chika lagi,
"Iya gpp kak udah ya jangan nangis, maafin bunda udah terlalu maksa kka" ucap shani mengusap punggung chika.
Sedangkan anin dia juga sama sudah menangis, sakit rasanya melihat anaknya penuh luka akibat dirinya yg egois.
Cio menarik nafas dalam, dia juga sama sakit melihat anaknya yg terselimuti oleh luka. Kalo bisa dia saja yg merasakan semua kesakitan anak nya itu.
"Maafin aku maaf sudah ngasih luka yg amat besar ke kamu nak, hukum mama jika memang bisa bikin luka kamu kian pudar, ijinkan mama untuk menebus semua kesalahan mama, mama cuman punya kamu nak hiks" ucap anin lirih.
Tian sangat iba melihat anin yg nangis dengan pilunya apalagi mendengar penuturan anin yg seperti itu.
"Tan jangan nangis, tante harus kuat, tante buktiin ke kka kalo tante udah berubah" ucap tian pelan mengusap bahu anin.
"Makasih nak" ucap anin mengusap pipi tian.
"Mama boleh peluk kamu sebelum mama pulang.?" ucap anin.
Anin kian mendekati chika.
"Maaf" ucap chika yg langsung pergi kekamar nya dengan air mata yg gak berenti turun.
"Mba maaf..." ucap shani
"Gpp shan, mungkin chika belum mau maafin aku atau gak akan mau maafin aku" ucap anin lirih.
Anin menatap satu persatu orang yg ada disana dari mulai cio, zean, tian, dan terakhir shani.
"Makasih ya shan udah rawat anak aku, udah jagain anak aku, udah sayangin anak aku, dan udah menganggap anak aku sebagai anak kamu sendiri tanpa membeda bedakan dengan anak kandung mu, aku salut sama kamu kamu berhasil mendidik anak2 kamu dengan baik, gracio beruntung dapetin kamu" ucap anin. Mengusap pundak shani.
"Aku pamit ya, maaf udah mengganggu waktu nya, titip salam buat chika ya kalo aku sayang banget sama dia" ucap anin pergi dari rumah itu.
•
•
Prank!!
Yakali langsung end sedangkan konflik dengan anin belum selesai, rugi dong!Jangan lupa vote dan komen.
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.