Mobil taksi yang ia tunggangi berhenti tepat di depan sebuah gang kecil yang menuju rumahnya. Ia keluar dari taksi tersebut membawa beberapa tas belanja dari berbagai warna, yang berisi pakaian, sepatu, topi dan hal lainnya. Senyuman terukir di wajahnya ketika ia bertemu dengan beberapa orang yang menatapnya dengan aneh.
Kaki jenjangnya itu melangkah memasuki gang kecil yang akan membawa dirinya menuju sebuah rumah kecil yang sudah ia tinggali sejak ia lahir. Pria berumur dua puluh tiga tahun itu bersenandung riang karena hari ini, ia menghabiskan uangnya untuk berbelanja barang-barang yang ia inginkan.
Sampai di depan sebuah rumah kecil di antara para tangga di perumahan tersebut, Wonwoo membuka pintu dan melangkah masuk. Ia melepas sepatu yang ia gunakan dan menatap sang ayah yang tertidur di sofa ruang tamu dengan beberapa botol alkohol di atas meja.
Wonwoo menghiraukan pria paruh baya itu, ia melangkah menuju kamarnya dan langsung masuk. Menjatuhkan tas belanjanya di lantai dan menatap kamarnya yang sudah penuh akan barang-barang yang sejujurnya tidak ia butuhkan, tapi ia inginkan.
Ia langsung melepas jaketnya dan membawa tubuhnya berbaring di tempat tidur kecil, ia menatap langit-langit kamarnya dengan senyuman merekah di wajahnya. Lalu meraih ponselnya di saku celana yang ia gunakan dan melihat beberapa pesan masuk dari kolega kerjanya juga orang-orang yang pernah menggunakan jasanya.
Wonwoo terdiam dalam posisi tersebut selama beberapa menit sampai akhirnya ia bangkit, turun dari ranjang dan berdiri di depan lemari yang terdapat kaca besar di sana. Ia melepas kaos yang ia gunakan, yang memperlihatkan tubuh putihnya yang penuh akan bercak merah dan ungu.
Ia kembali bersenandung, lalu melepas celana jeans yang ia gunakan dan hanya dengan boxsernya, ia berjalan keluar dari kamarnya, langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama karena ia harus membersihkan diri terutama di bagian tubuh bawahnya. Ia harus mengorek analnya sendiri dengan jemarinya untuk mengeluarkan cairan putih yang semalam memenuhi lubang analnya.
Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum dan mendapat tatapan dari wajah datar sang ibu.
Wanita paruh baya itu menatap tubuh telanjang dada putra semata wayangnya. "Mendapat berapa semalam?" tanyanya kemudian, ia tengah sibuk menyiapkan makan pagi untuk dirinya sendiri.
Wonwoo terkekeh kecil. "Aku tidak akan memberitahu ibu." balasnya dan ia langsung berjalan menuju kamarnya untuk memakai bajunya.
Sementara sang ibu hanya memutar bola matanya dengan malas lalu menyelesaikan membuat sarapannya dan di saat yang bersamaan, sang suami menghampirinya, yang semalam mabuk dan terlelap di sofa ruang tamu.
Pria paruh baya itu mengucek kedua matanya. "Wonwoo sudah pulang?" tanyanya dan diberi anggukan kecil oleh sang istri. "Apakah kita jadi menjualnya?" tanyanya kemudian.
"Tentu saja jadi.." jawab sang istri sembari menatap sang suami dengan tatapan ketusnya. "Aku sudah menghubungi ketua Park, nanti malam kita bawa Wonwoo ke sana." jawabnya dan di beri anggukan oleh sang suami yang kemudian masuk ke kamarnya.
Di sisi lain, Wonwoo sudah selesai memakai pakaiannya, ia berjalan keluar dan menuju ke arah dapur yang sudah sepi. Wonwoo membuat ramyeon untuk makan paginya karena ia belum sempat makan di hotel tadi dan langsung pergi berbelanja.
Sembari menunggu ramyeonnya matang, Wonwoo menatap sang ibu yang tengah menikmati makanannya di ruang tamu yang memang tak berbatas dengan dapur. "Ibu, nanti malam--"
"Kau harus ikut ibu dan ayah." sela nyonya Jeon tanpa menoleh, kedua matanya fokus dengan layar televisi yang masih menyala. "Ibu dan ayah memutuskan untuk menjualmu." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conclusion of Desire
FanfictionMINWON • COMPLETED Fantasies Fanfiction Ketika Jeon Wonwoo dijadikan sebagai sumber keuangan bagi keluarganya, ia hanya menerimanya dengan lapang dada. Tidak ada penolakan sedikit pun sampai dirinya benar-benar menyukai pekerjaannya dan tak memikir...