Wonwoo duduk diam di kursi penumpang bagian depan, kepalanya menunduk, menyunggingkan senyuman tipisnya dengan kedua mata yang berbinar yang menatap tangan kanan Mingyu yang sekarang tengah mengusap pahanya yang hanya memakai hot pants yang ia beli tadi. Selama beberapa hari ini, sikap Mingyu membuat dirinya benar-benar kalang kabut karena Mingyu begitu perhatian padanya. Lebih dari sebelumnya.
Ia di ajak belanja ke pusat perbelanjaan, membeli begitu banyak barang yang ia inginkan, lalu di manja dengan sikap Mingyu yang berbicara lembut padanya, mengusap kepalanya, dan sekarang, mengusap pahanya yang memang sedikit dingin karena AC mobil menyala. Selain itu, beberapa hari ini, Mingyu tidur di kamarnya dan ia bebas memeluk tubuh pria Kim itu hingga terlelap. Tak lupa dengan ciuman yang juga Mingyu berikan padanya.
"Ada yang kau inginkan lagi?" Mingyu mengeluarkan suaranya setelah sekian lama keduanya terdiam. Ia menoleh ke arah Wonwoo sebentar sebelum kembali fokus dengan jalanan di depan. Ia menyetir sendiri dan tak mengajak Jisoo.
Pria Jeon itu menggelengkan kepalanya, sekarang ini, tidak ada yang ia inginkan kecuali kebersamaannya bersama Mingyu. "Kita pulang saja daddy." jawabnya dan Mingyu mengangguk kecil untuk menanggapi. Ia lalu menatap keluar jendela di samping kanannya, Wonwoo masih tersenyum dan menikmati usapan kecil di pahanya dari tangan kekar pria yang sudah berumur ratusan tahun itu. "Daddy, karena daddy menikah dengan Irene noona yang juga seorang strigoi, apa kemungkinan besar kalian tidak akan bercerai?" tanyanya tiba-tiba. Pertanyaan tersebut muncul begitu saja entah karena apa.
"Aku tidak tahu." jawab Mingyu, ia menghela napasnya panjang dan membuat yang jauh lebih muda menolehkan kepalanya. "Kami menikah karena kebutuhan identitas Wonwoo, harus ada perubahan umur setiap beberapa tahun sekali. Dan memiliki status pernikahan adalah hal yang menguntungkan agar orang lain tak curiga atau apa." balasnya, meskipun dengan mudah Mingyu memalsukan umurnya di kartu identitas.
Namun jika ada orang asing yang sama sekali tidak mengenal Mingyu atau pun Irene dan bertanya mengenai status mereka yang sudah berumur tiga puluh tahunan, akan lebih mudah menjawabnya bahwa mereka sudah menikah. Agar tak muncul pertanyaan lain juga tentunya. "Kenapa kau bertanya seperti itu hm?" tanya Mingyu kemudian.
Wonwoo menggelengkan kepalanya. "Tidak.." ia menunduk dengan bibir yang sedikit manyun, memperlihatkan wajah menggemaskannya dan Mingyu menoleh sebentar. "Aku.. juga ingin menikah dengan daddy.." ucapnya kemudian.
Pria Kim itu mengerjap kecil, ia menolehkan kepalanya. "Wonwoo.." panggilnya lirih, ia tidak mengira bahwa Wonwoo akan berpikir sampai sejauh itu. "Kita--"
Brakk!!
Mobil hitam itu berguling selama beberapa kali setelah menabrak sebuah truk yang tiba-tiba muncul di depan mobil Mingyu secara berlawanan arah. Begitu menabraknya, Wonwoo membentur bagian depan mobil sementara Mingyu tertusuk pembatas jalan yang terbuat dari besi dari perut hingga ke punggungnya saat mobil itu berhenti menabrak pembatas jalan.
Mingyu meringis sakit, ia mengusap wajahnya yang keluar darah merah pekat yang begitu kental, menoleh ke arah Wonwoo yang tak sadarkan diri dengan luka di kepala, tangan dan juga kakinya. Mingyu menunduk dan menatap besi tersebut yang menusuk tubuhnya. Ia mengerjap kecil saat merasakan bau bensin yang kemungkinan tumpah akibat tabrakan tadi.
Mingyu menyandarkan kepalanya, jika ia diam saja, kemungkinan besar mobil tersebut akan meledak dan ia tidak bisa menggunakan kekuatannya secara penuh karena ia juga terluka. Ia kemudian menurunkan tangan kirinya, menarik auto adjuster seat dan membuat sandaran jok kursinya rata ke belakang setelah ia dorong dengan tangan kanannya.
Dengan kedua tangannya, ia memegangi besi bulat tersebut dan mendorong tubuhnya ke belakang. "Arghh!!" berseru saat merasakan sakit karena hal tersebut hingga ia benar-benar terlepas dari besi itu. Meninggalkan luka membulat dari perutnya hingga punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conclusion of Desire
FanfictionMINWON • COMPLETED Fantasies Fanfiction Ketika Jeon Wonwoo dijadikan sebagai sumber keuangan bagi keluarganya, ia hanya menerimanya dengan lapang dada. Tidak ada penolakan sedikit pun sampai dirinya benar-benar menyukai pekerjaannya dan tak memikir...