"Itu sebabnya saya merencanakan pertemuan ini dengan anda tuan Kim, saya ingin kita bekerja sama." Woobin menatap Mingyu, mereka juga masih sibuk memakan hidangan yang ada di depan mereka.
Mingyu tersenyum tipis. "Saya lebih suka bekerja sendiri." jawabnya, ia meletakkan garpu dan pisau itu di samping piring miliknya, lalu menoleh ke arah Wonwoo. "Daddy ke toilet sebentar.." ucapnya sembari mengusap kepala Wonwoo yang mengangguk kecil. Ia bangkit dan keluar dari sana.
Kedua mata Woobin menatap Wonwoo yang masih begitu menikmati steak miliknya. "Wonwoo-ssi, kau menyukai makan malamnya?" tanyanya kemudian.
Pria Jeon itu mendongak dan mengangguk kecil. "Sangat.." jawabnya dengan menyunggingkan senyuman tipisnya.
Woobin mengangguk paham. "Kalau boleh tahu, sejak kapan kau mengenal tuan Kim?" tanyanya lagi dengan nada interogasi.
Wonwoo terdiam selama beberapa saat, ia tengah membaca situasi, pasti ada hal yang penting sampai Mingyu menyuruhnya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. "Sudah empat tahun, aku bertemu dengan daddy setelah lulus." jawabnya kemudian.
"Ah.. kalian terlihat sangat serasi." ucap Woobin kemudian.
Pria rubah itu terkekeh kecil. "Benar.. Aku sangat merasa cocok dengan daddy, apalagi daddy Kim sangat mencintaiku, ia memberi apapun yang aku inginkan." ucapnya dengan sombong, meskipun belum seberapa, tapi ia berusaha menunjukkan bahwa hubungannya dengan Mingyu adalah benar-benar sebagai sepasang kekasih.
Wonwoo tersenyum tipis, jika Wonwoo berani mengatakan hal tersebut dan Mingyu berani membawa kekasih gelapnya bertemu dengannya, tidak menutup kemungkinan bahwa Wonwoo tahu Mingyu sudah beristri. Jadi dia diam saja. "Apa.. kau sungguh mencintai daddy Kim-mu itu?" tanyanya kemudian.
Kedua mata rubah itu mengerjap kecil, ia menyeringai sembari menatap Woobin yang masih menunggu jawabannya. "Seharusnya anda tahu bagaimana.. daddy orang yang sangat kaya, aku tidak akan berbohong jika aku menginginkan uangnya juga." jawabnya kemudian.
"Ah.. karena uang.." gumam Woobin, ia menatap lekat Wonwoo yang masih tersenyum begitu manis. "Saya juga memiliki banyak uang Wonwoo-ssi, jika anda hanya membutuhkan yang, saya bisa memberikannya kepada anda, asal anda menjadi milik saya.." balasnya.
"Sungguh?" Wonwoo terkekeh kecil dan Woobin mengangguk untuk menanggapi, pria Jeon itu semakin menyukai apa yang terjadi sekarang. Ia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Woobin, ia duduk bersandar di meja bundar itu di samping piring Woobin. "Tapi daddy mengeluarkan uang lima ratus juta won agar ia bisa mendapatkanku, apa--" ia menggerakkan jemarinya di rahang Woobin dengan gerakan menggodan. "--daddy yang ini.. bisa melakukan lebih?" tanya Wonwoo.
Kedua mata Woobin mengerjap kecil. "Lima ratus juta won?" gumamnya dan Wonwoo mengangguk kecil. "Itu angka yang kecil Wonwoo-ssi.." lanjutnya.
Wonwoo tersenyum, ia mengangguk paham dan bangkit, kembali duduk di kursinya. "Kalau begitu.. akan aku tunggu.." balasnya lalu kembali menikmati steak-nya yang tinggal separuh.
Pria Kim itu menatap Wonwoo dengan lekat, ia lalu mendengar langkah kaki dan Mingyu kembali masuk ke ruangan tersebut, mendudukkan diri di seberangnya.
Mingyu menatap Wonwoo dengan lekat, ia lalu menatap Woobin yang menyunggingkan senyuman tipisnya. "Apa ada lagi yang ingin anda bicarakan Woobin-ssi?" tanyanya kemudian.
"Tidak.." Woobin menggelengkan kepalanya. "Anda sudah menolak saya untuk bekerja sama.. Padahal itu kesempatan yang bagus." ucapnya kemudian.
Mingyu meraih gelas wine miliknya, menggoyangkannya selama beberapa saat lalu menyesapnya sedikit. "Saya tidak bisa melakukannya tanpa persetujuan dari Presiden Choi juga." ia menampilkan wajah datarnya dan bertatapan dengan Woobin, jika mata mereka pisau, keduanya sudah terbunuh satu sama lain. "Ini bukan masalah kecil yang bisa membuat orang sembarang masuk dengan mudah." lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Conclusion of Desire
FanficMINWON • COMPLETED Fantasies Fanfiction Ketika Jeon Wonwoo dijadikan sebagai sumber keuangan bagi keluarganya, ia hanya menerimanya dengan lapang dada. Tidak ada penolakan sedikit pun sampai dirinya benar-benar menyukai pekerjaannya dan tak memikir...