21 [the end]

2.8K 167 17
                                    

"Tuan Kim, anda dari mana?" Jisoo menatap Mingyu yang berjalan memasuki rumah setelah pria itu turun dari taksi dengan darah di baju yang dikenakannya. Ia juga melihat pria Kim itu memegang sebuah botol wine yang ia yakin isinya bukanlah wine.

Sementara Mingyu, ia terus melangkah hingga sampai di ruang tamu, menoleh ke arah pintu kamar Wonwoo yang masih tertutup. Ia menghela napasnya dan meletakkan botol wine tersebut ke atas meja. "Aku sudah membunuh Jongin." ucapnya kepada Jisoo.

Yang langsung membulatkan kedua matanya. "Tuan Kim, anda--"

"Ini darahnya." ucapnya sembari menunjuk botol di atas meja itu. "Aku belum meminumnya." ucapnya kemudian.

Jisoo langsung mendekat dan mengambil botol tersebut dari atas meja dan menjauhkannya dari Mingyu. "Biar saya yang menyimpannya." ucapnya dan langsung pergi begitu saja.

Mingyu tak ambil pusing, karena ia akan tahu dimana Jisoo menyimpannya karena ia bisa merasakan bau darah keturunan keluarganya sendiri meskipun dari kejauhan. Ia bisa dengan mudah mengambilnya nanti.

Ia menghela napasnya dan menatap kosong pintu kamar Wonwoo hingga tiba-tiba pintu tersebut terbuka dengan perlahan. Mingyu mengerjap kecil saat Wonwoo melangkah keluar dari sana dengan ragu.

Pria Jeon itu menelan ludahnya dengan kasar saat melihat darah di baju yang Mingyu kenakan. Ia menatap pria Kim itu yang sedikit menyunggingkan senyuman tipisnya. Kedua kakinya melangkah mendekat. "Apa y-yang terjadi pada daddy?" tanyanya dengan khawatir.

"Daddy baik-baik saja sayang.." ia mengulurkan tangan kanannya dan Wonwoo menerimanya dengan ragu. Mingyu menarik Wonwoo dan membuatnya duduk di pangkuannya. Pria Kim itu mengusap pinggang Wonwoo dengan lembut. "Masih marah hm?" tanya Mingyu kemudian.

Wonwoo menundukkan kepalanya, ia menatap baju Mingyu yang berlubang, tahu bahwa itu adalah luka tembak. "Aku.. tadi berpikir bahwa.. daddy boleh terlebih dahulu pergi." ucapnya ragu dan membuat Mingyu mengernyitkan dahinya bingung. "Daddy sudah lama hidup di dunia ini dan merasakan sakit saat kehilangan seseorang yang daddy cintai.. daddy bisa pergi terlebih dahulu lalu.. kelak aku akan menyusul daddy, kita akan bertemu di after life kan?" tanya Wonwoo.

Mingyu tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya, padahal dirinya berpikir untuk kembali melewati satu kali lagi rasa sakit bagaimana ia kehilangan Wonwoo. Dengan menyimpan darah milik Jongin dan meminumnya saat Wonwoo mati di masa tua nanti. Namun malah Wonwoo kini berubah pikiran, mungkin karena merasa kasihan terhadapnya.

Tangan kirinya mengusap wajah Wonwoo dengan lembut, setelah bertemu dengan reinkarnasi dari Wonwoo selama beberapa kali, hanya kali ini ia tidak memberitahukan bagaimana dirinya menjalani kehidupannya menjadi strigoi dan menjalin hubungan dengan Wonwoo di kehidupan-kehidupan Wonwoo sebelumnya. "Dengarkan daddy sayang.." gumam Mingyu.

Wonwoo memperhatikan Mingyu dengan lekat, siap mendengarkan apa yang akan Mingyu katakan.

"Daddy tidak pernah sekalipun tidak mencintaimu, jadi kau tidak perlu khawatir bahwa kau akan sendirian ketika daddy pergi." ia menghela napasnya dengan pelan. "Awalnya memang begitu menyakitkan, tapi daddy yakin kau bisa melaluinya dengan baik. Kau bisa bertemu dengan orang yang lebih baik dari daddy." lanjutnya.

Wonwoo mengerjap kecil dan memeluk Mingyu dengan melingkarkan kedua tangannya di leher Mingyu. "Maafkan aku.. hiks.." dan dirinya meneteskan air matanya di atas pundak Mingyu. "Daddy pasti selalu merasakan sakit saat kehilangan seseorang yang pernah ada di hidup daddy.. aku begitu egois saat meminta daddy untuk jangan dulu pergi sebelum aku.. hiks.. aku tidak sadar bahwa.. daddy sudah terlalu banyak merasakan sakit selama daddy hidup.." lanjutnya.

The Conclusion of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang