Mingyu mengerjapkan kedua matanya, merasakan tidurnya terganggu, ia perlahan membuka kedua matanya dan menyibak selimutnya. "The fuck!" menghela napasnya panjang dan bangkit duduk. "Jeon Wonwoo! apa yang kau lakukan?!" serunya sembari meraih rambut Wonwoo, ia jambak dan membuat kepala pria Jeon itu mendongak, melepas kulumannya pada penis Mingyu.
Wonwoo menyunggingkan senyuman tipisnya. "Hanya ingin memberi daddy hadiah." ucapnya lalu ia bangkit duduk dan membuat tangan Mingyu terlepas dari rambutnya. Ia bersimpuh di antara kedua kaki pria berumur tiga puluh tujuh tahun itu yang masih menatapnya bingung. "Daddy sudah mengeluarkan banyak uang untukku, jadi.. aku harus membalasnya kan?" ucapnya dengan nada yang begitu polos.
Pria Kim itu menghela napasnya dengan kasar, ia menarik celananya yang sudah di turunkan oleh Wonwoo, beruntung penisnya belum menegang. Ia menatap Wonwoo dengan lekat. "Keluar dari sini.." ucapnya.
Membuat Wonwoo mengernyitkan dahinya bingung. "Daddy Kim!" serunya, padahal ia sudah memberanikan diri untuk memulainya karena Mingyu tak meminta malah dirinya di urus oleh pria berwajah datar itu.
Mingyu menatap Wonwoo dengan lekat. "Kau pikir aku membayarmu untuk ini huh?" tanyanya kesal, jika ia sudah tidur dan terbangun sebelum waktunya, ia tidak bisa tidur lagi.
Dengan polosnya, Wonwoo mengangguk untuk menanggapi. "Memangnya apalagi, aku seorang jalang daddy, hanya ini yang bisa aku lakukan." balas Wonwoo.
Kedua mata almond itu berputar malas, ia menyingkir dan turun dari ranjang tersebut, menatap Wonwoo dengan tajam. "Keluar." tegasnya.
Wonwoo langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak mau." balasnya tegas juga, ia menatap Mingyu dengan kesal, lalu merangkak mendekat ke sisi ranjang. "Aku juga bosan di sini, tidak melakukan apapun." lanjutnya.
Mingyu lalu berjalan ke arah sebuah meja di kamarnya, ia membuka lacinya dan mengeluarkan salah satu kunci mobil dari dalam sana dan kembali kepada Wonwoo, memberikan kunci mobil itu kepada pria yang menatapnya dengan bingung. "Pergilah, kembali saat kau ingin." ucapnya lalu ia menaiki tempat tidur dan kembali berbaring.
Wonwoo mendengus dengan kesal, ia menatap Mingyu yang malah kembali menutup tubuhnya dengan selimut. "Daddy Kim!" serunya marah, padahal ia ingin melakukannya lagi dengan Mingyu setelah bertahun-tahun tak bertemu.
Kedua mata Mingyu melihat Wonwoo yang terlihat begitu kesal. "Aku membayarmu bukan untuk ini, kau tidak bisa bertindak sesuka hatimu. Aku membutuhkanmu ketika sedang ingin dan sekarang aku tidak menginginkannya." jelasnya panjang lebar.
Pria Jeon itu lalu turun dari ranjang tersebut. "Kalau begitu.. aku boleh tidur dengan siapapun kan?" tanyanya dengan senyuman tipis di wajahnya, dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi. Wonwoo berseru senang, ia merendah dan mengecup bibir Mingyu. "Good night daddy.." ucapnya lalu ia bergegas keluar dari kamar tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Wonwoo langsung menuju kamarnya, ia membuka lemarinya yang hanya berisi baju yang ia bawa dari rumah. Ia menghela napasnya panjang dan keluar dari kamarnya, kembali menaiki tangga dan langsung menuju kamar Mingyu lagi. "Dad--"
"Apa lagi Jeon Wonwoo?!" kesal Mingyu, ia menatap pria Jeon itu yang berdiri di ambang pintu dengan wajah yang cemberut.
Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar. "Uang.. daddy aku butuh uang." ucapnya kemudian.
Mingyu memutar bola matanya dengan malas, ia lalu turun dari ranjangnya lagi dan membuka laci meja nakas yang ada di samping ranjangnya, mengeluarkan salah satu kartu kreditnya dan berbalik. "Jangan ganggu aku lagi ketika sedang tidur." ucapnya.
Wonwoo yang sudah mendekat, menerima kartu tersebut dengan wajah sumringah, ia mengangguk kecil untuk menanggapi. "Terima kasih daddy!" serunya lalu mengecup pipi kiri Mingyu dengan sedikit berjinjit dan bergegas keluar dari kamar itu lagi. Ia tidak perlu menyewakan tubuhnya kepada orang lain untuk berbelanja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Conclusion of Desire
FanfictionMINWON • COMPLETED Fantasies Fanfiction Ketika Jeon Wonwoo dijadikan sebagai sumber keuangan bagi keluarganya, ia hanya menerimanya dengan lapang dada. Tidak ada penolakan sedikit pun sampai dirinya benar-benar menyukai pekerjaannya dan tak memikir...