12

2K 167 8
                                    

"Tuan Wonwoo.."

Wonwoo menoleh ketika mendapat panggilan tersebut, melihat bibi Han memasuki kamarnya setelah membuka pintu dengan membawa nampan berisi makanan dan air putih. Ia bangkit duduk di sisi ranjang, menatap wanita itu yang berjalan mendekat setelah menutup pintu.

Bibi Han meletakkan nampan tersebut di atas nakas samping tempat tidur Wonwoo, ia lalu menatap pria Jeon itu yang kedua matanya sembab, hidungnya memerah juga wajahnya yang begitu lesu. "Anda harus makan." ucapnya kemudian dan Wonwoo hanya terdiam.

Ia lalu mengambil duduk di samping Wonwoo, menatap pria itu yang benar-benar terlihat begitu sedih. Entah apa yang terjadi dirinya tidak tahu secara detail, hanya saja, ia tahu bahwa hubungan antara tuannya dengan Wonwoo memburuk karena kejadian kemarin malam. Wonwoo juga terus mengurung diri di kamarnya.

Bibi Han menghela napasnya panjang. "Anda begitu pucat tuan Wonwoo.. atau anda menginginkan sesuatu yang lain? Ingin saya buatkan?" tawar bibi Han lagi, karena Wonwoo sama sekali tidak makan sejak kemarin pagi.

Wonwoo menunduk dalam, jemari tangannya saling bertautan satu sama lain. "Kenapa.. daddy Kim bersikap seperti itu?" lirihnya, air matanya menetes begitu saja.

"Bersikap bagaimana tuan Wonwoo? Katakan pada saya." balas bibi Han.

"Aku sama sekali tidak mengerti." Wonwoo menghapus air matanya yang membasahi wajahnya, lagi. "Aku sering mendengar perkataan buruk dari orang lain bahkan orang tuaku sendiri. Mereka bilang aku hanya jalang, aku hanya pemuas nafsu, aku hanya pelacur, aku.. aku seorang pelaku sodomi.. tapi.. aku tidak pernah sakit hati seperti ini dan.." ia mendongak, menatap wanita paruh baya itu. "k-kenapa rasanya begitu menyakitkan ketika.. daddy bilang aku hanya salah satu barangnya? Kenapa.." air matanya kembali mengalir.

"Tuan Kim mengatakan seperti itu?" tanya bibi Han dengan dahi mengernyit dan Wonwoo mengangguk kecil.

"T-tapi itu benar bibi Han.. aku milik daddy, ia membeliku dari ketua Park tapi.. tapi kenapa ketika daddy mengatakannya, itu sangat menyakitkan.. aku tidak tahu apa yang selah denganku, aku tidak mengerti.. padahal itu kebenaran." balas Wonwoo, ia kembali menangis hingga membuat dirinya sesenggukan.

Wanita paruh baya itu menatap Wonwoo dengan sendu, ia mengusap lengan kiri Wonwoo yang duduk di sampingnya. "Mungkin karena anda menyukai tuan Kim." ucapnya dan membuat Wonwoo langsung terdiam, menatapnya dengan bingung. "Terkadang, perkataan buruk dari seseorang yang kita sukai, akan lebih menyakitkan dibandingkan dengan perkataan buruk orang lain." lanjutnya.

Mata rubah yang merah itu mengerjap kecil. Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar ketika bibi Han mengatakan bahwa alasan dirinya seperti sekarang adalah karena ia menyukai Mingyu. "Aku t-tidak menyukai daddy Kim, a-aku hanya.." dan lagi-lagi, dirinya tak bisa menemukan jawaban untuk apa yang tidak ia ketahui tentang perasaannya itu.

"Mungkin karena anda belum sadar tuan Wonwoo.." balas Bibi Han, ia menghela napasnya dan menurunkan tangannya dari lengan Wonwoo. "Dari apa yang saya lihat, anda terjerumus dalam perhatian yang tuan Kim berikan, mungkin karena anda belum pernah merasakannya?"

Wonwoo terdiam, ia sama sekali tidak menyadari akan hal tersebut. Perasaan jatuh cinta? menyukai? Wonwoo belum pernah merasakannya. Ia terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri. Bahkan saat pertemuan pertamanya dengan Mingyu, ia malah merasa takut karena Mingyu orang pertamanya saat Wonwoo masih belum menerima pekerjaan yang ia lakoni.

"Tapi memang baru kali ini, tuan Kim memedulikan seseorang yang ia biarkan tinggal di sini, biasanya, tuan Kim hanya membutuhkan mereka untuk sekedar pemuas nafsu. Jika tuan Kim bosan, maka ia akan mengusir orang itu. Tapi tidak dengan anda tuan Wonwoo." lanjut bibi Han.

The Conclusion of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang