Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.'Hiks'
'Hiks'
Suara tangisan terdengar lirih dari balik pohon besar di sebuah halaman yang luas.
'Shh perih' seorang anak kecil merintih kesakitan karena luka di bagian lututnya dan ujung bibir yang terluka.
Rupanya dia sedang bersembunyi dari sekelompok bocah-bocah pembully. Ia tahu para pembully itu takkan berhenti mengejarnya, sebelum mereka puas membuatnya babak belur.
Padahal mereka hanya berandalan yang suka menindas anak yang terlihat lemah dan miskin.
Sialnya, Zio, menjadi salah satu dari jajaran target mereka. Setiap hari mereka akan menunggunya di gerbang sekolah. Berpura-pura berkawan pada awalnya. Memperlakukannya dengan baik lalu, menjerembabkannya pada lumpur dengan keras.Semakin hari mereka semakin menjadi-jadi ketika bully-annya tidak melawan. Begitupun Zio, ia tak pernah punya tameng atau kuasa untuk membela diri.
'Hiks mereka jahat, sakit,'
Zio kecil hanya bisa berlari dan bersembunyi, Ketika mereka mulai beraksi kembali. Meringkuk sendirian, menangisi nasibnya yang malang.
Anak kecil yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar, harus menanggung begitu banyak penolakan dari lingkungan sekitarnya. Bahkan perundungan oleh teman-temannya.
Mengadu adalah satu-satunya cara agar ia terbebas dari perundungan itu. Namun Zio tak tahu bagaimana cara mengatakan betapa sulit situasinya saat ini atau pada siapa dirinya harus mengadu.
Begitu pulang, ia pun tak tahu harus mengatakan apa pada ibu panti. Apa ia harus mengatakan kemalangan dan perlakuan buruk yang ia terima disekolah atau diam dan menerima semuanya.
Kaki kecilnya melangkah lesu, keluar dari bus sekolah. Berharap Ibu panti menyadari keanehan anak asuhnya. Dengan begitu Zio tak perlu susah-susah mengatakan perundungan yang ia alami.
'Cepat ganti baju, setelah itu makan dengan yang lain.'
Harapan Zio menguap begitu saja ketika ibu panti tidak mengatakan apa-apa mengenai wajah lesu dengan lebam diujung bibirnya atau seragam kotornya.
'Ibu, Zio mau ngomong sebentar. Boleh gak?'
Ibu panti hanya menatapnya tanpa menjawab kemudian mengangguk.
'Ibu lihat gak? muka Zio sakit bu. Ini juga, seragam Zio kotor karena diinjak teman-teman Zio bu. Mereka sering pukul-pukul Zio. Tolong bilangin mereka biar jangan mukulin Zio lagi bu. Sakit, Zio sakit dipukul.'
Ibu panti masih diam tanpa mengeluarkan suara atau ekspresi yang berarti. Sesaat kemudian beliau mengangguk. Tak bisa Zio pungkiri, dia sangat bahagia sekarang. Senyumnya merekah indah bersamaan dengan kelegaan yang menjalar dihatinya.
Ia berharap, besok akan mendapat teman yang baik dan sekolah yang menyenangkan.
"Yo! Bangun woy!" guncangan yang katanya pelan dari Regan berhasil membangunkan Zio dari tidur lelapnya.
"Hm? Kenapa?" Pertanyaan reflek Zio membawa kelegaan tersendiri untuk dua orang yang menatapnya saat ini.
"Lo tidur kayak orang pingsan tau gak?" Jujur saja Regan tidak pernah sepanik ini sebelumnya. Kecemasannya menyeruak ketika mendapati sahabatnya tertidur seperti orang mati dengan wajah pucatnya. Mana tahu saat itu sahabatnya pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZIO
Random"Dia orang tuamu." "Ha?" "Saya Ayahmu." "Ha?" "What the fuck does he mean, ha?" -- berbisik pada bawahannya. ######################## Ezio yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal, selalu mengagumi tempat yang disebut rumah. Berbe...