Bab 20

2.2K 166 13
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lingkaran, sesuatu berbentuk seperti itu tengah berputar menyusuri jalan beraspal dengan giatnya. Empat lingkaran yang terlihat sama dipandang dari sisi manapun, menahan kerangka besi kokoh diatasnya. Kecepatannya berputar dikendalikan oleh si kusir pemegang stir. Yang kini duduk tenang di kursi pengemudi. Tak jarang lubang dijalanan mengguncang si kusir dan penumpangnya. Kuda besi itu melaju kencang tanpa menghiraukan beberapa sejenisnya yang turut melaju di jalan yang sama.

Di dalamnya, seorang anak duduk tegak berusaha mengusir ketegangan yang mencekam. Dua orang asing baru saja membawanya pergi dari tempatnya bernaung selama hampir 15 tahun, tanpa adanya kepulangan. Entah sejak kapan, sesuatu di dalam tubuhnya bergemuruh seolah akan meledak sebentar lagi. Mual, mungkin karena ini pertama kali untuknya bepergian menggunakan mobil. Dan ketegangan yang tak kunjung reda, membuatnya mabuk kendaraan..

Kruyuk

Kruyuk

Atau lapar?

Pria yang duduk disebelahnya melirik anak itu dengan wajah yang senantiasa dibuat cool. Rupanya pria itu cukup peka, dan langsung menyuruh supirnya singgah sebentar di sebuah rumah makan.

Sementara anak yang dimaksud tengah menahan rasa malu gara-gara perutnya yang dengan lancang bersuara. Tak tahu harus berbuat apa untuk menutupi wajahnya yang memerah. Baru saja ia hendak mengadukan perutnya yang mulas, namun ternyata mulas itu datang karena perut kosongnya minta diisi.

Mobil mereka berhenti di sebuah restoran yang cukup familiar. Tidak menyangka sebenarnya. Namun jika dilihat lagi, hanya restoran ini yang cukup layak dikunjungi oleh orang seperti mereka.

Jalanan yang baru saja mereka lewati merupakan jalanan yang ramai perdagang kaki lima, dan jelas semua itu tidak cocok untuk dimakan sebagai pengisi perut kosong. Lagi pula tidak ada tempat singgah yang terlihat nyaman di pinggiran jalan. Lebih baik mereka duduk manis di restoran ini, yang tempatnya jauh lebih luas dan nyaman untuk berlama-lama.

Seorang wanita berjalan tergesa-gesa kearah meja mereka. Berpakaian rapi, khas seragam restorannya, dengan bordir bertuliskan Rest.Sederhana di dada sebelah kiri. Menunjukkan identitas restoran tempatnya bekerja.

"Mau pesan apa?"

"Apa saja asal bukan daging sapi, daging kambing, sama jeroan." Bilang apa saja, tapi banyak yang dikecualikan. Dasar.

"Ya sudah Itu saja." Kata Steven pada akhirnya.

"Jadi pesan apa ya, Mr?"

"Kamu tidak dengar apa kata anak saya? Dengar kan? Dan tolong cepat bawakan pesanan kami."

Wanita itu mengernyitkan alisnya. Tidak ada satupun yang diingat dari ucapan kedua orang didepannya. Tadinya ia pikir mereka tengah mengobrol berdua, tapi ternyata tengah berbicara padanya. Ditengah kebingungannya, laki-laki berkacamata hitam yang sedari tadi berdiri tanpa bergerak sedikitpun menghampiri dan mengatakan lagi apa yang diucapkan tuannya.

"Ah, iya, iya. Tolong tunggu sebentar, rekan saya akan kembali membawakan pesanan anda."

'Terima kasih, hubungi aku nanti' ucap pelayan itu setengah berbisik dan tangan yang membentuk kode telepon kepada pria berkaca mata baik hati. Tak lupa melayangkan kedipan mata genit yang berhasil membuat bodyguard Steven bergidik ngeri. Wanita yang menakutkan.

EZIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang