Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Minggu pertama setelah hari-hari yang sulit, menerbitkan senyum di pagi yang terasa indah bagi Ezio. Pagi yang sempurna untuk Ezio membangun rutinitas barunya sebagai remaja produktif. Di awali dengan meregangkan otot-otot kaku, kemudian menggosok giginya sekalian mencuci muka. Dia berencana menyesap secangkir air hangat yang menenangkan. Lalu bersiap lari pagi mengelilingi panti. Setidaknya badannya bergerak walaupun tidak jauh. Daripada hanya diam bermalas-malasan.
Para pengurus panti (3 orang) yang baru sedang belajar melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas mereka dari Fira. Ezio sudah cukup akrab dengan mereka, karena bagaimanapun mereka yang akan berperan sebagai orangtuanya. 2 dari mereka tidak menetap, hanya berkunjung di pagi atau sore hari, bergantian. Hanya Fira yang menetap dan bertugas full mengurus anak-anak panti yang tersisa.
Tidak terlalu sulit mengurus anak-anak itu, karena 4 diantaranya sudah mandiri, apalagi Ezio yang sudah mulai mengambil kerja part time. Padahal Fira sudah mewanti-wanti agar Ezio berhenti mengambil pekerjaan-pekerjaan paruh waktu itu, tapi Ezio yang keras kepala tetap kekeuh mempertahankan salah satu pekerjaannya, yaitu mencuci piring disalah satu tempat makan dekat panti.
Ada satu hal yang menahannya untuk tetap tinggal dan menghasilkan uang. Apalagi pekerjaannya tidak terlalu berat. Hanya duduk didepan tumpukan piring-piring kotor lalu bersiap membelai mereka dengan spons penuh sabun. Tempat cuci piring juga sangat sepi, memberikan kesan menenangkan dengan aroma sabun s**light yang memanjakan hidung. Kecuali jika hari itu banyak pelanggan mabuk, mereka hanya memainkan makanannya dan terkadang meninggalkan sepiring utuh tanpa di sentuh.
Sisa makanan mereka mau tidak mau harus dibuang sia-sia. Bau sampah organik yang bercampur menjadi kesialan tersendiri bagi Ezio.Sebenarnya, terkadang Ezio masih memikirkan perasaan malu yang sekilas menyakiti harga dirinya. Ini tentang kejadian dimana, ia sangat merepotkan Alan beberapa waktu yang lalu. Sudah ditraktir makanan enak, ia malah berakhir ketiduran dan menyusahkan Alan yang mau tidak mau harus mengantarkan Ezio pulang. Sangat memalukan untuk orang pemikir seperti Ezio. Jadi ia berencana membalas budi dengan mentraktir balik orang yang sering disebut Bang Al itu.
Karena tidak mungkin ia meminta uang tambahan kepada wanita-wanita panti yang dengan baik hati merawatnya itu. Walaupun setiap harinya, Ezio juga diberi uang saku sejumlah 10 ribu atau lebih dari orang-orang yang berkunjung memberi santunan.
Ada satu kabat baik lagi, Ezio mendapat jadwal rutin meminum obat setiap harinya. Yaitu tiga kali sehari. Jika ingin tahu, Merqeen yang menanggung seluruh biaya menyangkut kesehatan Ezio. Termasuk check up setiap bulan selama masa pemulihan kemarin dan segala tetek-bengeknya. Merqeen sangat membantu dan Ezio berhutang banyak kepada laki-laki itu.
"Hu, ha, hu, ha! dua putaran lagi."
Lima kali putaran mengelilingi panti, Ezio memforsir seluruh tenaganya untuk itu. Alhasil saat ini, ia merasa sangat kelelahan. Ezio tengah mengatur nafasnya dengan duduk bersandar pohon mangga yang tumbuh rimbun menyejukkan separuh halaman panti.
"Mas io payah, masak gitu doang udah kayak orang sakaratul maut." di ujung halaman, Brian, salah satu adik Ezio di panti, menghampiri Ezio yang sedang meluruskan kaki sehabis berlarian.
"Heh, mulutt." sahut Ezio gemas dengan mulut Brian yang berbicara sesukanya. Di balas kekehan dari Brian yang kini mengangkat kedua tangannya 'peace'.
Hah
"Capek yan, lima putaran keliling panti kamu pikir gampang?"
"Yaa enggak sih." balas Brian menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZIO
Random"Dia orang tuamu." "Ha?" "Saya Ayahmu." "Ha?" "What the fuck does he mean, ha?" -- berbisik pada bawahannya. ######################## Ezio yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal, selalu mengagumi tempat yang disebut rumah. Berbe...