Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.'Aku kaya'
Terlalu kagum, matanya tetap berkelana menjelajahi seluruh penjuru villa-- Ezio masih bingung menyebut rumahnya apa. Tak ada satupun yang boleh terlewatkan dari pandangannya.
"Tetap fokus, Ezio. Kamu bisa terjatuh jika tidak memperhatikan langkahmu dengan benar." Peringat Steven saat melihat Ezio yang kurang fokus.
"Iyaa,"
Setelah merasa puas, pikirannya kembali tertata lagi. Statusnya disini hanyalah anak angkat tuan Steven, pebisnis yang tak jarang disorot publik. Sebagai anak angkat, bagaimana ia bersikap pun, pasti juga akan menjadi konsumsi publik.
'Aku harus hati-hati.'
Setelah berjalan agak jauh, mereka sampai tepat didepan mansion. Steven merangkul bahu Ezio erat. Tak lupa dengan senyuman kecil yang selalu menenangkan.
"Kalian semua, ini Ezio. Anak bungsuku." Kata Steven lantang, begitu mereka sampai di depan barisan para pekerja. Tak banyak, hanya ada 3 asisten rumah tangga dan sekumpulan orang berbaju mirip, Jack?
Wah kok tambah banyak?Bodyguard-bodyguard yang tadinya masih stay ditempatnya seketika berhamburan menuju asal suara keras yang sudah pasti berasal dari sang tuan besar.
"Ada apa master?" Jack 2, yang miripppp sekali dengan Jack yang ia tahu dari banyak jam lalu ada bersamanya. Bagaimana tidak mirip? mereka sama-sama menggunakan setelan jas, juga kaos putih sebagai dalamannya. Tak lupa gaya rambut klimis disisir ke kiri yang terkesan khas.
"Awasi anak bungsuku ini. Jangan sampai dia terluka se-di-kit-pun." Ujar Steven merangkul posesif lebih erat, sang putra.
"Baik master." Kata Jack 2 menyanggupi kemudian serentak para Jack yang lain menunduk hormat kepada dua tuannya.
"Ji, tolong antar dia ke kamar tamu." Titah Steven pada salah satu maid yang tidak bergerak sedikitpun sedari tadi.
"Baik tuan."
"Sementara waktu, tinggallah dulu di kamar tamu. Ayah akan menyuruh orang mengubah kamarmu seperti yang kau mau." Berbeda dengan cara Steven berbicara pada anak buahnya, ia akan memperlihatkan kelembutannya pada Ezio.
Ji, melangkah hati-hati mendekati tuan barunya untuk diantarkan ke kamar tamu seperti yang diperintahkan tuan besar.
"Mari, saya antar." Lirih maid ji, dibalas anggukan canggung Ezio.
Sesampainya dikamar, Ezio tidak pernah tidak dibuat kagum. Semua yang ada terasa baru dan indah dimatanya. Tak peduli mau dibilang norak atau kampungan, ia menyentuh semua yang terlihat menarik.
"Saya tinggal dulu ya, tuan. Nanti saya kembali lagi saat makan malam tiba. Selamat beristirahat."
"Terima kasih, eee??---''
"Tuan bisa panggil saya, ji. Seperti tuan-tuan yang lain." Sela Jinan saat menyadari nada bicara tuannya yang seolah bertanya.
"Baiklah, terima kasih, ji."
Sepeninggal Jinan, Ezio memutuskan untuk mandi kemudian mencoba kasur super besar yang menggoda untuk ditiduri.
"Ahhh, nyaman nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZIO
Random"Dia orang tuamu." "Ha?" "Saya Ayahmu." "Ha?" "What the fuck does he mean, ha?" -- berbisik pada bawahannya. ######################## Ezio yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal, selalu mengagumi tempat yang disebut rumah. Berbe...