Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Langit malam terasa begitu suram dan tenang diwaktu yang sama untuk manusia yang saat ini tengah menikmati kesendirian. Dia Ezio, begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Karena memang hanya itu namanya. Tanpa nama belakang atau nama tengah. Yaa sepertinya bunda panti tidak punya banyak ide untuk nama anak-anaknya.
Walaupun ada kata suram tentang malam dibenaknya, masih ada kata tenang yang membuat Ezio suka dengan malam. Langit gemerlap penuh bintang yang seolah berlomba-lomba menjadi yang paling terang, buat dirinya memutar potongan memori di masa lalu. Kala itu dia berada di posisi salah satu bintang, dan menjadi yang ter redup.
Duduk sendiri di dalam ruangan yang terasa asing sejak beberapa menit yang lalu, membuatnya bingung ingin melakukan apa. Jujur saja, langit sudah membuatnya bosan walaupun dia sukai.
Sebenarnya Ezio agak kesusahan bergerak karena badannya terasa sakit semua saat coba digerakkan. Sementara alat yang membantunya bernafas sudah dilepas dari tadi karena sudah merasa baik. Ia tidak tahan lagi sendirian, tapi bagaimana cara memanggil dokter jika bergerak sedikit saja badannya seperti akan remuk. Jadi yang bisa ia lakukan hanya diam dan berharap seseorang akan datang dan mengusir sepi.
"Siapa yang membawaku ke mari?" monolog Ezio begitu ingat kejadian yang membuatnya sampai tak sadarkan diri. Tak ingin memikirkan hal yang hanya membuat semakin penasaran, dia memutuskan untuk kembali memejamkan matanya.
Selang 5 menit..
Cklek
Seseorang masuk kedalam ruangan tempat Ezio baru saja tertidur. Kakinya dibawa berjalan mendekat kearah Ezio. Orang itu berdiri lama didepan ranjang dan memandangi Ezio yang masih betah menyelami alam mimpi.
Alisnya mengernyit ketika menyadari ada yang berbeda dengan Ezio dari yang terakhir kali ia lihat. Posisi tidurnya memang masih sama, hanya saja ada yang hilang dari wajah pucat Ezio. Alat yang membantu pernafasan sudah dilepas dari tempat sebelumnya.
Pertanyaannya, siapa yang melepas alat itu? Dari tadi ia berjaga di luar ruangan, tidak ada seorangpun yang masuk ke sini. Lalu siapa? apakah Ezio sendiri yang melepas? Ah sudahlah ia tak ingin ambil pusing dan memutuskan untuk memikirkan lagi nanti. Tangannya bergerak segera memasang kembali alat bantu nafas untuk Ezio.
Namun, pergerakan yang dirasa pelan ternyata berhasil membangunkan Ezio yang kemudian berjengkit kaget. Mata yang tadinya tertutup rapat langsung terbuka lebar dan terlihat waspada.
Bagaimana tidak kaget? ada orang asing yang masuk keruangannya dan menyentuh wajahnya tanpa permisi. Tentu saja itu sangat aneh dan mencurigakan.
"Si-siapa kau?" Ujarnya dengan suara yang hampir tidak terdengar saking lirihnya.
"Tenanglah, aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang, biarkan aku membantumu terlebih dahulu." Balas orang itu tenang, sambil berusaha membenahi letak masker oksigen Ezio.
"T-tidak!" Tapi kalah cepat dengan Ezio yang buru-buru menepis tangan orang itu.
"Tolong! d-dok, dokter, tolong!!" Ezio berteriak meminta pertolongan dengan suara serak. Karena reflek, orang itu bereaksi melepas masker oksigen dan membungkam mulut Ezio.
Ezio semakin memberontak, karena mengira orang yang sedang membekapnya benar-benar orang jahat. Kakinya bergerak menendang-nendang apapun yang mungkin bisa melukai orang itu, begitupun tangannya yang berusaha menggapai tubuh orang yang dianggap berniat jahat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZIO
Random"Dia orang tuamu." "Ha?" "Saya Ayahmu." "Ha?" "What the fuck does he mean, ha?" -- berbisik pada bawahannya. ######################## Ezio yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal, selalu mengagumi tempat yang disebut rumah. Berbe...