Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tenanglah, ada aku disini, tidak ada yang perlu membuatmu sedih. Kau aman bersama kakak."
Ezio tidak menolak menerima perlakuan manis seorang kakak yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Terlintas sesaat untuk memanfaatkan situasi ini. Ia berpikir untuk menghabiskan semua rasa sedihnya dengan bersembunyi di pelukan Merqeen.
"Jika harus dideskripsikan, tempat ini (pelukan Merqeen) sangat nyaman dan hangat." Ezio bergumam tanpa sadar.
Merqeen terkejut sekaligus bingung, mendengar suara-suara tidak jelas yang berasal dari bawah dadanya. Lebih tepatnya seperti dengkuran. "Apa benar, jika anak kecil suka mendengkur begitu, saat tidur?"
Merqeen semakin bingung saat perasaan geli datang dari tempat yang sama. Saat di intip, ternyata geli itu disebabkan oleh gerakan mulut yang dibuat Ezio beradu dengan permukaan bajunya. Hingga menimbulkan rasa geli pada Merqeen (yang menjadi tempat persembunyian Ezio).
"Anak kecil, kau sudah tidur?" tanya Merqeen memastikan.
"Belum." jawab Ezio lagi tanpa sadar, karena asal menjawab. Dia terlalu fokus menikmati kenyamanan ditempat persembunyiannya.
Merqeen mendelik kecil saat menyadari tidak adanya penolakan dari anak laki-laki yang sebelum ini selalu protes saat digoda olehnya dengan sebutan 'anak kecil'.
"Cepatlah tidur, anak kecil tidak boleh tidur larut."
"Hmm."
Setelah itu, tidak ada percakapan lagi yang terjadi. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ezio yang terlalu sibuk menikmati pelukan Merqeen yang nyamannya tidak berkurang sedikitpun di setiap detik yang mereka lewati. Sementara Merqeen terlalu sibuk menghitung domba yang sayangnya tak ada habisnya.
Merqeen sedikit merenggangkan pelukannya untuk mengintip kesadaran bocah tengil di pelukannya. Tapi berakhir kecewa karena ternyata, mata itu masih belum tertutup juga.
Ia memutuskan berdiri untuk memanggil dokter lewat tombol yang tersedia di samping atas ranjang. Ia berniat untuk meminta resep obat tidur yang akan membuat anak ini tidur secepatnya, kalau bisa selama seharian besok. Karena dia akan membawanya menemui keluarga yang terus-menerus turut menjadi batu sandungannya nanti.
Keputusannya kali ini memang yang paling menguntungkan dan minim kerugian.
Tetapi sebelum rencana itu terealisasi, dengkuran yang lebih halus dan teratur dapat ia rasakan dari bawah dadanya. Pertanda jika anak itu berhasil tertidur setelah Merqeen harus merasa frustasi karena tidak menemukan ekor terakhir domba fantasinya.
Mata Merqeen jadi ikut memberat. Lantas, dengan segera ia membaringkan tubuh lidi Ezio, keranjangnya. Dan ikut berbaring untuk menyelami dunia mimpi bersama.
*********
Di pagi hari, salah satu relawan yang mengurusi anak-anak panti, Fira. Datang seperti hari-hari sebelumnya ketika seseorang mengatakan jika salah satu anak asuhnya dilarikan ke rumah sakit. Setiap hari ia akan datang untuk mengurusi segala kebutuhan Ezio. Tak banyak yang dapat ia lakukan di rumah sakit, jadi ia hanya akan menengok kondisi Ezio.
Terakhir kali, anak itu masih belum sadarkan diri. Ia ikut sedih saat mendengar jika Ezio mendapat perundungan di sekolahnya. Beruntung, ada orang baik yang mengurusi kasus perundungan yang dialami Ezio. Orang itu memintanya untuk fokus saja pada perawatan Ezio sampai dia benar-benar pulih kembali.
Selain luka memar, dokter juga menduga ada trauma yang Ezio alami. Dokter menduganya karena Ezio tak sadarkan diri selama waktu yang tidak singkat.
Tanpa berlama-lama, Fira segera masuk. Begitu sampai di depan kamar Ezio, Tubuhnya menegang, terkejut saat mendapati ada orang lain juga yang berada di kamar ini selain Ezio. Sedikit anehnya, posisi mereka sedang berpelukan. Perasaan lega lebih mendominasi, ketika ia menyadari Ezio sudah siuman. Tapi siapa laki-laki ini? kalau dari perawakannya, seperti pemuda 20 tahunan.
Merqeen sudah terbangun sejak seseorang terdengar membuka pintu ruang rawat Ezio. Ia meregangkan tubuhnya hati-hati, tak ingin membangunkan Ezio.
"Anda sudah datang?" Merqeen turun dari ranjang pesakitan Ezio dengan pelan. Dan
"Ezio siuman tadi malam. Maaf, saya tidak mengabari." sesalnya karena lupa bertukar nomor telepon.
"Tidak papa, terimakasih sudah menjaga Ezio selama ini. Anda sudah banyak membantu kami. Lalu, maaf jika lancang. Saya berencana untuk mengundang anda ke panti asuhan kami." Fira menunduk sopan, san berterimakasih. Kala tahu siapa orang yang berada di kamar rawat Ezio.
"Tidak perlu repot-repot, saya bukannya mengharap imbalan sepeserpun."
"Bagaimana mungkin. Kami sudah banyak merepotkan anda." ucap Fira tetap kekeuh membujuk Merqeen agar setuju menikmati jamuan sederhana di panti asuhan mereka.
Merqeen baru saja ingin menolak lagi, namun urung ketika terlintas dibenaknya, satu keuntungan disusul keuntungan-keuntungan lainnya, "ehem, Tapi jika anda memaksa, saya ingin menanyakan sesuatu tentang anak itu. Apa boleh?"
"Tentu tuan, saya akan menjawab sebanyak yang saya tahu." Jawab Fira langsung tanpa berpikir panjang.
"Bisa kita bicarakan di kantin saja?"
Fira menatap Ezio sebentar, kemudian mengangguk ragu-ragu. Namun, langkah mereka terhenti begitu suara telepon masuk dari ponsel Merqeen berdering keras, minta di jawab.
"Angkat telponnya bodoh! Bagaimana kau bisa melupakan meeting penting hari ini??! Kita sudah membicarakan ini tadi malam, kau ingat? Kenapa kau lagi-lagi mengentengkan hal ini? Aku tidak akan mengampunimu jika ayah mengamuk."
Tut
Telepon dimatikan sepihak oleh orang yang berada di seberang telepon. Merqeen bahkan belum angkat bicara sedikitpun. Dia hanya mengangguk-angguk seperti orang bodoh. Seakan-akan tidak sedang menghadapi situasi gawat. Yang nyatanya malah SEBALIKNYA.
Sebelum menurunkan telepon genggamnya dari telinga, Merqeen tampak meneguk liurnya, gugup.
"Apa ada masalah, tuan?" Fira reflek bertanya saat menyadari raut tidak mengenakkan dari manusia cukup tampan didepannya.
Merqeen mengangguk lesu, "saya akan mengabari anda nanti." gara-gara masalah itu keuntungannya jadi tertunda.
"Ah, baiklah kalau begitu. Lain kali saja." Fira tersenyum ramah.
"Saya permisi." Merqeen segera pergi dari sana dan berlari kearah mobilnya terparkir.
Ia harus menyelesaikan masalah meeting terlebih dahulu barulah ia akan mencari tahu seluk-beluk, semua hal tentang anak itu.
Brumm
_________________________________
~EZIO~
_________________________________
Mohon bersabar ya permirsa, alurnya sangat lambat karena adanya faktor kemalasan writer 😙
Seperti biasa, jangan lupa untuk vote bab ini jika kalian suka 🦅.
Vote mu semangatku huhu 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
EZIO
Random"Dia orang tuamu." "Ha?" "Saya Ayahmu." "Ha?" "What the fuck does he mean, ha?" -- berbisik pada bawahannya. ######################## Ezio yang sejak kecil tinggal di panti asuhan tempatnya tinggal, selalu mengagumi tempat yang disebut rumah. Berbe...