𝟎𝟏. 𝐑𝐮𝐭𝐢𝐧𝐢𝐭𝐚𝐬

9.8K 209 0
                                    

Pagi menyapa, matahari pun sudah menampakkan jatirinya pada dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyapa, matahari pun sudah menampakkan jatirinya pada dunia. Namun, tampaknya itu tidak membuat sepasang kekasih itu tidak terganggu meskipun alarm sudah berbunyi sedari tadi.

"Ugh ...." Lean menggeliat tatkala sinar matahari mengenai retina matanya.

"Ssst ... tidurlah kembali, kau baru tertidur dua jam sayang," bisik Axelen dengan suara khas bangun tidurnya.

Ya mereka baru tertidur setelah semalam mereka saling bercumbu di atas ranjangnya. Maklum, Axelen baru saja pulang dari Belgia untuk mengurus bisnisnya. Ia yang merindukan kekasihnya itu langsung saja menggempur pria manisnya dengan cintanya.

"Sssh ...." Lean meringis saat merasakan sensasi perih di bagian bawahnya, tepatnya di lubang anusnya. Semalam Axelen benar-benar menggempurnya tanpa ampun. Lean yang lemah hanya bisa pasrah.

"Maaf ..," bisik Axelen kembali seraya melumat bibir pink Lean.

Axelen bangun, ia meregangkan tangannya seraya menguap. Lean yang melihat itu hanya terkekeh lemas.

"Aku mandi terlebih dahulu, setelah itu aku akan memandikanmu," ujar Exelen. Ia pun memasuki kamar mandi dan meninggalkan Lean yang masih lemas di ranjangnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Axelen keluar dari kamar mandi, ia sudah selesai dengan rutinitasnya. Sekarang giliran kekasihnya untuk melakukan rutinitas paginya.

"Aku ganti dengan nasal cannula ya?"

Lean mengangguk.

Axelen pun melepaskan nasal pillow CPAP dan menggantikannya dengan nasal biasa. Nasal pillow hanya di gunakan Lean saat tertidur karena pernapasannya yang bermasalah, tetapi jika siang hari ia hanya akan memakai nasal biasa untuk membantu pernapasannya. Jangan tanya mengapa ia memakai alat-alat tersebut, karena itu semua ulah Axelen. Pria itu sudah merusak paru-paru nya yang membuat Lean harus ketergantungan pada oksigen berbayar.

Lean tidak mengerti dengan Axelen, pria itu sangat senang jika ia terlihat lemah dan tidak berdaya. Dan anehnya, Lean menurut meskipun itu menyiksa.

Bukan itu saja, semua kegiatan Lean sudah di atur oleh Axelen. Seperti mandi, Lean tidak di perbolehkan mandi sendiri, ia harus ada yang memandikan itupun hanya tiga kali dalam seminggu, dan selebihnya tubuhnya hanya di washlap.

Bahkan ada yang lebih gila lagi, Lean harus buang air besar dua kali dalam sehari yaitu ; pagi dan malam. Semua itu harus ia lakukan di pembaringannya, bukan di toilet. Axelen sudah mempekerjakan perawat khusus untuk sangkasih. Mereka yang selalu memandikan Lean dan mengurus semua keperluan Lean. Namun, jika Axelen sedang libur, maka ia sendiri yang akan mengurus Lean dengan tangannya sendiri.

Seperti sekarang, Axelen tengah membantu Lean untuk mengeluarkan kotorannya. Karena sudah terbiasa, kotoran yang lembek itu keluar dengan mudahnya. Setelah selesai Axelen membuang kotoran yang tertampung di pispot ke toilet, kemudian ia pun membersihkan pantat Lean dengan air hangat.

"Sssh ... pelan-pelan, itu sangat perih," ujar Lean saat towel hangat itu mengenai lubang anusnya.

Axelen yang melihat hole pink yang kerkedut itu terkekeh. Bukannya mengusapnya secara perlahan, ia malah sengaja mengusapkan towel itu sedikit kasar yang membuat Lean meringis.

"Maafkan aku," ucap Exelen setelah melihat Lean mengeluarkan air matanya. Ia pun mengusap air mata si manis dengan sayang, kemudian mengecup kedua mata sembab itu. Mata Lean semakin sembab setelah semalam ia menangis, dan kini Axelen kembali membuatnya menangis.

Sesudah melakukan rutinitas BAB nya kini Axelen mulai me-washlap tubuh Lean dari wajah hingga kaki. Setelah semua selesai, Axelen memakaikan baju dan juga diapers untuk Lean. Selama Lean tinggal bersama Exelen dan membuat Lean tidak berdaya Exelen melarang Lean di pakaian celana jika di Mansion. Lean hanya di perbolehkan memakai diapers dan di tutupi oleh selimut. Alasannya, agar lebih mudah menggantikannya nanti.

Dan untuk sentuhan terakhir, Axelen memakaikan kaus kaki hangat pada Lean. Semuanya selesai, kini mereka tinggal sarapan. Axelen pun memindahkan Lean ke kursi roda dan menutupi paha mulus si manis dengan selimut lembut. Axelen kembali terkekeh, ia suka penampilan Lean yang seperti ini. Dimatanya, Lean yang tidak berdaya begitu menggemaskan seperti bayi. Sedari itu Axelen memperlakukan Lean seperti seorang bayi.

Saat mereka sampai di ruang makan, hidangan pagi pun sudah tersedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat mereka sampai di ruang makan, hidangan pagi pun sudah tersedia. Axelen bukan tipe orang breakfast dengan yang berat, ia hanya akan memakan roti dengan selai coklat dan di temani dengan secangkir kopi atau teh hangat.

Berbeda dengan Lean, ia sarapan dengan oatmeal yang di guyur dengan susu, tidak lupa di dampingi dengan beberapa buah-buahan.

"Uhuk ... uhuk ...."

"Pelan-pelan." Axelen mengusap-ngusap dada Lean yang kembang kempis karena tersedak.

Entahlah Lean tidak mengerti, padahal ia makan dengan pelan-pelan tetapi tetap saja ia selalu tersedak.

Sesudah sarapan kini, keduanya berpindah ke ruang tengah untuk menonton acara Netflix.

"Ugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ugh ... ssh ... akh ...." Lean mendesah saat tiba-tiba tangan nakal milik Axelen memyelundup kedalam diapersnya untuk memainkan si adik yang tengah tertidur. Bukan hanya itu saja, Axelen juga memasukkan jari-jari nya kedalam hole milik Lean yang masih lecet itu.

"Stop it!" ujar Lean saat Axelen semakin menjadi.

Axelen, yang orang tahu pria itu sangat minim ekspresi. Tetapi lihatlah sekarang, ia tertawa di depan kekasihnya dengan lepas. Axelen semakin mengeratkan pelukannya pada Lean yang berada di pangkuannya.

"I love you Lean Ryuga," bisik Axelen deep.

"I love you too Scott," balas Lean seraya menyisir rambut Axelen dengan jari-jari tangannya.

__________________________________________________________________

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang