𝟎𝟖. 𝐒𝐚𝐤𝐢𝐭?

6.4K 167 37
                                    

Saat membuka mata, Lean sudah berada di ruang perawatannya. Seingat Lean, ia masih di kamar bersama Axelen. Namun, ia tidak tahu saja. Jika ia sudah tertidur dua hari karena digempur habis-habisan oleh kekasihnya itu.

Kepala Lean amatlah pusing, belum lagi tubuhnya yang terasa begitu lemas dengan perut yang terasa amat mual. Mata sayu itu meliar, hanya ada dirinya di sini.

Tak lama, pintu ruang rawatnya di buka. Sontak, Lean pun menolehkan kepalanya. Pria manis itu tersenyum saat melihat presensi kekasihnya, siapa lagi jika bukan Axelen.

"Kau sudah bangun?" pertanyaan terorik itu keluar dari bilah Axelen. Pria itu mendekat seraya mengusap pucuk kepala kekasihnya.

"Mm, berapa lama aku tertidur? Kepalanlku rasanya sangat pusing," ujar Lean dengan lemas.

"Dua hari, kau sudah tertidur dua hari, sayang," ucap Axelen dengan lembut.

"A-apa?" Sepertinya Lean mencoba untuk bangun dari tidurnya. Namun, dengan segera Axelen menahan pergerakan tersebut.

"Sudahlah, lebih baik kau istirahat. Kau harus menyimpan tenagamu untuk besok," kata Axelen yang membuat Lean bingung.

'Ceklek'

Pintu terbuka lagi, ada Dominic di sana tengah tersenyum padanya. "Akhirnya kau sudah bangun. Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah lebih baik?"

Lean mengerjab. "Ya, aku baik," jawabnya.

"Syukurlah, jadi besok kau langsung menjalani pengobatanmu," celetuk Dominic. Tentu, itu membuat Lean bingung. Pengobatan apa? Apa Axelen akan melakukan hal-hal aneh lagi pada tubuhnya?

Pria manis itu menatap kekasihnya. "Pengobatan apa?"

"Kau belum memberitahunya, Axelen?"

Axelen menghela napas, mengapa pamannya yang satu ini tidak bisa diam?! Sebenarnya, tujuan Axelen menghampiri Lean adalah untuk memberi tahu semuanya.

"Scoutt," panggi Lean lain.

"Kau sakit," ungkapnya.

Lean mengernyitkan alisnya, ia mencoba untuk bangun dari tidurnya. Namun, lagi-lagi Axelen menahannya.

"Ada sesuatu di tubuhmu, dan itu harus di sembuhkan, baby. Kau tenang saja, aku akan selalu menemanimu," terangnya.

Lean memjamkan mata. "Ada apa di tubuhku? Kenapa aku harus berobat? Aku baik selama kau tidak memberikanku obat-obatan anehmu!" hardiknya.

Axelen dan Dominic saling bertukar pandang. Tenang, suasana hati Lean sedang tidak baik.

"Ada kanker di tubuhmu, untungnya penyakit itu cepat terdeteksi. Dan untungnya lagi, penyakitmu masih stadium awal, itu masih bisa di sembuhkan," jelas Dominic.

Lean kembali menatap pada kekasihnya dengan mata yang berkaca.

"Maafkan aku, seharusnya aku memberitahumu. Tapi kau tenang saja, monster itu akan segera enyah dari tubuhmu. Aku tidak akan membiarkan itu, sayang," tutur Axelen dengan penuh keyakinan. Dengan segera, pria dominan itu langsung membawa tubuh rapuh kekasihnya pada dekapan hangatnya.

Lean pun menangis, ia tidak sangka jika nasibnya akan sama seperti mendiang ayahnya yang menderita penyakit tersebut. Apakah seteleh ini ia akan mati seperti sang ayah?

"Mengapa kau tidak bilang jika aku sakit?"

"Aku hanya mencari waktu yang tepat. Kau tenang saja, aku akan menyembuhkanmu, aku sudah mencari dokter yang terbaik dari yang terbaik untuk menyembuhkanmu. Sekarang, kau hanya menurut, mengerti?"

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang