Axelen suka Lean yang lemah, Axelen suka Lean yang tidak berdaya, Axelen suka Lean yang ketergantungan padanya. Semua yang ada pada Lean Axelen menyukainya, termasuk membuat pria cantiknya itu menderita selama hidupnya. Karena ketidakberdayaan Lean...
Niatnya hari ini Axelen akan mengajak Lean berjalan-jalan keluar, sudah lama rasanya Lean hanya mendekam di kamar. Tetapi sayang, cuaca di luar tidak mendukung, hujan turun cukup deras. Alhasil, mereka hanya menghabiskan waktu berdua di kamar dengan Lean yang berada di dekapan suaminya.
Sesekali Lean terbatuk karena udara cukup dingin, Lean tidak kuat akan dingin. Layaknya kepongpong, Lean di tutupi beberapa selimut oleh Axelen.
Setiap tarikan napas Lean cukup berat meskipun alat bantu napas tersemat di lehernya untuk seumur hidupnya, dengan lembut Axelen mengelus dada kurus suami kecilnya itu.
Entah ini berita bagus atau buruk saat tangan Axelen berpindah ke bagian perut Lean, di dalam sana sekarang ada sebuah janin yang tidak di sangka-sangka. Saat kemarin Lean melakukan check-up rutinnya, Dominic menyampaikan jika Lean tangah mengandung.
Sungguh diluar dugaan, jika sudah seperti ini Axelen harus menghentikan pemberian obat-obatan yang masuk kedalam tubuh si manis. Bahkan Hendrick sampai tidak menyangka jika Lean masih bisa mengandung meskipun sebuah obat-obatan keras masuk kedalam tubuhnya.
Meskipun begitu, Dominic menyarankan agar Lean menggugurkan kandungannya itu. Bukan hanya untuk janin yang berada di perutnya, bahkan untuk Lean pun itu sangat berisiko. Bisa saja Lean kehilangan nyawanya saat janin itu berkembang. Namun, Lean menolak, ia akan tetep memperthankan calon anaknya meskipun nyawa dia taruhannya. Axelen juga sudah memberi nasihat pada si manis agar ia menggugurkan janin itu, tetapi Lean tetap menolak. Jika Lean terus di paksa Lean mengancam akan menahan napasnya, jika janinnya dipaksa mati, ia pun harus ikut mati bersama anaknya.
"B-abbyh ..," ucap Lean dengan susah payah, saat tangan sang dominan mengelus perutnya.
"Yes, baby?" Axelen menoleh pada si manis.
"Dhi p-ruthku ada babbyh."
Kedua ujung bibir Axelen terangkat. "Ya, sekarang ada baby di sini. Berjanjilah padaku, kau akan baik-baik saja dengan keberadaannya.
Lean mengangguk, dan Axelen pun semakin mengeratkan pelukannya pada si manis.
***
Keesokan harinya Axelen jadi membawa Lean jalan-jalan ke luar. Seperti biasa, Axelen hanya akan membawa si manis ke taman kota. Karena Lean menyukai suasana di sana. Di sana banyak anak kecil dan Lean suka itu.
Axelen di bantu Anne mendandani Lean senyaman mungkin, bahkan tubuh itu di balut beberapa jaket dan selimut agar si manis tetap hangat karena di luar cuaca cukup dingin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesudah selesai, kursi roda itu pun di dorong keluar menuju mobil. Ingin rasanya Lean mengangkat kedua ujung bibirnya, tetapi sayang sekarang ia sudah tidak bisa melakukannya. Wajahnya mengalami kelumpuhan, tapi meskipun begitu, ia akam kembali normal saat obat-obatan itu di hentikan, itulah yahh Axelen katakan.
Tidak terasa, mereka sampai di taman. Udara dingin pun langsung menyentuh permukaan kulit wajah Lean.
Mungkin karena ini jam-jam kerja, taman tidak cukup ramai. Jadi, merekapun bebas melakukan apapun di sana.
Sudah tahu kesukaan si manis, Axelen membawa Lean ke tepi danau untuk melihat angsa dan Bebek. Meskipun hanya seperti itu bisa membuat Lean bahagia.
"Bagaimana? Indah bukan?" tanya Axelen.
Lean mengedipkan matanya, ia pun kembali memandangi angsa-angsa itu yang berenang dengan bebasnya.
***
Meninggalkan dua insan yang tengah menghabiskan waktu bedua, berbeda beda lagi dengan dua insan yang kini tengah memikirkan cara agar Lean tetap hidup meskipun aja janin di tubuhnya.
"Aku tidak mengerti, mengapa dia bisa hamil?"
"Dia pria omega," jawab Dominic.
Hendrick berdecak, bukan itu maksudnya. "Aku tahu, tapi bukan itu maksudku. Bagaimana bisa janin itu tumbuh di saat tubuh ibunya saja sedang tidak baik-baik saja? Obat-obatan yang ku berikan padanya begitu keras, tetapi mengapa bayi itu bisa muncul?"
"Imun tubuh Lean cukup kuat, aku juga tidak menyangka dia masih tetep hidup meskipun Axelen meberikan obat-obatan aneh padanya. Bahkan, terakhir pemeriksaannya semua tanda vital dia normal."
"Dimana Axelen menemukan pria itu?"
Dominic menaikan sebelah alisnya. "Memangnya kenapa?"
"Jika ada lagi, aku ingin manusia seperti Lean untuk bahan uji coba ku."
"Bukannya kau juga menjadikan Lean untuk menjadi kelinci percobaanmu?"
"Ya, itu dulu. Sekarang tidak, Axelen menghentikan pemberian obat yang aku buat. Dan sekarang tugas kita membuat pria malang itu dan bayinya agar tetep hidup."
Dominic mengangguk, kini mereka tengah memikirkan cara agar Lean tetep bertahan dengan bayi yang ada di dalam perutnya. Mau gimana pun bayi itu juga harus mendapatkan asupan untuk terus berkembang.
***
Kedua ujung bibir Axelen terangkat saat mendengar leguhan dan rintihan Lean. Selama perjalanan pulang Lean terus merintih karena dengan jahilnya suaminya itu memasang sebuah vibrator dengan kecepatan tinggi kedalam lubangnya. Suara desahan yang terdengar tertahan itu begitu candu.
Saat sampai di Mansion, Lean sudah tidak sadarkan diri. Axelen memerintahkan bawahannya untuk membawakan brankar untuk Lean. Pria manis itu pun langsung di pindahkan dan di dorong menuju kamarnya bersama Axelen.
Sebelum memindahkan Lean ke kasur king size itu, Lean memerintahkan Anne untuk melapisi kasur itu dengan underpad. Setelah itu ia menyuruh Anne untuk menyiapkan peralatan untuk mengangti popok yang di kenakan Lean.
"Biar saya bantu, Tuan," ujar Anne saat melihat Axelen melepaskan satu persatu baju Lean.
"Tidak, aku bisa sendiri. Kau pergi saja."
Anne mengangguk, wanita itu pun beranjak pergi meninggalkan Tuannya mengurus istri kecilnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Axelen pun membuka diapers yang menutupi area privasi Lean. Lagi-lagi kedua ujung bibir itu terangkat saat melihat kekacauan yang di buat si manis.
Axelen mencabut vibrator yang masih menempel di lubang si manis, benda tersebut sudah terbaluri oleh feses dan juga sprema milik Lean. Axelen pun membuang benda itu ke tempat sampah, setelah itu ia membersihkan kotoran yang Lean keluarkan.
"Ah, maapkan aku, mengapa begitu candu untuk melihatmu semakin menderita."