𝟐𝟏. 𝐃𝐫𝐮𝐠

984 168 15
                                    

Siapa sangka, manusia se-angkuh Axelen kini meneteskan air matanya saat mengatahui jika sang kasih sudah berhasil melewati masa kritisnya. Bahkan mata yang sudah tertutup delapan tahun itu sebentar lagi akan terbuka karena sang kasih sudah berhasil melewati masa komanya. Tidak sia-sia dia mempertahankan Lean, karena Axelen yakin, jika pria cantiknya itu begitu kuat.

Kini Axelen sudah leluasa menyentuh pria cantiknya. Beberapa tahun belakangan ini Lean harus tinggal di dalam tabung khusus agar dia tetep bertahan. Dan kini, simanis sudah bebas dan Axelen sudah leluasa untuk membelai dan mengecup suami kecilnya dengan bebas.

Tangannya terulur untuk menyentuh bagian kepala yang kini tidak ada sehelai rambut pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya terulur untuk menyentuh bagian kepala yang kini tidak ada sehelai rambut pun. Akibat efek obat yang begitu keras untuk kesembuhannya, kini tubuh Lean berbetuk aneh, dan dia kehilangan rambut indahnya.

"Maafkan aku," lirih Axelen. Setiap ia bertemu dengan si manis hanya kata itulah yang mampu ia ucapkan.

"Bangunlah, kau harus melihat putramu, Lean. Maaf aku tidak memberitahukan keberadaanmu darinya," ucapnya terkekeh kecil. Axelen jadi teringat kejadian beberapa hari lalu saat putranya mengatahui keberadaan Mommy yang selalau dia tanyakan sedari dulu.

"Aku hanya tidak ingin dia melihatmu dengan keadaan seperti sekarang, apalagi ini semua karena ku," lanjutnya penuh penyesalan.

Axelen tersenyum seraya mengelus kening Lean dengan lembut. Saat masih sehat, Lean paling suka jika keningnya di usap dengan lembut, maka pria cantiknya itu akan tertidur dengan sendirinya.

"Lean ...." Axelen berdiri dari duduknya dan mendekatkan dirinya pada sang kasih saat melihat mata itu bergerak terbuka dengan perlahan.

Senyum Axelen kembali terbit, penantian selama ini membuahkan hasil, mata yang selama ini terpejam kini terbuka meskipun lemah.

"Hai ..," sapa Axelen dengan suara bergetar, ia sungguh terharu. Namun, si manis tidak meresponnya, tatapan mata yang dulu indah kini terlihat kosong.

"DOKTER!" teriak Axelen pada beberapa Dokter yang selalu setia menjaga Lean.

Pintu terbuka, seorang Dokter dan beberapa perawat datang untuk segera memeriksa pasien istimewa mereka. Donter itu memeriksa semua tanda-tanda vital Lean dengan sangat teliti. Setelah selesai, Dokter itu menghela napas sekaligus merasa tidak percaya.

"Bagaimana?" tanya Axelen to the point.

Dokter itu tersenyum. "Keadaan Tuan Lean cukup stabil, semua tanda-tanda vitalnya pun baik. Namun, Tuan Lean kehilangan indra pendengarannya dan penglihatannya, tetapi untungnya kebutaan yang di alami Tuan Lean hanya berlaku sementara."

"Dan maaf harus mengatakan ini, efek samping dari obat yang di berikan waktu itu akan terus berlanjut dan kita tidak tahu kapan efek obat itu kembali."

Axelen mengeratkan gigi-giginya seraya mengepalkan tangannya. "Bukannya aku membayarmu untuk menyembuhkannya? Lalu, mengapa kau mengatakan jika obat itu masih di dalam tubuhnya?!"

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang