Axelen suka Lean yang lemah, Axelen suka Lean yang tidak berdaya, Axelen suka Lean yang ketergantungan padanya. Semua yang ada pada Lean Axelen menyukainya, termasuk membuat pria cantiknya itu menderita selama hidupnya. Karena ketidakberdayaan Lean...
Hari ini adalah hari pertama Lean menjalani pengobatannya. Jujur ia takut karena Dokter Dante memberikan efek samping dari kemoterapi ini. Tapi tenang saja, Axelen selalu di sampingnya. Pria itu selalu memberikan pengertian untuk kekasihnya itu agar Lean tetap tenang.
Sedari tadi, Axelen menggenggam tangan kekasihnya seakan memberikan energi untuk sangkasih. Begitupun dengan Lean, pria manis itu terus menggenggam erat tangan kekasihnya saat para perawat memasukan jarum pada pembuluh darahnya.
"Tenang saja, Tuan boleh tidur. Karena obat ini akan mengalir selama dua jam, jadi tuan bisa beristirahat," ujar Dokter Dante.
"Apakah setelah ini aku sembuh?" tanya Lean dengan polosnya.
Dokter Dante tersenyum. "Kemo memang tidak dapat menyembuhkan, kemo hanya untuk menghancurkan sel kanker dan mencegah penyebarannya. Namun, saya harap untuk pengobatan selanjutnya sel itu bisa di musnahkan," jelasnya. "Saya yakin, anda bisa sembuh, Tuan."
Lean melirik pada Axelen, pria itu mengangguk untuk meyakinkan kekasihnya.
Kini di ruang perawatan Lean, hanya ada dirinya dan Axelen. Lean terus saja melihat cairan obat yang tergantung di tiang infus.
"Istirahat lah, masih lama. Kau tenang saja, aku akan tetap di sampingmu. Jangan khawatir, semaunya akan baik-baik saja, karena aku yakin kau bisa melewati semuanya," ucap Axelen dengan lembut seraya mengusap rambut lebat kekasihnya. Dan mungkin, setelah ini rambut lebat itu akan rontok karena obat.
Lean mengangguk. "Temani aku," ucapnya, setelah itu ia memejamkan matanya.
Axelen tersenyum, ia masih mengelus rambut sang kasih, tak lupa ia mengecup punggung tangan Lean dan kening pria manisnya. Setelah itu ia beranjak menuju sofa di ruangan itu untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
Malam harinya, Lean baru merasakan efek dari obat tersebut. Lean mengalami muntah-muntah dan diare. Bahkan pria manis itu terus menangis dikarenakan sakit yang terus menghujaninya.
Malam ini, sudah ketiga kalinya Axelen mengganti popok Lean karena pria itu terus mengelurkan kotorannya yang cair itu.
"Sakit ..," Lean merintih, ia mencengkram tangan kekasihnya untuk menjadikannya pelampiasan rasa sakitnya. Belum lagi paru-parunya ikut turut menyiksa dirinya dan menimbulkan rasa sesak yang amat. Meskipun Axelen sudah menambah laju liter oksigen, tetapi tetap saja pria manisnya mengeluh sesak.
Dan, sekarang yang bisa lakukan adalah mengusap-usap dada kekasihnya. Meskipun itu tidak berefek untuk paru-parunya, tetapi Lean menikmatinya dan membuat pria manis itu tenang.
Ini semua keinginannya, mau tidak mau Axelen harus sabar menghadapi semua efek yang ditimbulkan dari obat-obatan yang sudah di masukan kedalam tubuh kekasihnya.
Dirasa kekasihnya sudah tenang, Axelen kembali merapikan selimut agar Lean tatap hangat. Pria itu pun membenarkan letak nasal cannula milik pria manisnya yang sedikit tergeser, setelah itu Axelen pun mengusap keringat pada dahi kekasihnya dengan hati-hati, ia takut membangunkan malaikat hatinya. Tak lupa, Axelen pun mengecup pria manisnya dengan sayang.
"Sleep well, baby," bisiknya tepat di telinga Lean.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.