𝟏𝟐. 𝐀𝐱𝐞𝐥𝐞𝐧'𝐬 𝐏𝐥𝐚𝐧

3.9K 189 62
                                    

Warning!! Mengandung medis abal-abal, jika tidak suka skip! Makasi🙏💃

Warning!! Mengandung medis abal-abal, jika tidak suka skip! Makasi🙏💃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagaimana? Apakah semuanya sudah siap?" tanya Axelen pada sang paman.

Dominic tersenyum untuk menanggapi pertanyaan keponakannya itu, pria itu malah meminum kopi yang masih tersisa di cangkirnya. "Sepertinya kau sudah tidak sabar, Axelen."

"Ya, aku sudah tidak sabar!"

Dominic terkekeh, ia menyimpan cangkirnya pada tempatnya kembali. Pria setengah abad itu berdeham kemudian menepuk pundak sang keponakan beberapa kali. "Sabarlah, bukankah pria cantik itu sedang sakit? Pulihkan dulu tubuhnya, setelah itu kita akan jalankan rencana gilamu itu."

Axelen mengerutkan keningnya. "Dia hanya demam, besok dia sudah sembuh. Aku yakin itu."

"I know, tetapi tetap saja, jika keadaan tubuhnya dalam keadaan tidak sehat, itu berbahaya. Bisa jadi nyawa dia jadi taruhannya, kau tidak ingin kehilangan dia bukan?"

Axelen berdecak, ia mengeratkan gigi-giginya, sungguh ia sudah tidak sabar melihat pria cantiknya itu terbaring tidak berdaya sesuai keinginannya.

"Bersabarlah, sebentar lagi. Tiga hari lagi adalah jadwal dia check-up, setelah kita tahu kondisi dia maka kita akan jalankan rencana itu sesuai yang kau mau."

Axelen terdiam seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tiga hari berasa tiga tahun bagi Axelen.

***

Sudah setengah jam Lean hanya diam di ranjangnya seraya menatap ke arah luar. Sudah dua hari ini Lean terserang demam, dan sekarang tubuhnya sudah kembali pulih. Dari kemarin Lean hanya bisa berbaring tak berdaya padahal hanya terserang demam, bahkan untuk bangupun sangtlah sulit. Dan untuk urusan BAB pun ia lakukan di atas ranjangnya, tetapi itu memang sudah aturannya. Aturan yang di buat suaminya dari dulu, ia tidak boleh buang kotorannya di toilet, gila memang.

'Ceklek'

Pintu kamarnya terbuka, di sana ada pria yang beberapa minggu ini sudah menjadi suaminya. Pria dominan itu mendekati pria cantiknya seraya membawa nampan berisi sarapan pagi ini.

"Morning, sudah lebih baik, hm?"

"Mm." Lean mengangguk seraya tersenyum lembut.

"Ini sudah waktunya sarapan, sekarang lebih baik kau makan sarapanmu agar kau cepat pulih," ucap Axelen seraya menyimpan nampan itu ke atas nakas, kemudian Axelen mengambil mangkok yang berisi bubur yang sangat encer.

"Buka mulutmu," printah pria itu pada si manis.

Bukannya membuka mulutnya, Lean malah menjauhkan kepalanya saat sendok itu berada di depan mulutnya. "Aku tidak mau memakan itu, itu terlihat menjijikan," ujar Lean saat melihat sarapannya pagi ini.

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang