𝟎𝟔. 𝐓𝐨𝐤𝐨 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚

4.1K 117 12
                                    

Lean melajukan kursi rodanya menuju ruang kerja Axelen yang tidak jauh dari kamar mereka. Tanpa mengetuk pintu, pria manis itu memasuki ruangan sang kekasih. Kedua ujung bibir Lean terangkat saat melihat Scoutt-nya begitu fokus pada pekerjaannya. Hari ini Axelen memutuskan bekerja di rumah karena malas pergi ke kantor katanya.

"Scott ..," panggil Lean.

Axelen mengalihkan tatapannya dari layar laptop pada kekasihnya yang tiba-tiba saja sudah berada si sampingannya tengah tersenyum manis.

Di balik frame kacamatanya mata itu menyipit. "Sejak kapan kau berada di sini, baby?" tanya Axelen seraya mengangkat tubuh kurus Lean pada pangkuannya. Tak lupa ia menutupi paha sang kasih dengan selimut yang tadi Lean pakai.

Lean mengalungkan tangannya pada leher kekasihnya dengan manja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lean mengalungkan tangannya pada leher kekasihnya dengan manja.

Axelen pun mengangkat Lean menuju balkon di ujung sana. Mereka pun duduk di sofa yang tersedia di sana dengan Lean yang masih di pangkuan Axelen.

Pria dominan itu semakin mengeratkan dekapannya pada tubuh yang lebih mungil darinya. Sesekali ia menyesap aroma manis dari leher kekasihnya yang begitu candu untuknya.

Lean yang di perlakukan seperti itu hanya terkekeh geli, ia menikmati setiap endusan yang Axelen lakukan. Afeksi yang di berikan Axelen benar-benar membuat Lean semakin nyaman dengan pria itu.

"Hari ini bolehkah aku pergi ke toko?"

Axelen mengerutkan alisnya. "Toko?"

Lean mengangguk. "Sudah lama aku tidak mengunjungi tempat itu, aku benar-benar merindukan bunga-bunga disana."

Axelen nampak berpikir, setelah itu ia mengangguk yang membuat Lean melebarkan matanya. Biasanya Axelen tidak akan mudah mengizinkan ia melakukan sesuatu tanpa izinnya, apalagi ini keluar dari Mansion. Axelen akan melarang dengan tegas. Namun, lihatlah sekarang, pria itu begitu mudah memberi izin.

"Benarkah?" tanya Lean tidak percaya.

"Ya, tapi aku tidak bisa mengantarmu. Biar Anne dan Martin ikut bersamamu," balas pria itu.

Lean menyipitkan matanya, ia merasa curiga dengan kekasihnya ini. "Kau sedang tidak merencanakan sesuatu 'kan?"

Axelen terkekeh, ia menangkup pipi tirus si manis. "Tidak, pekerjaanku sedang menumpuk saja, baby."

"Ingat, jangan terlalu kelelahan. Jika kau merasakan sesuatu langsung panggil Anne, ia akan selalu bersamamu," imbuh Axelen.

"Kau memberi izin dengan mudah, kau pasti sedang merencanakan sesuatu, aku yakin itu." Lean masih curiga.

"Terserah, bersiap-siaplah, dan pakai pakaian hangat. Aku akan melanjutkan pekerjaanku."

'Cup'

Satu kecupan mendarat mulus di bibir tebal Axelen, dengan senang hati pria itu pun membalas kecupan kekasihnya dengan lembut.

"Terimakasih, Scoutt."

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang