Axelen suka Lean yang lemah, Axelen suka Lean yang tidak berdaya, Axelen suka Lean yang ketergantungan padanya. Semua yang ada pada Lean Axelen menyukainya, termasuk membuat pria cantiknya itu menderita selama hidupnya. Karena ketidakberdayaan Lean...
Sepuluh menit yang lalu Axelen pamit karena ada sedikit masalah di kantornya. Memang para lintah-lintah itu selalu saja merepotkan.
Kini hanya Lean seorang diri seraya menikmati makan siangnya. Padahal Lean sudah senang jika siang ini Axelen akan menemaninya makan. Namun, lagi-lagi pria itu pergi dengan urusannya yang katanya tidak bisa ditinggalkan itu.
"Anne aku selesai," ucap Lean pada perawatnya.
Anne, wanita berumur tiga puluh tahun itu dengan segera membereskan sisa makan Tuanya.
"Anne, bukan kah hari ini jadwalku untuk berjalan?"
"Iya, Tuan. Hari ini jadwal anda berjalan. Anda mau berjalan-jalan dimana? Biar saya suruh Martin siapkan tempatnya."
Kedua ujung bibir Lean terangkat, ia senang bisa berjalan-jalan dengan kakinya. Ya, Axelen memang gila, ia menjadwalkan Lean berjalan empat kali dalam seminggu, selebihnya Lean berdiam di kursi roda atau berbaring di renjangnya. Lean tidak tahu mengapa Axelen begitu obses dengan dirinya yang tidak berdaya. Dan anehnya, Lean menikmatinya walaupun menyiksanya.
Anne mendorong kursi roda Tuan-nya ke taman belakang karena Lean menginginkan berjalan-jalan di tempat yang teduh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anne suruh Martin dan anak buahnya pergi," bisik Lean pada Anne.
Anne mengangguk, ia pun menyuruh Martin dan bawaannya pergi. Meskipun di dalam Mansion, Lean tidak boleh lepas dari pengawasan. Sedari itu, Axelen memperkerjakan bodyguard di setiap penjuru Mansion miliknya.
Setelah para bodyguard itu pergi, kini Lean membuka selimutnya dan menampilkannya paha mulusnya. Ingat, Axelen tidak mengizinkan Lean untuk memakai celana jika di Mansion.
"Kemarikan walker ku, Anne."
Anne mendekatkan alat bantu jalan itu ke hadapan Lean. Dengan senang hati Lean langsung memegang alat itu dan berdiri meskipun kakinya bergetar saat tubuh kurus itu sudah berdiri tegak. Dengan tertatih-tatih Lean mulai mendorong walker-nya.
Senangnya bukan main saat kaki Lean menyentuh dinginnya pijakannya sekarang. Badannya terasa kaku karena selalu berbaring dan duduk yang menyebabkan kakinya lemas seperti sekarang. Dan belum lagi efek obat yang selalu Axelen berikan padanya.
"Anne, mengapa kau sudi mengurusku?"
"Kenapa anda bertanya seperti itu, Tuan?" jawab Anne.
"Setiap hari kau harus mengurusku dan bergelut dengan kotoranku setiap hari. Apakah kau tidak merasa jijik?"
Anne tersenyum seraya menggelenglan kepalanya. "Tidak, Tuan. Mungkin karena ini pekerjaan saya, jadi saya sudah terbiasa. Malah saya bersyukur karena Tuan besar mempercayakan saya untuk merawat anda, Tuan," balasnya.
Lean benar-benar tidak habis pikir dengan orang-orang di sekitarnya.
***
Di tempat lain, kini Axelen terus menyunggingkan senyumannya saat melihat kekasihnya berjalan seperti bayi yang hanya menggunakan diapers di layar laptopnya.
Setiap kegiatan Lean pasti ia pantau meskipun itu jarak jauh.
Axelen sangat suka jika melihat kekasihnya itu lemah tak berdaya. Jika melihat Lean dengan keadaan seperti itu, cintanya akan bertambah. Alasannya simple, Axelen ingin menjaga sang kasih dengan caranya sendiri. Dan inilah caranya, membuat si manis tidak berdaya.
"You're beautiful, sweetie," puji Axelen pada Lean.
Melihat paha mulus milik Lean benar-benar membuat Axelen ingin segera pulang dan memanjakan kekasihnya itu.
"Gerald, kapan aku pulang?" tanya Axelen pada sekretarisnya.
"Pukul tujuh malam nanti, Tuan. Karena setelah ini anda ada pertemuan dengan Tuan Hermes," jawab Gerald.
Axelen berdecak, ia malas jika bertemu dengan pria tua bangka itu. Pria itu selalu saja menjodohkannya dengan anaknya. Axelen muak.
Axelen mengambil handphone-nya, ia menghubungi seseorang. "Lakukan sekarang, aku mau saat aku pulang obat itu sudah beraksi padanya."
Axelen memutuskan panggilannya, sebuah smirk pun muncul di kedua ujung bibir pria itu, pulang nanti ia akan memanjakan kekasihnya itu.