°saran dari author untuk mendengarkan music dari Naruto - sadness and sorrow, untuk mendukung feel yang diharapkan.°
~°•°~
Wang Yibo masih tertidur dengan damai di ruang kerja ayahnya. Sedangkan di tempat lain, sosok Wang juga telah berdiri tegap menatap jalanan kota Shanghai. Dengan pikiran yang begitu rumit. Wajah yang semula penuh kerinduan tergantikan oleh raut penuh emosi dan kemarahan.
Wang Ji, sosok tegap dan tegas yang begitu di rindukan Wang Yibo. Wang Yibo si kecil kuat yang begitu di manjakan oleh Mamanya. Di peluk ketika menangis, ditemani saat bermain dan diberi apapun yang ia mau. Namun Yibo adalah Wang yang adil. Wang yang tidak perduli akan yang. Ia hanya berharap kasih sayang orang tuanya tak pernah habis hingga dia menutup matanya. Sampai kapanpun. Wang Yibo yang selalu tersenyum saat sang ayah menatapnya penuh kesedihan, seolah mengatakan °Aku masih memiliki ayah, dan aku memiliki Mama di hatiku. Bersama Tuhan, aku percaya Mama akan memberikan aku kesempurnaan keluarga°
Wang Ji, ayah yang menjadi figur penyelamat. Ayah yang menjadi figur seorang guru. Ayah yang menjadi figur lengkap meskipun hanya seorang ayah tanpa Mama disampingnya.
Kembali ke ruang kerja Wang Ji, Yibo yang semula tertidur kini sudah membuka kedua matanya.
"apa ayah sudah pulang ya? Tapi kenapa Xuyang ge tidak memberi tahu? Apa lupa? Atau memang belum?" Yibo beranjak dari sofa itu. Menatap jam dinding yang terpampang di dinding di atas rak file.
"Sudah pukul 9 pagi. Apa ay_"
BRAKKK.
Yibo terkejut ketika pintu ruang kerja ayahnya terbuka paksa. Menimbulkan suara keras. Jantungnya aman? Tentu.
Yibo lantas berdiri tegap, menatap ayahnya yang menjadi pelaku yang membuka pintu paksa.
"A-ayah, syukurlah ayah sudah sampai! Yibo buatkan kopi atau teh?" Yibo tersenyum melihat sosok ayahnya yang selama 5 tahun ini tidak pernah menginjakkan kakinya di mansion Xiao.
"Kemari!" Suara dingin dan tegas itu terdengar berbeda di telinga Yibo.
Yibo mengangguk dan mendekati ayahnya takut takut."Iya yah, ada apa?" Yibo memberanikan diri bertanya. Namun bukan jawaban sebagai balasannya.
PLAK!!
Panas, itu yang Yibo rasakan. Pipi putih nan gembil itu tercetak 5 jari. Tidak menangis. Yibo dilarang menangis di hadapan ayahnya. Ayahnya benci suara tangisan. Jika isakan terdengar ke telinga Wang ji, jangan salahkan jika Yibo semakin merasakan sesak.
"E. Ke-kenapa ayah me-menam-parku?" Tanya Yibo terbata karena menahan air mata yang sudah terbendung sempurna di sudut matanya.
"Lihatlah sendiri!" Wang Ji memutar video itu, menampakkan sosok Yibo yang tengah melakukan hal tak senonoh dengan 2 pria, di sebuah kamar hotel. Yang Wang ji tau adalah hotel milik keluarga Liu, milik temannya.
"Sudah? Katakan jujur! Itu kau?" Wang ji bertanya dengan urat leher tercetak jelas menahan segala emosi.
"Bu-bukan Yibo ayah!" Yibo menunduk takut, meremas ujung kaosnya. Berharap ayahnya percaya.
"Sekali lagi, jujur! Ini kau atau bukan?"
Pertanyaan yang sama, Yibo merasa jika jawaban kedua akan menjadi jawaban yang tidak pernah bisa di terima ayahnya."Itu bukan Yibo ayah, ayah harus percaya padaku!" Yibo menatap manik hitam teduh milik ayahnya. Berharap ada secuil rasa percaya padanya. Melihat ke dalam pupil Wang Ji, berharap bisa mencari perlindungan dari sosok penyelamat dalam hidupnya.
"Baiklah, jawaban itu jelas tidak membuktikan apapun. Jadi? Kau tau apa yang harus kau lakukan Yibo?" Wang ji menatap datar manik hazel milik anaknya.
"A-ayah... Itu benar benar bukan aku!" Yibo berusaha membela diri. Namun ayahnya malah semakin menatapnya dengan tatapan kecewa juga marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET DOOR (On Going_Zhanyi)
FanfictionGendre: fantasy Bromance. Portal waktu yang terbuka menarik jiwa Wang Yibo. Meninggalkan raganya dalam lemari usang milik ibunya. Apakah Yibo bisa kembali ke dimensinya atau terjebak selamanya di dalam dimensi Negeri abadi??