Spoiler

12K 606 1
                                    

Di larang keras melakukan plagiat!
Cerita ini mengandung hak cipta yang di lindungi undang-undang.

Usahakan baca dengan baik, jangan mengambil tentang alur romantisnya saja.

Cerita ini akan mengalami revisi saat bab sudah mencapai 15 bab. Agar tidak terlalu menumpuk di akhir nanti.

***

"Tulipnya cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tulipnya cantik."

Seorang perempuan berjalan dengan senyuman terpatri di wajahnya. Ia menghampiri dan duduk di depan bunga tulip yang dia sebut cantik.

Tangan cantiknya memetik bunga tersebut, karena melihat bayangan seseorang, kepalanya mendongak. Ternyata, ada seorang pria yang berdiri di depannya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman kembali.

"Jangan tersenyum, Nona," ucap pria itu.

"Memang kenapa?" Dia menatap kebingungan pria tersebut.

"Kamu semakin cantik soalnya. Bunga tulip saja kalah."

Bukannya berhenti tersenyum. Perempuan tersebut malah berdiri dan memberikan bunga cantik itu pada pria di depannya.

"Bunga untuk suami jelekku," ucapnya sedikit mengejek.

"Aku rela dipanggil jelek asal kamu tetap bersamaku."

Raut wajahnya berubah sendu. Dia berjalan menjauhi pria itu. Kaki kecilnya menelusuri hamparan bunga tulip. Ini tempat ternyamannya.

"Aurel," panggil si pria.

"William, dunia kita berbeda."

"Tapi---"

"William, kamu mau ikut?" Meski bertanya seperti itu tubuhnya tidak berbalik.

"Aku mau, asal bersamamu."

Mendengarnya, dia berbalik dan menjulurkan tangan kanannya. Senyum manisnya kembali terbit. "Ayo, kita akan bersama di sana nanti."

Pria itu mengangguk, dia menghampiri istrinya dan menerima uluran tangan itu. Tidak lupa ikut tersenyum sebagai tanda dirinya bahagia.

"Jangan dilepas, ya," ujarnya lembut.

Sang istri pun menjawab, "tentu."

Namun, langit tiba-tiba berubah gelap, angin berhembus kencang, hamparan bunga tulip yang mengelilingi mereka ikut berterbangan ke sana ke mari.

Genggaman yang tadi erat perlahan mengendur.
Si pria terus memegang erat tangan perempuannya agar tidak terlepas.

"Aurel, jangan dilepas!" perintahnya, ia terus mengeluarkan tenaga agar telapak tangan itu teras ia genggam.

Sang istri hanya bisa pasrah, senyum yang tadi menghiasi wajahnya perlahan memudar digantikan dengan tetesan cairan bening dari pelupuk mata. "Maaf, Liam," katanya, dengan berat hati perempuan itu melepas genggaman suaminya.

"AUREL!"

Perempuan itu hanya tersenyum simpul mendengar teriakan suaminya dan perlahan mata cantiknya tertutup.

Dia sebenarnya tidak ingin melepaskan genggaman suaminya. Tapi, ada sesuatu yang menariknya untuk melepas genggaman tersebut.

Samar-samar dia masih mendengar teriakan sang suami. Namun, tidak bisa ia balas karena suaranya tercekat di tenggorokan.

Kesadarannya mulai menghilang. Bunga tulip yang berterbangan didekatnya semakin berkumpul membantuk sebuah pusaran dan terbang menuju langit.

Melihat kejadian itu, si pria memperhatikan kepergian sang istri. Netra birunya tidak bergeser dari objek di atas sana sampai pusaran itu benar-benar menghilang di telan langit.

Lututnya seketika melemas. Ia menjatuhkannya ke tanah, sedang netra biru itu memperhatikan ladang tulip yang kini hanya hamparan tanah kosong.

Matanya memanas dan beberapa detik kemudian mengeluarkan bebanya. Membasahi pipi diiringi hujan yang turun untuk ikut merasakan sakit dialami pria ini.

"Tidak adil. Kamu membawa tulip-tulip itu bersamamu. Tapi, kamu tidak membawaku," gumamnya.

***

Start: 03 Februari 2024

   

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang