"Bagaimana hanya bisa menangis? Argh, novel aneh. Andai antagonis seperti William ini bisa ku gebukin."
Berjalan dengan mulut komat-kamit terbilang aneh dipandangan orang-orang. Tapi, bagi Aurelia Selina bukan hal buruk. Kalau mau dia akan menginjak-injak novel yang dia baca sekarang.
Gadis pengangguran keturunan orang kaya ini memang suka sekali membaca novel sambil berjalan. Menurutnya itu hal langka yang susah dilakukan oleh orang-orang.
Aurel terus mencibiri istri dari antagonis pria yang menangis karena diselingkuhin. Meski hanya beberapa bab yang menceritakan kehidupan istri antagonis. Tapi, Aurel tidak suka. Dia kesal, kenapa perempuan itu tidak meninggalkan si antagonis? Padahal sudah jelas, hidup perempuan tersebut tidak pernah bahagia semenjak menikah dengan si antagonis.
"Tidak berguna, aku rela sisain uang jajan buat beli ni novel. Ngapain pula kehidupan antagonis pria diceritain, nggak cocok namanya William. Cocoknya Ucup saja, Hah!" Aurel mendesah kasar agar emosinya menghilang. Untuk lebih menetralkannya, gadis itu menutup novel tersebut.
Novel berjudul Married with bos itu cukup terkenal dikalangan pencinta novel. Termasuk Aurel yang hobi membaca novel untuk menghilangkan bosan. Dia sebenarnya sudah cukup tahu tentang novel ini, hanya saja dia kepo dengan endingnya yang belum sempat dia dengar dari temannya.
Namun, belum saja ending. Aurel sudah emosi. Dia tidak suka dengan alur di pertengahan bab dari novel tersebut. Itu benar-benar membuatnya memaki si antagonis pria.
Aurel menatap suasana jalanan cukup sepi, ia baru sadar kalau dirinya sedang ada di atas jembatan. Kakinya melangkah menuju pembatas jembatan. Kemudian, menatap ke bawah. Tiba-tiba ide gila terlintas di otaknya.
"Kalau lompat, aku pasti akan jadi arwah," gumamnya. Ia berdecak pelan melihat ketinggian jembatan tersebut. Di bawah jembatan itu terdapat danau yang terbilang dalam.
"Setinggi ha .... aaaaaa."
Aurel merasa tubuhnya didorong oleh seseorang dari belakang. Tubuhnya mengudara sebelum beberapa detik jatuh ke dalam danau.
Sebelum berakhir terbenam, Aurel masih berusaha melambai dengan kepala muncul kepermukaan. Dia berharap ada yang menolong, tapi seseorang di atas jembatan itu hanya diam sambil tersenyum miring.
Aurel mengenali orang tersebut, dia adalah adik tirinya. Gadis itu tidak habis pikir dan bisa-bisanya ia tidak tahu kalau sang adik mengikutinya, lalu mengambil kesempatan untuk mendorongnya.
***
"Nyonya, anda baik-baik saja? Nyonya, tolong jawab saya. Nyonya!"
Perempuan yang dipanggil nyonya itu membuka perlahan matanya. Ia melihat kanan kiri menurutnya asing.
"Aku di mana?" gumamnya.
"Nyonya, tolong jawab saya! Nyonya!"
Mendengar teriakan dari seseorang, perempuan itu berdiri. Ia menepuk-nepuk gaun putihnya karena kotor. Kemudian, membuka pintu tersebut.
Bersamaan dengan ia keluar, seseorang yang memanggilnya nyonya itu memeluk dirinya. Dia sedikit kaget, tapi dia memilih diam.
"Nyonya Elia, syukurlah anda keluar. Saya sangat mengkhawatirkan anda," ucap orang yang berbaju pelayan itu.
"Ha? Nyonya Elia? Siapa itu?"
"Maksud, Nyonya?"
Mendadak kebingungan tercipta di antara mereka.
Ketika perempuan yang dipanggil nyonya itu berbalik, dia membulatkan mata. Jadi, tempatnya terbangun tadi adalah gudang. Siapa yang berani memasukkan dirinya ke dalam gudang?
Apakah adik tiri yang mendorongnya itu? Aurel menggeleng. Ya, dia adalah Aurel yang didorong oleh sang adik dari atas jembatan. Tapi, entah kenapa ia bisa tersesat sampai di sini.
"Nyonya, anda kenapa?"
Aurel kembali berbalik. Dia menatap pelayan itu dari atas sampai bawah. Asing dan tidak pernah dia lihat.
"Nyonya, a---"
"WILLIAM, INI INDAH SEKALI. TERIMAKASIH."
Suara cempreng dari kejauhan terdengar jelas di telinga mereka. Aurel kembali membulatkan mata.
Nama itu. Batinnya. William kan tokoh antagonis dari novel yang aku baca. Jangan-jangan .... Aurel menyentuh wajahnya, beralih pada rambut, pakaian, kemudian menatap sekitaran tempat dia berdiri. Tanpa sepatah kata ia pun berlari. Dia harus bertemu dengan cermin sekarang. Teriakan dari pelayan yang memanggilnya tidak dia hiraukan.
"I need cermin. Please, ke mana aku harus mendapatkannya?!" Tanpa pikir panjang, Aurel mengambil jalan menuju asal suara tadi. Dia berlari tergesa-gesa dan tanpa sengaja menabrak seorang perempuan.
"BUNGANYA!" pekik perempuan tersebut.
Aurel berhenti, ia menatap bunga yang jatuh tersebut. Tapi, tanpa minta maaf ia kembali berlari.
"Sayang, bunga yang kamu berikan---"
"Buang saja, nanti diganti," potong pria yang ada di depan perempuan tersebut.
Aurel sampai di depan kaca, untuk ketiga kalinya matanya membulat. Ini bukan dirinya, tapi orang lain.
"Apa yang terjadi? Apa aku bertransmigrasi?" Aurel tidak menyangka satu hal. Gadis itu memegang pahatan wajah yang ia tempati.
"Gila, cengeng begini, tapi cantiknya melebihi ekspektasi," gumamnya. Ia berdecak kagum melihat wajah istri si antagonis. Perempuan ini juga mempunyai rambut berwarna pirang seperti orang Eropa.
"Nama kamu tadi siapa, ya?" Aurel mengetuk dagunya seolah berpikir. "Elia ... Aurelia Tiffany Algantara. Iya, itu nama kamu. Ck, nggak cocok kamu sematin marga lakikmu itu." Aurel berdecak malas mengingat alur novel ini, di mana Aurelia atau kerap dipanggil Elia itu menangis dan berakhir kabur ke gudang, alasannya tidak kuat diselingkuhin.
"Halah, kamu ma cengeng. Padahal, cogan-cogan di novel ini banyak. Bisa-bisanya kamu bucin sama si William itu." Aurel berkacak pinggang, dia harus memikirkan cara agar bisa mengubah sifat Elia sekarang.
"Novel ini belum aku baca sampai end. Tapi, menurut teman aku, ni novel sebenarnya cuma menceritakan kisah protagonis. Sedang Aurelia Tiffany hanya muncul di pertengahan bab. Berarti, tidak tahu bagaimana ending tentang dirinya. Jadi ...." Aurel tersenyum miring. Ia berbalik dan berjalan menjauh dari depan cermin.
"Aku bisa nyiptain alur aku sendiri di sini. Dengan status istri dari William tukang selingkuh. Aku bisa berbuat apapun. Kya, nggak sia-sia aku jatuh ke danau. Tapi, tunggu ...." Pikiran Aurel menerawang pada keluarganya di dunia nyata. Pasti mereka sedang sedih karena ia sudah dinyatakan meninggal di sana.
Aurel menggeleng, "mereka tidak akan sedih Aurel. Mereka pasti senang beban mereka berkurang," gumamnya.
Kehidupan Aurel di dunia nyata cukup membosankan dan tidak menarik. Orang tuanya tidak begitu peduli padanya. Setelah tamat SMA dia juga menjadi pengangguran. Berbeda dengan adik tirinya yang kuliah. Aurel benci karena kisahnya seperti bawang putih dan bawang merah.
Namun, sekarang berbeda. Aurel sudah masuk pada tubuh istri si antagonis. Dia akan berkuasa lebih pada tubuh ini. Ia tidak tahu ke mana jiwa asli pemilik tubuh ini. Tapi, ia tidak terlalu memusingkan hal tersebut.
Aurel tertawa pelan memikirkan alur kedepannya. Ia berjalan sambil bersenandung kecil dan tanpa sadar seseorang menatapnya dengan raut kebingungan.
Ada apa dengannya? Bukannya tadi dia menangis, lantas kenapa sekarang dia tertawa bahagia? Aneh sekali.
William Azkano Algantara, suami dari Aurelia Tiffany Algantara. William merupakan antagonis pria hobi berselingkuh. Dalam sehari, ia bisa mendapatkan mangsa. Terkait pesonanya, tidak perlu ditanyakan.
Antagonis hanya peran, sedang ketampanan tidak jauh beda dengan protagonis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku antagonis tampan
RomanceTransmigrasi pada tubuh seseorang itu memang terbilang aneh dan diluar nalar. Apalagi, dunia yang dipijaki adalah dunia novel. Bagaimana, kehidupan Aurelia Selina yang bertrasmigrasi pada tubuh wanita bernama Aurelia Tiffany Algantara? Bisakah dia m...