12. Istri tulipku

4K 193 1
                                    

'Aku pernah merasakan pahitnya jatuh cinta, karena itu aku menutup rapat perasaanku pada semua laki-laki.'
~Aurelia Selina~

***

"Hei jiwa penasaran, lama bangat tidurnya? Aku merindukanmu, padahal hanya ditinggal tidur. Bagaimana bisa aku mencintaimu seugal-ugalan ini?" William mendesah pelan, tidak habis pikir dengan dirinya yang berubah drastis setelah istrinya berubah. Tidak ada yang menarik di matanya selain perempuan yang sedang berbaring ini.

Jantungnya juga sering berdetak kencang berdekatan dengan perempuan ini, selain itu dia juga mudah cemburu saat istrinya dekat dengan pria lain.

Garis bawahi, ini semua terjadi setelah perubahan istrinya. Dan dari situ kisah cintanya di mulai bersama Aurelia Selina, bukan Aurelia Tiffany.

William tahu dan hari ini dia akan menjelaskan tanpa diketahui sang istri.

"Kamu tahu, setelah melihat perubahanmu aku sudah curiga bahwa dirimu bukan Elia. Melainkan, jiwa penasaran yang masuk pada tubuh perempuan ini.

Terbilang tidak masuk akal kamu bisa masuk ke sini. Tapi, kalau dipikir-pikir adik tirimu jahat sekali. Dia mendorongmu dari atas jembatan membuatmu tiada di dunia asalmu. Argh, tapi itu hukuman karena kamu sudah mengataiku. Kamu ini .... apa semua pembaca novel seperti itu? Selalu marah-marah pada si antagonis?

Siapa pengarang cerita ini? Ingin kutemui dan kutendang dirinya yang sudah membuat karakterku jahat. Aku tidak jahat, aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Ck, yang paling kukesalkan si pengarang membuatku mencintai si Jasmin. Hey, itu tidak benar. Kamu juga mempercayainya."

William merapikan rambut sang istri, tangannya kemudian membelai pipi perempuan itu. Sedang satu tangannya menopang kepala agar lebih leluasa memperhatikan istri tercintanya ini.

Kejadian sore tadi, membuat Aurel memilih tidur saat di perjalanan. Tapi, sampai sekarang dia belum bangun. Entah mimpi apa yang membuatnya nyenyak sampai sekarang.

William terkekeh pelan, tangannya kemudian terulur pada kalung Aurel. Di ambilnya perlahan dan netra birunya menatap lekat lontin kalung itu.

"Kalung ini nestapa, Aurel. Aku tidak akan mengizinkanmu lagi memakainya. Tapi, untuk saat ini akan kubiarkan sebelum mereka mendapat ganjarannya."

William kembali memakaikan kalung itu, tangannya beralih pada punggung sang istri. Mengelusnya lembut agar Aurel semakin nyenyak tertidur.

"Aku sudah melihat aslimu, wajahmu cantik apalagi ketika mendumel saat membaca diriku. Hey, apa aku sebenci itu di matamu? Sampai kamu berniat ingin menggebukiku?"

William memajukan bibirnya cemberut, meski sang empu tidak akan melihatnya.

"Kamu tahu, setelah kamu menggantikan jiwa ini aku mengerti apa itu jatuh cinta. Awalnya, aku memang tidak suka dengan perubahanmu. Tapi, aku sadar bahwa disitu aku mulai jatuh cinta.

Aurel, mengertilah satu hal. Aku memandangi matamu karena di sana terekam jelas sebelum kamu datang ke sini. Aku juga melihat tubuhmu di sana sudah dikubur. Bahkan, keluarga jahannammu itu tidak begitu peduli."

William terus mengoceh, memberitahukan apa yang dia ketahui tentang Aurel. Meski tidak didengar perempuan itu, ia tidak peduli.

"Aurel, kamu juga harus tahu. Aku memanggilmu Aurel karena aku tahu kamu bukan Elia. Alasan tentang Felix itu hanya alibi agar kamu tidak curiga."

William menghembuskan nafasnya, dia mengambil telapak tangan Aurel dan meletakkannya di pipinya.

"Aurel, jangan membenciku hanya karena aku memperlakukan Elia istri tak dianggap. Aku punya alasan tertentu.

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang