06. William ....

4.4K 293 0
                                    

William mengemudikan mobilnya menuju taman tulip Amsterdam. Tatapan fokus ke depan itu terus diperhatikan Felix, pria ini ternyata mengikuti sahabatnya.

"Nggak khawatir sih, cuma panik doang," ledek Felix menggunakan bahasa Belanda. Pria ini memiliki banyak kelebihan. Dia cukup banyak menguasai bahasa di dunia ini, salah satunya bahasa Indonesia.

"Panik bukan berarti khawatir. Aku hanya tidak ingin kehilangan sumber uangku," balas William masih fokus pada jalan raya.

"Kalau seperti itu, aku boleh mendekati istrimu."

"Dia tidak perawan, cari yang lain," ketus William.

Felix tertawa pelan. "Bukankah kebanyakan perempuan sekarang tidak perawan? Jadi, apa salahnya. Lagian yang mengambilnya dirimu."

William memberhentikan mendadak mobilnya. Ia menoleh pada Felix dengan tatapan tajam. "Anjing itu suka menjilat tulang, jadi jilat saja tulang jangan perempuan yang bukan perawan."

Tawa Felix meledak. Sahabatnya ini memang suka sekali berkata kasar, padahal hanya karena perempuan.

Dia ikut turun melihat William turun. Ternyata mereka sudah sampai di taman tulip itu.

Felix berjalan santai dengan mata yang menatap sekitaran hamparan bunga tulip dan perasaannya sedikit dejavu melihat bunga-bunga tersebut.

"ELIA!"

Felix tersadar dari pikirannya saat mendengar suara William. Dia mendekati pria itu dan bertugas sebagai penonton.

Aurel yang sibuk memetik bunga tulip menoleh. Ia terkejut dengan keberadaan William. Bagaimana pria itu tahu?

Farez yang juga ikut membantu Aurel terkejut. Dan pikirannya bertanya-tanya apa hubungan musuh sahabatnya ini dengan Aurel.

"Kamu ngapain ke sini?"

Mendengar pertanyaan Aurel, William memutar otak mencari jawaban. Tidak mungkin dia menjawab kalau dia sedang mencari perempuan ini.

"Ngambil bunga," jawab William dingin.

Aurel ber oh ria, dia merutuki dirinya yang mengatakan kalau pria ini sedang mencarinya.

"Bohong di---"

"Jangan pergi sendiri lagi, kamu tidak tahu tentang negara ini," ucap William memotong perkataan Felix.

Aurel memutar mata malas. Dia menarik tangan Farez yang diam. Pria itu tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Elia, apa kamu dengar?"

Aurel tidak peduli, dia terus menarik tangan Farez ke tengah-tengah taman.

"Ngambil bunga," ledek Felix di telinga William. Sengaja untuk memanas-manasi perasaan William agar semakin panas.

William mendesis pelan. Dia menghampiri istrinya dan merebut bunga-bunga tulip itu dari Aurel.

"WILLIAM!" geram Aurel.

"Dengar apa yang tadi kukatakan?" tanya William sambil mengangkat tinggi bunga-bunga itu agar tidak didapat oleh Aurel.

"Jangan mengaturku, ini juga salahmu mengurungku di rumah terus," jawab Aurel kesal.

"Sejak kapan dirimu membangkang begini?" William pusing sendiri dengan tingkah istrinya.

"Bukankah sudah aku bilang, sejak aku sadar suami sepertimu tidak pantas dihargai," jawab Aurel sambil menatap nyalang William.

William memijat pelipisnya pelan, padahal baru beberapa hari sifat perempuan itu berubah, namun ia sudah lelah. "Sekarang, apa maumu?" tanyanya.

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang