Aurel mondar-mandir seperti setrika. Satu tangannya bertengger di pinggang, sedang satunya lagi mengetuk-ngetuk kepalanya. Dia menggigit bibir bawah, mencoba berpikir setelah mendengar penjelasan William tadi.Suaminya itu sudah menceritakan semuanya. Sebenarnya, Aurel kurang percaya. Karena tidak mungkin orang bisa mengetahui kehidupannya yang dulu hanya dengan kontak mata.
Namun, setelah mendapatkan hal-hal di luar nalar saat masuk ke novel ini ia juga tidak bisa membantah penjelasan William.
Perempuan itu terus mondar-mandir, memikirkan cara agar bisa terbebas dari hal-hal aneh ini. Satu kata yang mewakili dirinya sekarang 'penyesalan'.
"Andai aku bisa pilih, aku nggak akan mau masuk ke dunia novel ini. Banyak hal diluar pemikiran manusia yang bikin aku stress. Lebih baik aku beneran mati. Argh, sebelum aku temuin hal aneh lainnya aku harus kembali. Persetanan dengan rencana di awal yang ingin nguras kekayaan William. Tapi, bagaimana?"
Aurel mengacak rambutnya prustasi. Sudah setengah jam dia memikirkan rencana agar kembali pada dunia asal. Tidak, lebih tepatnya kembali ke pangkuan Tuhan karena tubuhnya di sana sudah dimakamkan.
"Nggak papa deh aku kehilangan semua wish listku, asal wish terakhir terkabul. Aku ketemu bunda dan semuanya berakhir. Aku nggak dapat teror atau pun hal diluar nalar sekalipun."
Aurel menyakinkan diri, dia tidak mau lagi berurusan dengan orang-orang di novel ini.
"Ck, tapi bagaimana? William sudah tahu aku sebenarnya, tapi apa alasannya tetap pertahanin aku?"
William memang menceritakan bahwa dia mengetahui keberadaan Aurel. Tapi, dia tidak menceritakan alasan dia mempertahankan istrinya.
"Dia jatuh cinta setelah perubahanmu."
Aurel menggeleng cepat saat teringat ucapan Felix. "Nggak mungkin. Aku cuma orang asing di sini, Elia yang sudah lama saja nggak dia cintai. Apalagi aku yang baru sebulan lebih."
Perempuan itu mengusap wajahnya kasar. Dia mencoba membuang pikiran tentang jatuh cinta itu dan fokus pada keinginannya untuk kembali ke dunia nyata.
"Aku nggak bisa lama-lama di sini. Teror itu pasti muncul lagi. Ck, nggak guna bangat tadi aku cerita ke William orang dia sudah tahu. Tapi, tunggu ...." Aurel memutar otaknya pada kejadian di Kampus tadi pagi. Sampai dia mengingat bahwa dia bertemu Sean---adik William, "Sean, iya Sean punya buku kosong-kosong tiga yang William berikan. Pasti ada hubungannya sama teror-teror itu. Berarti ... William tahu kejadian yang menimpa aku."
Aurel merutuki kebodohannya. Dia pikir, William pria yang tidak peka akan semua perubahan sang istri. Tidak mencari tahu atau tidak peduli. Terpenting dia jatuh cinta dan ikut berubah.
Namun, pemikiran Aurel salah. William bukan pria seperti itu. Bahkan, suaminya lebih mengetahui terlebih dulu sebelum dia menceritakan tentang dirinya. Sampai pada teror-teror itu.
"Tapi, kenapa bisa?" Aurel mendudukkan dirinya di ranjang. Dia kembali meremas rambutnya prustasi. "Tuhan, kenapa ribet sekali? Lebih baik hidup di dunia nyata yang hambar dari pada di sini yang membuat stress."
Ketukan pintu membuat Aurel berdecak pelan. Ia merapikan rambutnya yang berantakan, kemudian pergi membuka pintu.
"Ada apa?" tanyanya sedikit kesal.
Si pelayan yang bertugas itu menunduk. "Nyonya, tuan besar menyuruh anda pergi ke ruang makan. Ini sudah malam, anda harus makan. Kalau tidak, saya ak---"
"William ke mana?" potong Aurel.
"Tuan ada pekerjaan penting, Nyonya. Dia---"
"Dia pergi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku antagonis tampan
RomanceTransmigrasi pada tubuh seseorang itu memang terbilang aneh dan diluar nalar. Apalagi, dunia yang dipijaki adalah dunia novel. Bagaimana, kehidupan Aurelia Selina yang bertrasmigrasi pada tubuh wanita bernama Aurelia Tiffany Algantara? Bisakah dia m...