"AUREL, YUHU!"
Teriakan menggema di Parkiran Kampus membuat Aurel melambai. Ia berlari kecil setelah berpamitan pada William.
"Hana, aku merindukanmu," kata Aurel ingin memeluk temannya ini.
"Bentar-bentar!" Hana memperhatikan Aurel dari atas sampai bawah. Lalu membalik-balikkan badan perempuan itu.
"Kenapa, sih?" tanya Aurel sedikit kesal.
"Ini kamu, 'kan? Ini Aurelia Selina, 'kan?"
Aurel menepuk jidatnya. Perempuan itu menangkup wajah Hana. "Iyalah, kamu kira siapa? Aku tambah cantik, ya?" tanyanya pede.
Hana mengangguk cepat. "Beautiful, kapan kamu mengubahnya?"
"Sebelum ke sini, untungnya mata kuliah dimulai jam 11 siang. Jadi, bisa mampir."
"Argh, rambut hitam ini memang cocok untukmu. Sekarang, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi masuk."
Aurel mengangguk, dia merangkul temannya ini dan berjalan menuju kelas. Tapi, belum sempat sampai pada tujuan langkah mereka berhenti disebabkan Hana mengeluh sakit perut.
"Makan pedas pasti," ejek Aurel.
"Hehe ...." Hana cengengesan sendiri. "Kamu duluan ke kelas, aku ke kamar mandi dulu. Kalau dosennya datang izinin bentar ya. Dah, makasih cantik." Hana mencium pipi Aurel, kemudian lekas pergi menuju kamar mandi.
Melihat itu Aurel geleng-geleng kepala. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas, namun lagi-lagi tertunda saat matanya berhenti pada seorang pemuda. Bukan pemuda itu yang menjadi perhatiannya, tapi buku yang dipegang pemuda tersebut.
"Kosong-kosong tiga," gumamnya sambil membaca judul buku itu.
Pemuda yang ia perhatikan, melewatinya begitu saja. Aurel yang kepo dengan isi buku itu mengikuti pemuda tersebut.
Sampai pada Perpustakaan, Aurel berjalan lambat. Dia memperhatikan ruangan Perpustakaan yang cukup luas. Mulutnya berdecak kagum, karena ini untuk pertama kalinya dia masuk ke sini.
Namun, Perpustakaan ini sepi. Hanya ada pemuda yang ia ikuti dan dirinya di dalam Perpustakaan tersebut.
"Hey!"
Aurel berjingkrak saat tangan seseorang memegang pundaknya. Ia berbalik dan menatap tajam si pelaku.
"Bikin kaget saja," cibirnya.
"Aku tidak menyuruhmu mengikutiku."
"Kamu tahu?"
"Kenapa tidak." Pemuda itu memang mengetahui Aurel mengikutinya. Awalnya tidak peduli, tapi sebuah ide muncul dipikirannya untuk mengagetkan perempuan itu.
"Ais, kenapa kamu bisa di belakangku? Setahuku kamu di balik rak yang di sana." Aurel menunjuk rak tinggi tidak jauh dari mereka berdiri.
"Mengambil jalan pintas," jawab pemuda itu acuh. Ia melangkahkan kaki menuju meja untuk membaca buku. Kemudian, mendudukkan bokong sambil membolak-balik buku yang ia bawa.
Aurel menghampiri pemuda itu dan duduk di sampingnya. "Itu buku apa?"
Si pemuda menoleh, ia mengedikkan bahu tanda tidak tahu.
"Terus, kamu dapat dari mana?"
Berdecak pelan, pemuda bernama Sean itu mencondongkan tubuhnya pada Aurel. Netranya birunya menatap lekat wajah perempuan itu.
"Selain perubahan sikap, kamu juga semakin cerewet."
Kening Aurel berkerut, membentuk garis-garis kecil meskipun tidak kentara. "Kamu berkata begitu seolah kita saling kenal," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku antagonis tampan
RomanceTransmigrasi pada tubuh seseorang itu memang terbilang aneh dan diluar nalar. Apalagi, dunia yang dipijaki adalah dunia novel. Bagaimana, kehidupan Aurelia Selina yang bertrasmigrasi pada tubuh wanita bernama Aurelia Tiffany Algantara? Bisakah dia m...