Jangan mudah percaya dengan orang lain, apa yang dilihat dengan mata kepala belum tentu dalamnya baik
~Devano Arnoldi Daniswara~***
Seminggu setelah rencana kuliah itu. Aurel kini berkuliah di Universitas terkenal di Amsterdam. Ia senang berkuliah di sana, apalagi orang-orang disitu cukup ramah.
Seperti yang ia inginkan, perempuan itu memulai kuliahnya dari S1. Namun, untuk melakukan itu banyak perubahan dilakukan baik nama dan umurnya yang dipermuda. Tentu dengan umur asli di dunia nyata.
Aurel keluar dari Kampus bersama seorang gadis. Mereka terlihat akrab dan sudah menjadi teman.
"Aurel, kamu tidak ingin balik bersamaku?"
Mendengar pertanyaan dari sahabatnya bernama Hana itu Aurel tersenyum. Ini yang dia suka, orang-orang memanggil namanya dengan panggilan Aurel, bukan Elia seperti di rumah William.
"Tidak, Hana. Aku akan dijemput," jawabnya.
"Sama pria bermata biru itu?" tanya Hana kembali.
Aurel tertawa pelan. Hana ini lucu, dia selalu mengatakan suami Aurel pria bermata biru. Walau, kenyataannya benar.
"Dia punya nama, Hana," ucap Aurel.
"Hehe, aku lupa. Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Sampai bertemu besok, Urel," ujarnya.
Aurel mengangguk, dia memperhatikan Hana memasuki mobil dan pergi dari hadapannya.
Melihat kepergian gadis itu, Aurel merasa lega. Dia celingukan seolah mencari seseorang. Dan ... tidak ada. Ia cukup lega, sebab suaminya belum datang menjemputnya.
"Ini kesempatan bagus untuk pulang sendiri," gumamnya.
Tidak membuang waktu, Aurel melangkahkan kaki. Meninggalkan gedung Kampus dengan berjalan kaki. Ini maunya dan kalau William nanti mencarinya, pria itu tinggal menghubunginya melalui ponsel.
Seminggu ini, sifat William benar berubah. Pria itu tidak lagi berselingkuh dan lebih fokus pada istri satu-satunya ini. Sebagai manusia yang hidup di zaman modern, tidak mungkin William membiarkan istrinya tidak memiliki ponsel, karena itu dia membelikan Aurel ponsel sebelum masuk kuliah.
Aurel berjalan santai, sambil menikmati keindahan kota Amsterdam. Meski bukan di taman, ia masih bisa melihat beberapa bunga tulip di pinggir jalan. Terlihat indah, karena sekarang masih bermekaran. Waktu mekar bunga tulip cukup lama, dua hingga empat minggu.
Sibuk menikmati keindahan kota ini, netranya berhenti pada sebuah mobil. Bukan mobil itu yang menjadi perhatiannya, tapi seseorang yang keluar dari sana. Entah kenapa, hatinya bergerak untuk mendekati si pemilik dan ternyata, orang itu tidak sendiri. Ada seorang perempuan yang juga ikut menyusul keluar.
"Sayang, aku tidak tahu kenapa bannya bocor. Malangnya, aku tidak memiliki ban serap untuk menggantinya."
"Bagaimana kalau kamu memanggil montir. Setahuku, tempat ini tidak jauh dari bengkel."
"Kamu bagaimana? Aku tidak mungkin meninggalkanmu dengan keadaan begini."
"Astaga, Devan. Aku akan menunggu, lagian ini bukan tempat rawan penjahat."
"Tetap saja, Jasmin. Kamu sedang hamil, tidak mungkin aku tinggalkan."
"Devan, aku---"
"Sayang, tolong me---"
"Permisi."
Aurel datang menengahi perdebatan kecil suami istri itu. Setelah mendengarnya sebentar, dia tahu kalau mereka adalah protagonis dari novel yang dia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku antagonis tampan
RomanceTransmigrasi pada tubuh seseorang itu memang terbilang aneh dan diluar nalar. Apalagi, dunia yang dipijaki adalah dunia novel. Bagaimana, kehidupan Aurelia Selina yang bertrasmigrasi pada tubuh wanita bernama Aurelia Tiffany Algantara? Bisakah dia m...