08.kosong kosong tiga

3.9K 214 2
                                    

Aurel berdiri di ruang tengah dengan tatapan bingung. Perempuan itu kebingungan karena tidak ada satupun pelayan berlalu-lalang.

"Ni rumah kenapa sepi bangat?" gumamnya. "Si Abella juga mana? Dari pagi nggak kelihatan batang hidungnya," lanjutnya masih bergumam.

Aurel mendesah pelan, perempuan berambut pirang itu kembali berjalan menuju luar rumah. Namun, tetap tidak ada orang.

"Siang begini kok suasananya sedikit horor," gumamnya kembali.

menepis rasa bingungnya, Aurel tetap melanjutkan langkah. Perempuan itu bersenandung kecil agar tidak merasa kesepian.

Sampai pada pagar rumah, Aurel mengerutkan kening karena pagar itu di kunci. Biasanya pagar tersebut tidak dikunci dan juga selalu ada dua penjaga pagar berdiri di depan pagar.

Aurel tidak mengerti sekarang. Dari dalam sampai pagar rumah semuanya mendadak berubah.

Dia mencoba berpikir positif, tapi itu hanya sementara sebelum tangan seseorang memegang pundaknya dan merayap ke sisi lehernya.

Aurel mematung saat tangan dingin itu menjelajahi lehernya. Nafasnya tercekat, ingin berbalik pun terasa susah.

"Aurel."

Suara itu, Aurel tidak pernah mendengarnya selama ini.

"Aurel, berbaliklah."

Aurel menelan ludah kasar, suara itu menyuruhnya berbalik. Tapi, tubuhnya saja tidak bisa bergerak.

"Aurel, kosong-kosong tiga."

Kosong-kosong tiga? Batin Aurel menyahut.

"Iya, kosong-kosong tiga. Kosong kosong tiga, hahahaha."

Seiring suara tawa orang itu, angin berhembus kencang. Menerpa tubuh Aurel yang masih mematung di tempat.

Perempuan itu tidak bisa bergerak, aliran darahnya juga seperti membeku akibat hembusan angin.

Nafas Aurel mulai sesak, tubuhnya yang tadi berdiri tegap terjatuh begitu saja. Sebelum kesadarannya mulai menghilang dia bisa melihat seseorang berlari ke arahnya.

***

Aurel membuka mata, menatap sekeliling tempat dia berada. Perempuan itu mengerjap pelan ketika sadar ini adalah kamar William. Dia melirik dengan ekor mata dan ternyata pria itu sudah duduk di sampingnya.

"Syukurlah kamu sudah bangun."

Penuturan dari William tidak ia balas. Aurel berusaha bangun, meski kepalanya sedikit pusing.

William membantu istrinya duduk, tapi tatapannya memperhatikan wajah Aurel. "Wajahmu terlihat pucat? Ada apa?"

Aurel sedikit mendongak, tatapannya dan William bertemu begitu saja. "Tidak," balasnya. tidak mungkin dia mengatakan apa yang terjadi padanya tadi. Bisa-bisa suaminya berpikir kalau dia sedang menghayal.

William mengangguk saja. Ia mengambil minum di atas nakas. Kemudian, memberikannya pada Aurel.

"Minumlah, setelah ini kamu harus menjawab pertanyaanku."

Alis Aurel bertaut, tapi dia tetap menerima gelas tersebut dan meminum airnya.

"Bertanya apa?" tanya Aurel setelah meminum air putih itu.

"Kalung ini ...." Tangan William terulur untuk memegang kalung tersebut. Mata beningnya memperhatikan lontin merah di kalung itu. Dia ingat, saat menggendong Aurel lontinnya bersinar. Namun, sekarang lontin itu kembali seperti semula.

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang