11. Angka itu

2.8K 188 1
                                    

"Kamu, sih." Aurel menatap sinis suaminya. Perempuan itu tidak habis pikir, tanpa perasaan suaminya malah mendorong Jasmin hingga masuk Rumah sakit.

"Aku belain kamu, lagian salah suaminya," sahut William santai. Ia duduk sambil meletakkan kaki kanan di atas kaki kirinya. Raut wajahnya tidak ada rasa bersalah setelah melakukan itu.

"Katanya cinta sama Jasmin, tapi kok disakitin," cibir Aurel ikut duduk di samping suaminya.

Alis William terangkat satu, ia menatap wajah istrinya dari samping. Tapi, tidak berkomentar apapun tentang apa yang Aurel katakan.

Pintu ruangan terbuka, Aurel berdiri cepat dan menghampiri Devano.

"Bagaimana keadaan Jasmin dan bayinya?" tanya Aurel khawatir. Terbalik, dia yang merasa bersalah karena suaminya.

Devano menatap sinis Aurel. Tangannya mengepal ingin membalas perlakuan William pada perempuan ini. Tapi, dia tidak mungkin melakukannya karena Aurel perempuan. Meskipun terbilang dingin dan mahal senyum, Devano masih mempunyai hati untuk tidak melukai fisik perempuan. Dia hanya berkata dengan mulut pedas saja.

Berbeda dengan William yang tidak segan menyakiti siapapun yang bersangkutan dengan Devano. Apalagi, pria itu sudah menyakiti perasaan istrinya.

"Untung bayi dan istri saya tidak apa-apa, kalau tidak akan saya bunuh suamimu itu," ujar Devano dingin.

William yang duduk menghampiri Devano. Ia berdiri di samping sang istri sambil bersedekap dada.

"Terdengar mengerikan, tapi sampai sekarang belum terjadi. Bukankah dulu, saya juga pernah menyakiti istrimu?"

Devano masih tersulut emosi, memukul wajah William. Dia tidak suka mengingat kejadian di mana istrinya hampir tiada. Namun, tidak semua salahnya William dia juga ikut salah.

Aurel hanya diam, otaknya mencoba mengingat kejadian yang William katakan. Dan dia baru ingat, di bab 20 novel ini. Jasmin mmengalami koma akibat kecelakaan. Semua salah William yang menyabotase rem mobil wanita itu. Sedang di bab sebelumnya, Devano dan Jasmin bertengkar hebat akibat Devano salah paham Jasmin berselingkuh dengan William.

Ugh, alur itu pasaran. Batin Aurel. Ia kembali menatap dua pria di depannya.

"Manusia sepertimu tidak pantas hidup, William."

"Hey, dirimu bukan Tuhan yang pantas mengatakan itu."

"Kamu hanya mengotori kota Amsterdam. Apalagi dengan benih-benih yang kamu tabur pada jalang-jalang itu."

Emosi yang tadi meluap pada Devano, beralih pada William. Tangannya mengepal erat, bersiap membalas pukulan pria itu.

Namun, belum sempat itu terjadi Aurel memegang lengan suaminya.

"Sudah, jangan seperti ini. Orang-orang menonton kita," ucap Aurel.

"Aku harus memukulnya, agar mulut kotornya itu tidak menfitnah orang."

Devano tersenyum miring. "Memfitnah? Kamu itu pria tukang selingkuh, suka bermain perempuan dan menabur benih tanpa tanggung jawab. Sedang istrimu yang lugu ini kamu bodohi sepanjang masa," ungkapnya.

Aduh. Batin Aurel, dia harus membawa William dari Rumah sakit ini. Karena pria itu tidak bisa lagi menahan emosi. Wajah sang suami juga memerah, sorot matanya berubah tajam. Bisa-bisa terjadi perkelahian nanti.

"Elia, berhentilah bersikap bodoh. Suamimu itu adalah pemain, kamu tidak lelah dipermainkan?"

"TUTUP MULUTMU, BAJINGAN!"

Aurel tersentak, begitu juga orang-orang yang menonton kejadian itu. Tanpa pikir panjang, perempuan itu menarik suaminya.

"Jangan membawaku, aku harus menghabisinya," ucap William sedikit memberontak. Tapi, kakinya terus mengikuti langkah kecil sang istri.

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang