07. Kontak mata

4K 256 4
                                    

Dia hanya merasa kehilangan, bukan jatuh cinta.
~Aurelia Selina~

***

"Jangan seperti ini, kamu tidak tahu bagaimana William sebenarnya. Apa yang kamu lihat tidak sepenuhnya benar."

"Maksudmu?"

"William ...." Felix sengaja menggantung ucapannya. Ia lebih dulu menatap William yang tertidur pulas.

"Dia kenapa?" tanya Aurel diambang penasaran.

"William itu sakit. Dia punya kolesterol tinggi semenjak usia 23 tahun. Makanannya sangat dijaga. Alkohol dalam kadar tinggi tidak pantas dia konsumsi. Tapi, otaknya sangat keras kepala," jelas Felix masih menatap William.

"Terus, apa hubungannya denganku? Dia kan banyak uang, suruh saja dia berobat," ujar Aurel. Dalam hati sebenarnya ia sedikit iba.

"Karena kamu istrinya, kamu pantas tahu. Dia sengaja menyembunyikan ini darimu agar tidak khawatir."

"Aku tidak peduli dan aku tidak khawatir dengan keadaannya." Aurel membuang muka saat Felix menatapnya.

"Perasaanmu pada William benar habis?"

Aurel menoleh. Bukan habis, tapi tidak ada. Gue kan bukan Elia. Batinnya.

"Aurel," panggil Felix karena tidak suka didiamkan.

"Iya, habis untuk selamanya. Sudahlah, aku ingin keluar. Lagi pun dia tidak mengizinkanku masuk ke kamar ini." Aurel berbalik. Ingin melangkah, tapi tangannya dicekal Felix.

"Dia mencintaimu," ungkap Felix.

Aurel berbalik dan menatap pria itu dengan tatapan sulit diartikan.

"Dia mencintaimu setelah perubahanmu."

"Ha?" Aurel sedikit memiringkan kepala. Sudut bibir atasnya terangkat bersamaan dengan satu alisnya. "Jangan membual, tidak mungkin orang jatuh cinta hanya karena perubahan seseorang. Aneh sekali kamu," bantahnya.

"Aku tidak membual. Sebagai sahabat aku paham semua tentang William. Dia mencintaimu, dia cemburu saat kamu bersama pria lain, dia marah saat kamu tidak peduli tentang perselingkuhannya, dia juga tidak suka saat dirimu mengabaikannya."

Aurel tertawa pelan, ia menepis tangan Felix yang memegangnya dan kembali menegakkan kepalanya.

"Karena alasan itu kamu mengatakan William mencintaiku?"

Felix mengangguk sebagai jawaban. "Dia hanya tidak sadar."

"Alasan masuk akal. Tapi, aku tidak peduli."

"Aurel---"

"Felix, sesuatu yang menjadi kebiasaan, kemudian ditinggalkan begitu saja akan terasa hampa. Begitu juga William. Dia hanya merasa kehilangan, bukan jatuh cinta. Jadi, tolong bedakan," tutur Aurel. Dia tidak tahu apa penjelasannya benar, tapi dia tidak mau menganggap William mencintainya. Takut suatu saat dirinya terjebak dan ikut jatuh cinta.

Aurel tidak mau, baginya semua pria brengsek. Dan dia tidak akan mengulang kesalahan seperti di dunia nyata. Mencintai seorang pria, tapi ditinggal saat sayang-sayangnya. Aurel juga sadar, meski William jatuh cinta. Pria itu mencintai Elia, bukan dirinya. Jadi, sama saja dia menyakiti perasaannya nanti.

Sebenarnya ini peluang bagus, kalau apa yang Felix katakan benar. Dia tidak perlu susah-susah untuk membuat pria itu mencintainya. Seperti rencananya di awal. Membuat William jatuh cinta, kemudian meninggalkan pria itu saat sayang-sayangnya.

Namun, itu hanya bualan semata. Aurel tidak akan sanggup melakukan hal tersebut sepenuhnya. Sekeras apapun hatinya, dia hanya seorang perempuan yang memiliki hati lembut. Mudah iba dan tidak tega, meski pada orang yang dia benci.

Suamiku antagonis tampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang