Hallo, maaf atas kebingungannya.
Bahasa yang digunakan di sini bahasa Belanda. Tapi, ku translet ke bahasa Indonesia. Karena nggak mungkin pake bahasa Belanda.Terkecuali saat Aurel berbicara sendiri dia menggunakan bahasa Indonesia. Dan saat di rumah William orang-orang di situ juga menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, karena alasan itu di awal nggak dijelasin.
Oke ah, mending langsung baca aja. Kalau nggak paham juga, tanya di komentar.
***
Aurel memasuki bus karena sedikit lelah untuk berjalan. Seperti yang tadi, dia tidak mengetahui ke mana arah tujuannya. Tapi, dia tidak peduli. Dirinya hanya ingin mengetahui lebih dalam tentang negara ini.
Aurel menatap satu persatu penumpang yang sibuk dengan aktivitasnya. Satu orang pun tidak ada yang dia kenal. Tapi, tekadnya untuk mengurangi rasa penasaran lebih tinggi.
Bus melaju dengan santai membelah jalanan kota. Aurel yang duduk di dekat kaca jendela menatap keluar. Dia sesekali berdecak kagum melihat bangunan-bangunan di kota ini.
"Hallo, Nona," sapa seseorang.
Aurel menoleh, dia menunjuk dirinya untuk mengetahui lebih lanjut apakah dia yang disapa.
"Ya, dirimu. Apa anda sendiri?"
Mendengar pertanyaan itu Aurel merasa aneh. Bukankah tadi dia tidak mengerti bahasa Belanda, tapi sekarang dia paham apa maksud pria di sampingnya.
"Nona," panggil orang tersebut. Tangannya melambai di depan wajah Aurel.
"Ah, iya," sahut Aurel tersadar.
"Anda sendiri?"
Aurel terdiam, dia memperhatikan orang tersebut. Rambut sedikit pirang, muka bule, dan tidak lupa headphone menutupi telinga orang itu.
"Nona," panggil orang itu kembali. Dia tertawa pelan melihat Aurel memperhatikan wajahnya.
"Ha, iya?" Aurel mengerjap pelan dan itu terlihat lucu di mata orang yang mengajaknya bicara.
"Anda sepertinya jarang keluar rumah, terlihat dari mata anda memperhatikan saya."
Mendengarnya, Aurel merasa malu. Apa yang orang ini katakan benar. Dia jarang keluar rumah baik di dunia nyata maupun novel. Di dunia nyata, biasanya keluar hanya bersama temannya itupun satu sekali seminggu. Untuk di novel, dari yang Aurel baca Elia lebih suka mengurung diri di gudang dan menangis.
"Nona, kita boleh berkenalan?"
"Mmm, boleh."
"Saya Farez Ardino, anda bisa memanggil saya Farez."
Sahabat dari Devano. Batin Aurel, ia ingat betul nama dari sahabat protagonis ini. Entah perbuatan apa yang ia lakukan, sehingga dapat bertemu dengan dua cogan dalam satu hari. Tidak, tapi tiga. Hanya saja, suaminya tidak dia anggap. Sedikit jahat ternyata.
"Aurelia Se ... maksudnya Aurelia Tiffany," balas Aurel sambil tersenyum. Tidak sudi menyebutkan marga suaminya.
"Nama yang cantik. Berhubung di dalam bus, Nona mau ke mana?"
Aurel memutar otaknya, dia tidak tahu harus menjawab apa. Mencoba berpikir lagi, hingga sebuah jawaban muncul. Teringat kalau Belanda itu memiliki hamparan bunga tulip dan Kincir angin.
"Ke tempat bunga tulip," jawab Aurel.
"Hahaha Nona, anda lucu sekali. Tempat bunga tulip di Belanda banyak. Anda bisa menyebut salah satu dari mereka," ujar Farez.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku antagonis tampan
RomanceTransmigrasi pada tubuh seseorang itu memang terbilang aneh dan diluar nalar. Apalagi, dunia yang dipijaki adalah dunia novel. Bagaimana, kehidupan Aurelia Selina yang bertrasmigrasi pada tubuh wanita bernama Aurelia Tiffany Algantara? Bisakah dia m...