"Taro--"
"Udah, STOP! Jangan ganggu gue lagi, Zee! Cukup semuanya! Sampai di sini hubungan kita dan semua udah berakhir!"
"Taro tunggu--"
"Zee STOP! Jangan bego! Dia udah nolak lo berkali-kali tapi lo masih ngejar dia? Ke mana sih jalan pikiran lo?"
Lia tidak pernah melihat sahabatnya sekacau sekarang.
Yang dia tahu, Zee itu bukan murid yang bodoh. Selama sekolah, Zee selalu mendapatkan nilai memuaskan. Zee juga suka menolong dan sangat ramah. Tak mungkin kalau tidak ada pria lain yang tertarik padanya.
Hanya satu saja kekurangannya, Zee yaitu kadang-kadang ceroboh dan terlalu baik pada orang lain. Makanya Lia sebenarnya tak tega membentak Zee. Dia cuma ingin Zee sadar, tak mau sahabatnya dipermainkan lagi. Makanya dia menahan Zee agar tidak lagi mengejar taro.
"Udah dong Zee. Cowok itu banyak! Jangan Lo pikir cuma dia doang!"
"Tapi gue udah yakin banget kalau dia itu yang pertama dan terakhir buat gue Li!"
Tentu saja sambil berlinang air mata dan duduk di trotoar kampusnya Zee menangisi hubungannya yang kandas dengan Taro.
Tak sangka murid baru seperti dirinya ternyata merasakan pahitnya kampus pertama kali bukan karena ospek tapi karena diputuskan oleh kekasihnya
"Dan lo tau Pipit kan? Masa iya sih dia mau sama Pipit? Kalo Taro suka Pipit, kenapa nggak dari zaman sekolah dulu? Kenapa harus nunggu sekarang dan nyakitin gue kayak gini, Lia?"
Senyum sinis pun muncul di bibir Lia sambil dia mengeluarkan tisu untuk menghapus air mata Zee.
"Apa lo nggak mikir kalo selama ini si taro itu kemungkinan besar cuman manfaatin lo doang buat dapat nilai bagus?"
"Tapi Lia--"
"Denger gue! Apa lo nggak mikir kalo selama sekolah dulu dia itu sering banget nyuruh lo ngerjain tugasnya dia?" Lia makin nge-gas.
"Terus apa lo nggak inget? Waktu dia mau jadi ketua OSIS kan semua program-programnya lo yang buat! Dan lo dijadiin sekretaris OSIS buat nge-handle semua program-program itu. Tiap waktu rapat dia ke mana? Lo yang muncul buat nyelesain semuanya. Dia cuman main basket aja kerjanya kan? Dan si Pipit tu ketua tim pemandu sorak! Lo lupa?"
Harusnya memang Zee sudah berpikir kalau selama ini dia dimanfaatkan setelah mendengar pendapat sahabatnya ini.
"Tapi gue sayang banget sama dia, Lia. Dan gue yakin kok kalau dia nggak serius ama si Pipit. Dia sayang banget ke gue!"
"Ya ampun, udah jangan gila! Yuk cepetan balik! Tuh, Kakak gue udah ngejemput juga."
Lia memang punya kakak dua tahun di atasnya dan kuliah di tempat sama seperti mereka cuma beda program studi.
"pMakasih Li."
Pulang pergi memang Lia bareng dengan kakaknya dan rumah mereka tidak terlalu jauh dan kalau tak pulang sama Taro, Zee suka ikut nebeng. Tapi sekarang Zee menolaknya.
"Udah ayo ikut! Emang lo mau ngapain di sini sendirian? Lagian kan ntar gue bisa nganterin lo sampe rumah, sih!"
"Sekarang gue tinggal di Menteng."
"Eh, emang lo pindahan?" tentu saja sahabat Zee ini tak mudah percaya.
"Sulit dijelaskan! Udah lo balik aja duluan! Gue gampang! Nanti gue naik kendaraan umum aja, Li!"
"Ooo, jadi lo beneran pindah ke Menteng? Jauh banget! Pantesan lo terlambat!"
Zee menghapus air matanya sambil tersenyum saja mendengar celetukan sahabatnya itu. Dia memang belum sempat menceritakan alasan dirinya tadi terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU BUKAN TIPEKU
RomanceZeefa Ariana (18th) terpaksa bekerjasama dengan Randy Abraham (28th) untuk berpura-pura dalam pernikahan yang di susun oleh orang tua mereka. Zee yang berantakan, cuek dan ceroboh memang bukan tipe ideal dari wanita yang disukai oleh Randy. Sedangk...