"Pakai Zee, nanti kamu kedinginan. Sakit, besok nggak bisa kuliah."
"Eh, iya Prof!" lagi-lagi panggilan yang membuat Randy ingin kabur cepat dari foyer apartemen
"Sini tasnya, saya pegangin."
Sesaat, Zee terkesima dengan tubuh Randy. Siapa juga wanita yang tidak suka melihat tubuh seorang pria yang tegap dengan badan berbidang ditambah lagi tidak ada bulu-bulu yang mengganggu dan bersih.
Bagaimana tidak bersih, kalau Randy adalah orang yang menjaga kebersihan dan dia rajin sekali mandi dan menjaga kesehatannya?
‘Harum.’
Aroma ocean musk bercampur orange dan fresh dari mint dengan sentuhan maskulin woody pada parfum Randy memang sangat mengganggu hidung Zee saat mengenakan sweater berwarna cream milik Randy.
Pikiran Zee jadi travelling ke mana-mana.
"Sudah, Zee? Kalau sudah ayo!"
"Eh, iya. Makasih ya sudah, Prof."
Tapi Zee tak berani menunjukkan senyum aneh di bibirnya lagi. Apalagi melihat sorot mata Randy lumayan membuatnya ngeri.
Zee mengekor di belakangnya mengikuti Randy menuju resepsionis. Dan ini lagi-lagi mengganggu.
"Pak Ardi, ini Zeefa, dia ini istri saya dan nanti lain waktu tolong dibantu ya."
"Oh, baik Pak. Maaf Pak tadi saya agak ragu, karena saya tanya semua informasi tentang Bapak termasuk ruangan kamarnya, Mbak Zeefa tidak tahu."
"Iya, saya lupa memberitahukannya tadi pagi. Terima kasih untuk tidak mengusirnya ya, Pak Ardi."
Randy sangat sopan. Dari cara bicaranya memang membuat orang cukup sungkan padanya.
Pria yang masih memakai celana training dan topless atasnya itu berhasil menarik perhatian orang-orang di lobby, terutama kaum hawa. Apalagi selepas bicara dengan security, Randy menggandeng tangan Zee menuju resepsionis. Rasanya pandangan mata iri itu sungguh mengusik ketenangan Zee.
"Selamat malam Pak."
"Selamat malam ibu Lilis. Saya mau minta kartu pass lagi untuk istri saya, Zeefa. Kemarin saya belum memberikannya karena saya cuma punya satu kartu."
"Oh, baik Pak. Tapi bukannya saat pemberian kunci apartemen diberikan dua kartu ya, Pak?" tanya Lilis, resepsionis yang tadi memiliki ide untuk mengerjai Zee.
Sejujurnya dia tak sangka juga kalau Randy bakal mengatakan sama seperti yang Zee bilang.
"Iya, sepertinya saya lupa menaruhnya di mana," jawaban yang sungguh membuat Zee sulit percaya.
Orang seperti Randy tidak mungkin gampang lupa. Dia pasti menyimpannya dengan sangat baik.
‘Pasti dikasih pacarnya itu kan? Huehehe!’
Ini yang membuat dirinya masih senyum-senyum di dalam lift saat Randy menyodorkan kartu pass.
"Simpan ini. Lain kali kamu bisa langsung naik dan unit saya di 1207. Lantai dua belas kamar nomor 7. Terus jangan suka senyum-senyum sendiri seperti itu. Bisa membuat orang berpikir yang aneh-aneh."
"Hehe, iya Prof. Maaf. Dan makasih buat kartunya."
"Zee, kamu kalau panggil saya di sini jangan panggilnya pakai kata Prof! Cukup untuk di kampus. Semua orang akan berpikir kalau saya ini dosen modusan? Bawa-bawa mahasiswinya ke dalam apartemen saya. Tadi juga saya nggak tahu apakah ibu Lilis dan pak Ardi percaya atau tidak kalau kamu betulan istri saya, karena kamu terus memanggil saya Prof."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU BUKAN TIPEKU
RomanceZeefa Ariana (18th) terpaksa bekerjasama dengan Randy Abraham (28th) untuk berpura-pura dalam pernikahan yang di susun oleh orang tua mereka. Zee yang berantakan, cuek dan ceroboh memang bukan tipe ideal dari wanita yang disukai oleh Randy. Sedangk...