"Mau bertemu dengan siapa ya, Mbak?"
"Eh, pak satpam, suami saya tinggalnya di sini. Jadi saya mau pulang ke apartemen suami saya."
Dua jam yang lalu, Zee yang sudah masuk ke dalam lobi apartemen diberhentikan security dan kejadian ini tidak terlihat oleh Randy yang sudah melesat dengan motornya menuju basement.
"Nama suaminya siapa ya, Mbak? Dan unit apartemennya di nomor berapa ya?"
Maklum saja, kemarin itu Zee masuk lewat basement dan datangnya bersama dengan Randy, jadi dia tidak ditanya-tanya oleh security. Tapi saat ini berbeda.
Kondisi Zee yang basah kuyup dan dia terlihat lusuh membuat security juga tidak terlalu percaya padanya. Hanya untuk meyakinkan Zee pantas diizinkannya masuk, dia membutuhkan data itu. Dan ini adalah standar keamanan di dalam apartemen untuk menjaga kenyamanan dan keamanan setiap penghuni di dalamnya.
Bukan hanya semata-mata sang security kepo.
"Oh iya bener. Unit apartemennya ya? Saya juga lupa nanya."
Jawaban yang tidak diharapkan oleh sang security tentu saja.
"Boleh saya minta kartu residence-nya?"
Kartu residen ini juga penting, karena dengan kartu ini penghuni apartemen bisa naik ke lantai tempat tinggalnya.
Kartunya harus didekatkan dulu ke lift lalu mereka memencet tombol di mana lantai mereka berada.
"Oh iya, saya juga nggak punya yang itu,” lagi-lagi jawaban dari Zee membuat malas sang security. Tapi memang Randy sendiri tidak memberikan kartu itu. Sepertinya dia lupa.
"Kalau begitu, mbaknya telepon dulu aja suaminya dan tanya unit apartemennya nomor berapa dan di lantai berapa."
Namun untuk menjaga keproatasfesionalannya, sang security kembali memberikan saran pada Zee yang menurutnya ini masuk akal.
Bukankah kalau sudah jelas di nomor berapanya dia bisa membantumemencetkan tombol lift jadi Zee bisa naik ke lantainya?
"Nah ini masalahnya, saya belum tukeran nomor."
Hampir tidak bisa berkata apa-apa sang security setelah mendengar jawaban polos dari Zee. Bagi manusia normal, tentu saja dia sempat berpikir negatif tentang Zee. Apalagi wanita itu terlihat masih muda, cantik, menggairahkan dan terlebih pakaian Zee yang basah kuyup tanpa dia menggunakan outer membuat lekuk tubuhnya memang terlihat.
Jelas ini membuat risih dan staf keamanan lebih berhati-hati padanya.
"Maaf ya Mbak, bukannya saya nggak percaya suaminya Mbak tinggal di apartemen ini, tapi coba Mbaknya cari nomor telepon suaminya dulu. Nanti kalau sudah tahu nomor teleponnya berapa, silakan ditelpon, terus ditanya dulu di lantai berapa kamarnya supaya jelas dan enak ke penghuni di sini. Dan ini tak mempersulit laporan kami ke atasan”
"Iya ya Pak."
Zee menggaruk rambutnya, pusing juga dirinya harus minta nomor telepon ke siapa.
Kalau Zee minta telepon ke orang tuanya, akan terlihat aneh karena dia belum punya nomor teleponnya Randy, padahal mereka sudah menikah dari kemarin.
Zee sejujurnya agak malu juga.
Hingga pandangan matanya mengarah ke resepsionis.
"Tapi saya ingat kok, namanya profesor Randy.”
Zee menutup mulutnya dan mengganti panggilan tadi.
"Pak Randy maksudnya."
"Kalau begitu tunggu di sini dulu ya, biar saya tanyakan dulu ke resepsionis."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU BUKAN TIPEKU
RomanceZeefa Ariana (18th) terpaksa bekerjasama dengan Randy Abraham (28th) untuk berpura-pura dalam pernikahan yang di susun oleh orang tua mereka. Zee yang berantakan, cuek dan ceroboh memang bukan tipe ideal dari wanita yang disukai oleh Randy. Sedangk...