BAB 24: CUKUP BERTANGGUNG JAWAB

76 5 3
                                    

"Ngaco! Si Cindy emang mau dikemanain?" ujar Randy saat dia mendengar jawaban dari Irfan soal keinginan temannya itu untuk mendekati Zee.

"Haha, gue masih suka sama dia. Gue masih sayang sama dia, tapi dia nggak ngerespon. Gue nggak tahu gimana kelanjutan hubungan gue sama dia. Yang pasti sekarang gue jomblo!"

"Sssh, kelarin aja urusan lo sama dia, nggak usah cari-cari mangsa baru, Fan!"

"Eh, mo ke mana lo? Gue gak dikenalin ama mahasiswi lo tadi?"

"Mau ada kelas! Gue mo siap-siap!"

"Rand?"

Randy tak menengok lagi. Dia pergi meninggalkan cafe beberapa menit setelah Zee keluar dari lokasi yang sama. Agak gerah juga dia menanggapi rencana Irfan perihal Zee. Tapi memang sahabatnya ya seperti itu. Dia sering sekali menggoda Randy begini, bukan cuma sekali.

Dulu saat Randy bersama dengan Monica, dia juga mengatakan hal yang sama. Kalau Randy sudah bosan dengan Monica, maka berikanlah padanya!

Dia tak masalah kalau wanita itu bekas Randy juga. Tapi sebetulnya Irfan sendiri memang suka guyon. Dia punya seseorang yang disukainya yang bernama Cindy dulu. Dia adalah teman sekolahnya Irfan sejak SMP. Tapi hubungan mereka tidak berlangsung semestinya. Terlalu complicated dan sulit untuk dijelaskan.

Hingga akhirnya sampai saat ini Irfan dan Randy sama-sama jomblo.

Wanita yang disukai mereka memiliki alasan sendiri untuk tidak bersama dengan mereka saat ini.

Dan sebetulnya Randy juga tahu kalau Irfan adalah orang yang bertanggung jawab dan baik. Tapi dia memang tidak punya planning untuk mencomblangkan Irfan dengan Zee andaikata dia pish dengan Zee. Tak ada alasan khusus. Randy sendiri tak ingin membahas ini dalam benaknya.

Lagian sudah banyak kekacauan yang dibuat oleh Zee. Dari tadi malam kepala Randy pening sekali karena Zee. Sekarang dia ingin tenang dan tidak ingin memikirkan masalah ini dulu

Tapi sayang dari kejauhan dia melihat Zee yang kembali dihampiri Taro! Mau tak peduli, tapi sebenarnya Randy juga ingin tahu dan sebal juga dengan lelaki satu itu yang ternyata anak mami, tukang ngadu. Randy ingat peristiwa dirinya sampai dipanggil kemarin.

"Selamat siang pak Randy!"

Dan kalau tidak disapa oleh teman sejawatnya, mungkin dia akan melewati jalur itu dan menyapa Zee.

"Selamat siang Bu Isna."

"Sendirian aja nih Pak? "

"Tadi barengan sama pak Irfan. Tapi saya ada kelas sebentar lagi jadi saya duluan dari Cafe," jujur Randy.

"Oh biasa nih dua dosen terganteng di kampus ini memang selalu saja berdua! Duh, jadi romantis."

"Tapi tenang Bu, kami masih normal dan masih suka perempuan."

"Nah syukurlah Pak! Hehe, jangan diambil hati ya Pak Randy, canda aja."

"Siap Bu Isna." Randy juga tahu soal itu. Dia tak keberatan. Kalau dengan dosen dia agak sedikit mencair dan tidak terlalu kaku seperti pada mahasiswa.

"Eh, kebetulan nih pak ketemu Bapak di sini! Pak Randy dan pak Irfan ini kan punya bisnis di luar, ya? Hm .. kita mau ada dies natalis fakultas ekonomi manajemen yang ke -55 tahun. Kalau misalnya kita mengundang pak Randy dan pak Irfan untuk sharing tentang kesuksesan bisnis Bapak di luar apa bisa?"

Fakultas mereka memang berdiri setelah sepluh puluh tahun kampus mereka berdiri. Dan punya acara ulang tahun fakultas sendiri. Seperti syukuran setiap tahunnya dan ada beberapa acara lain juga.

JODOHKU BUKAN TIPEKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang