BAB 8: TINDAKAN ANTISIPASI

38 9 7
                                    

"Prof Randy!"

Jam sudah hampir menunjukkan pukul lima sore, seharusnya sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan Randy di kampus itu tapi dia dipanggil seseorang yang membuat dirinya tak jadi meninggalkan ruangan dosen.

"Iya Bu?"

"Prof Randy, dipanggil sama dekan fakultas."

"Eh, ada apa ya Bu?"

Randy merasa dirinya tidak membuat janji bertemu dengan sang dekan. Tapi tiba-tiba saja dia dipanggil. Jelas saja dia bertanya-tanya.

"Nggak tahu tuh! Coba aja profesor Randy ke sana karena katanya sudah ditunggu."

"Baik terima kasih ya Bu."

Ketua program studi baru saja memberikan informasi dan biasanya jika ada masalah yang penting pastinya tidak perlu sampai ke dekan dan ketua PS bisa memberitahukan langsung ke Randy.

Tapi saat ini tidak! Dia sendiri juga tidak tahu alasan kenapa Randy dipanggil. Dan Randy tak bung waktu. Dia pun menuju gedung satunya tempat di mana dekan fakultas berada.

"Silakan masuk profesor Randy."

Dan benar sudah, saat Randy tiba di kantor dekan fakultas, memang sang dekan sudah menunggunya tapi dia tidak sendirian.

"Perkenalkan ini bapak Tamrin Daneswara dan ibu Rosanda."

"Selamat Sore."

Randy yang tidak mau berpikiran negatif dia mengulurkan tangan pada tamu sang dekan. Meski di sini dia berusaha menepis curiga karena wajah kedua orang itu tampak tidak bersahabat padanya.

"Baiklah Saya tidak mau membuang waktu Pak Tamrin dan Ibu Rosanda yang berharga, jadi saya sampaikan saja keluhan Bapak dan Ibu terhadap cara mengajar Prof. Randy."

Sampai di sini pun Randy masih belum paham!  Apa dia pernah bertemu dengan keduanya? Keluhan mengajar apa? Dan apa urusannya mereka harus mengkritik cara mengajarnya?

"Mereka berdua adalah Ayah dari Taro Daneswara. Salah satu mahasiswa dengan penyumbang dana terbesar untuk kampus kita. Dan mereka tidak suka sekali dengan cara Prof. Randy memperlakukan anaknya tadi di koridor kelas."

Barulah di sini Randy paham setelah nama mahasiswa itu disebut, Randy mengambil handphonenya dan seperti mengecek sesuatu di handphonenya sebelum menjawab:

"Jadi menurut Bapak saya harus membiarkan mahasiswa melakukan asusila di kampus? Meski saya melihatnya dan saya harus berpura-pura tidak melihatnya, begitu?"

"Bukan begitu Prof! Mungkin Anda bisa memanggil mereka berdua ke dalam ruangan Anda dan memberikan penyuluhan di dalam ruangan, tidak di depan umum dan membuat mereka seperti dilecehkan."

"Tapi perbuatan mereka ini sudah melecehkan kampus kita. Lalu saya masih harus menahan diri saya karena orang tuanya adalah salah satu penyumbang terbesar di kampus kita?"

"Kami hanya ingin kebijaksanaan Profesor Randy!" Tamrin akhirnya bicara.

"Anda sebagai seorang profesor tidak pantas menegur mahasiswa dan melecehkannya di depan teman-temannya dan membuat mereka menjadi buah bibir. Anak saya sangat terganggu dan ini melukai mentalnya. Mereka masih sangat muda dan seharusnya Anda yang lebih tua bisa sedikit saja lebih bersabar."

"Saya rasa saya sudah cukup bersabar hanya menegur mereka saja. Lagi pula itu adalah tindakan refleks saya mengingat saya sangat peduli sekali untuk menjaga lingkungan belajar yang kondusif di kampus ini. Dan mungkin Bapak sebaiknya bicara dengan anak Bapak dan mengajarinya di rumah untuk tidak melakukan tindakan asusila di kampus."

JODOHKU BUKAN TIPEKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang