Bab 20: CARI MASALAH

27 3 1
                                    

"Lo yakin?"

"Hm. Gue duluan yang sampai sini dan gue bakal buktiin kalau gue nggak secengeng kemarin. Mereka udah nyakitin hati gue tapi gue harus bisa move on!"

"Nah, gitu dong. Keren Zee!"

Meski dia tidak yakin juga apakah rencananya ini akan berhasil atau tidak. Sedangkan hatinya yang melihat Taro merangkul Pipit masih bergemuruh kencang.

Kenapa dulu Taro nggak ngerangkul aku kayak gitu ya?

Zee pacaran dengan Taro memang seperti berteman biasa. Tidak ada yang spesial dalam hubungan mereka yang seperti dilakukan Taro pada kekasihnya Pipit.

Dan rasa cemburu itu memang masih ada. Bahkan Zee sampai tidak konsen dengan yang sedang dibicarakan oleh sahabatnya.

"Zee. Ish, gue tanya kok nggak dijawab sih?"

"Oh, ehm--gue lagi mikirin menu. Iya menu. Gue mau pesan apa ya?" kilah Zee mencoba menutupi semua rasa sakit di hatinya.

Sungguh mengherankan. Tadi dia merasa baik-baik saja bahkan sudah bisa fokus belajar tapi gara-gara kekasih yang sudah meninggalkannya bermesraan dengan kekasih baru, Zee tak nyaman.

"Zee, dia ada di barisan belakang dua orang dari kita."

Apalagi setelah dibisikkan seperti ini oleh Lia.

"Oh, biarin saja," bibirnya sih memang bicara begini.

Apa batal aja ya makan di sininya?

Tapi hati yang makin terluka itu memang tidak bisa dibohongi. Hati Zee tak tenang.

"Zee, perut gue mules banget nih. Tiba-tiba aja pengen ke kamar mandi dulu. Lo pesenin gue croissant sama es coklat ya."

"Oh, Oke."

Ada keinginan dalam hati Zee untuk pergi bersama dengan Lia ke kamar mandi tapi ada pertentangan di dalam pikirannya yang mencoba menahan diri untuk tetap dalam antrian.

Gak! Kalau aku ikut sama Lia nanti dia sangka aku menghindar dari dia cuman gara-gara nggak kuat ngelihat dia sama kekasihnya. Fuuh.

Zee akhirnya memilih tetap mengantri. Lagipula tinggal dua orang lagi di depannya. Lalu Zee sudah bisa memesan apa yang ingin dibelinya.

"Croissant satu, es coklat satu dan gulanya less sugar terus brownies-nya satu sama kopi pahit satu ya."

"Kopi pahitnya Espresso?"

Zee sebetulnya bukan pecinta espresso tapi karena dia sudah bilang dia ingin meminum yang pahit untuk menjaga suasana hatinya, akhirnya Zee mengangguk.

"Semuanya delapan puluh sembilan ribu."

Zee mengambil dompetnya dan dia ingin membayarnya tapi sayang uang cash-nya kurang.

Duh, aku lupa lagi. Uang di ATM-ku juga udah habis waktu itu buat beli kado ulang tahunnya Taro. Apa nggak pa-apa ya kalau aku pakai ATM yang dari Kak Randy?

Zee menghabiskan semua uang tabungannya untuk membeli kado ulang tahun Taro dan kini ada ragu saat mengambil ATM yang diberikan Randy.

Tapi dia juga memang sudah tidak punya uang cash lagi karena papanya terakhir kali memberikannya uang cash seminggu yang lalu sebelum pernikahan itu. Uangnya sudah habis juga. Saat ini seharusnya Zee sudah dapat uang jajan lagi dari papanya cuma karena dia sudah menikah, Zee tak yakin tabungannya ada uangnya.

Karena itu dengan berat hati Zee menyerahkan ATM yang diberikan Randy. Cuma sayang, masalah belum selesai sampai di sana.

"Silakan PIN-nya kak."

JODOHKU BUKAN TIPEKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang