Assalamualaikum, temans. Selamat siang. Sekali-kali update buat nemanin makan siangmu, yaa ....
(Aslinya aku ditagih, lupa akutuh kalau blm update).
.
.
.
.
Rindu tidak berani bereaksi pada ucapan Segara. Tadi, dia mendengar kalau sang dosen sedang dalam suasana hati yang tidak bagus. Namun, di matanya, pria itu terlihat baik-baik saja. Berpegang pada kalimat bahwa jangan menilai sesuatu dari yang terlihat, membuatnya terus menutup mulut. Setelah mengulurkan berkas, dia hanya diam dan menunggu.Bagian mana pun yang akan disalahkan oleh Segara bukanlah masalah untuk Rindu. Baginya, lebih baik begitu karena itu berarti dosennya tak ingat lagi kalimatnya di hari terakhir bimbingan lebih dari seminggu yang lalu.
"Kamu mikir apa saat merevisi?" tanya Segara setelah beberapa saat.
"Bagian mana yang salah, Pak?"
Segara mengembalikan berkas Rindu dan mulai memberikan wawasan tentang beberapa hal. Bagaimana bab tiga miliknya disempurnakan, menambahkan apa, sampai apa yang harus dibaca sampai semua yang dimaksud tertulis dalam berkas tugas akhir.
"Ngerti?"
"Ngerti, Pak!"
"Ya sudah. Kamu revisilah dulu sana! Di rak teratas sebelah sana itu ada contoh tugas akhir punya Dikta yang kamu perlukan. Cobalah baca dulu, tapi ingat! Jangan diplagiat!"
Rindu bergegas bangkit meninggalkan meja Segara menuju pojok ruangan, tempat kesukaannya untuk bekerja. Setelah mengambil hasil kerja Dikta, dia duduk dan menyalakan laptop, lalu mulai membaca. Dari tanda yang diberikan Segara, rasanya kesalahannya hanya sedikit.
"Bapak mau ke mana?" tanya Rindu saat Segara sampai pintu. Seperti biasa, langkahnya hampir tak terdengar.
"Ke ruang A5, ngecek praktikum. Kamu di situ saja!"
Rindu mengangguk, lupa kalau Segara punya satu kelas pagi di hari Sabtu. Kemudian, dia ingat kalau Segara punya asisten yang sudah pasti bisa diandalkan untuk memantau pekerjaan di laboratorium. Sepertinya, apa saja bisa dilakukan dengan mudah oleh Segara.
Sepeninggal Segara, Rindu kembali membaca bab tiga milik Dikta. Setelah membaca berulang-ulang, dia tahu yang dimaksud Segara. Memang, semua tak bisa dimengerti dengan mudah, beberapa orang perlu pemahaman sedikit lebih lama dan itu termasuk dirinya.
"Sudah selesai?"
Rindu mendongak dari keasyikannya membaca pekerjaan di layar laptop. Segara datang dengan menjinjing tas, langsung menuju meja kerja. Matanya mengikuti sang dosen yang duduk, lalu menandaskan air mineral dalam botol.
"Sudah, Pak."
"Sudah dibagi Drive-nya?"
"Sudah, Pak!"
"Kamu duduk sini! Saya sedang tidak mau berbicara kencang."
Tanpa diminta dua kali, Rindu pindah tempat duduk di depan Segara. Seperti biasa, saat dosennya sibuk membaca, dia akan memperhatikan wajah Segara yang fokus mengoreksi tulisannya. Masih tampan dan seksi. Rindu menarik napas panjang. kata seksi yang muncul di kepalanya adalah sesuatu yang menurutnya serius. Dia bisa gila jika lama-lama membayangkan sesuatu tentang sang dosen.
"Kenapa kamu menarik napas begitu? Ada masalah?"
"Ti-tidak, Pak!" Rindu gelagapan, Tidak menyangka kalau Segara memperhatikannya dalam fokusnya meneliti tulisan.
"Kamu perhatikan yang saya tandai di beberapa kalimat. Di situ, kamu bisa sedikit menghaluskan bahasamu. Ada beberapa kata asing yang belum kamu cetak miring. Beberapa typo juga kamu bikin. Kemudian, di bagian akibat itu ada yang kamu tulis dua kali. Baca lagi dengan saksama, mestinya kamu sudah nggak bikin kesalahan kecil seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidung Merah Jambu
RomanceRindu Rembulan terancam drop out jika tidak menyelesaikan tugas akhirnya semester ini. Di tengah tekanan proses tugas akhir, kekasihnya tewas dalam kecelakaan dan meninggalkan fakta bahwa pria itu ternyata memiliki istri yang sedang hamil anak perta...