IS | 44 - The Bitter Pill

863 165 33
                                    

"Kupluknya mana?" tanya Hezkiel waktu dia naikin visor helmnya sambil kasih satu helmnya yang lain ke gue.

"Buat?" gue balik nanya sambil nerima helm dari tangan dia.
 
 

Bukannya jawab, Eki malah decak. Dia turun dari motor, terus buka helmnya. Abis itu lepas beanienya dan langsung dipakein ke gue. Beanie yang sama kayak yang tadi dia pakai pas kirim foto selfienya ke gue.
 
 

"Dingin tahu, yang," katanya sambil teken pipi gue pakai dua tangannya.
 
 

Beneran dingin. Tangannya. Waktu tangannya nyentuh pipi gue, kerasa banget dinginnya. Mungkin gara-gara habis hujan kali ya? Terus kena angin malem juga. Makanya jadi ngefek ke tangannya Eki.

Oh iya Eki juga pakai masker by the way.

Oh iya Eki juga pakai masker by the way

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beneran pilek juga kayaknya.
 

"Mau makan di mana?" tanya gue waktu Eki jauhin tangannya dari pipi gue, terus balik pakai helmnya sendiri. Pun sama gue yang langsung pakai helm yang dikasih dia.
 
 

Gue punya sendiri padahal. Cuma... emang lupa bawa turun, sih. Rencananya kalau Eki nggak bawa helm, mau terobos aja. Udah malem ini, nggak bakal ada polisi lalu lintas yang nilang.
 
 

"Belakang mekdi?"

Gue mukul pundak Eki sambil duduk di belakang joknya.

"Katanya mau yang anget-anget?"

"Lah di situ, 'kan, makanannya juga anget?"

"Tapi itu pecel ayam, sayang. Nggak ada kuahnya."

"Waduh."

"Apaan lo malah waduh waduh?"

"Geter dikit dipanggil sayang."

"GUE CEKEK LO YA!" kata gue sambil pegang lehernya pakai dua tangan. Bisa-bisanya malah fokus ke situ. "Maksudnya tuh yang kuah. Biar hidung lo nggak mampet lagi."
 
 

Gue nggak tahu, sih, yang lain gimana. Tapi, kalau gue sendiri tiap flu atau pilek, pasti makan atau minum yang anget-anget. Entah teh, sekoteng, mie rebus pakai rawit 5 biji. Intinya yang bisa bikin meler deh. Jadi gampang dibuang lendirnya.
 
 

"Apa dong, Ris? Yang kepikiran di kepala gue cuma pecel ayam."

Ini mah antara dia kepengen makan pecel ayam atau emang lagi males mikir aja.

"Soto? Sop? Sekoteng? Bubur kacang ijo?"

"Duh, jadi pengen semua."

"Udah malem, nggak boleh makan banyak-banyak. Lagian, kayak muat aja tuh perut."

"Soto deh. Mau nggak?"

Gue yang lagi senderin dagu di pundak Eki, anggukkin kepala dua kali.

"Minumnya teh anget. Biar bisa keluar semua itu penyakit."
 
 

invisible string; lee heeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang