Queen

543 66 2
                                    

Seokjin menggila, terus berteriak sembari menunjuk nunjuk ke arah suaminya yang hanya bisa membelakakan matanya dengan tatapan kosongnya.

Amarahnya ia luapkan di sana. Kesedihannya ia tumpahkan. Dan kekecwaannya ia curahkan pada alphanya.

Dan di kamar lain ada Taehyung yang terisak tersedu sebab tak berani menumpahkan tangisnya dengan keras. Ia terlalu takut, terlalu takut jika sampai Jungkook melihatnya menangis tersedu-sedu, maka Jungkook akan mengamuk bak orang yang tak punya adab dan sopan santun terhadap orang tuanya, terutama pada Ibunya.

"Menangislah yang keras sampai kamu puas. Aku tidak akan marah pada siapapun, jadi tak usah takut"

Taehyung menggeleng sembari terus meremat kuat ujung kaos over size nya hingga kusut dan lecek. Duduk di pinggir ranjang sambil terus menunduk. Pendampingnya sedang berdiri di depannya, memaku pandangannya dengan terus menatap tajam ke arahnya. Membuat yang ditatap semakin takut tanpa perlu punya kesalahan, padahal Jungkook berusaha untuk berbicara selembut mungkin. Tapi omeganya ini memang tampak begitu rapuh.

"Queen." Panggil Jungkook dengan suara rendah kelewat rendah nya. Jungkook merasa gagal membahagiakan Taehyung. Jungkook merasa jika dirinya telah menempatkan omeganya itu pada jurang neraka.

"Iya?" Dan Taehyung menyahut dengan buliran yang ternyata sudah tak terbendung lagi. Sebegitu mudahnya Taehyung mengeluarkan airmatanya ketika dirinya mulai membuka suaranya.

Perlahan Taehyung mendongak, memberanikan diri mengangakat kepalanya, mensejajarkan iris nya dan bertemu dengan iris berwarna hitam pekat yang sedang menatapnya penuh cinta saat ini. Begitu teduh dan menenangkan.

"Apa aku sudah gagal?"

Akhirnya Taehyung menangis keras dalam pelukan pendampingnya yang dalam satu kali gerakan telah memutar tubuh ringkih Taehyung, mengangkatnya dan lalu memangkunya.

"Tidak Queen! Kamu tidak gagal. Kamu tetap winner nya"

Taehyung menggeleng ribut dan terus saja bergerak mencoba untuk melepaskan pelukan Jungkook. Tapi Jungkook tak akan membiarkannya tentunya, ia malah semakin erat melilitkan tangannya tanpa maksud menyakiti. Hingga gerakan acak pun tercipta secara alami dan berakhir dengan nafas tersengal Taehyung yang telah tidur ambruk di atas tubuh Jungkook.

Mata mereka berdua saling beradu, saling memendar dan saling memeta, hingga lengkuhan dari tubuh yang sedikit melengkung dan menggeliat pun samar-samar telah menjadi pembuka birahi pagi ini.

"Tidak sekarang Jungkookie~ Eunghhh...." Taehyung terus bergerak gelisah. Jungkook mengecupi dengan begitu lembutnya seluruh area wajah Taehyung. Ciuman yang tanpa perlu diutarakan akan kemana arah akhirnya nanti. Ciuman-ciuman ini terlalu basah dan terlalu berarti. Taehyung tak yakin jika Jungkook akan berhenti hanya sebatas menciumi dirinya saja.

Ya... Berakhir dengan Taehyung yang sudah tidur terlentang di atas ranjang besar nan empuk dengan baju yang sudah tersingkap sebatas dada, bahkan hampir menutupi setengah wajah nya.

Putingnya terus diplintir dan diremas dengan gemasnya, membuat Taehyung terus mengerang penuh rengekkan manjanya. Ini terlalu berat untuk di tahan lebih lama lagi.

"Segera Jungkookie~ Aku sudah tidak tahan..." Rengek Taehyung dengan matanya yang setengah terpejam. Tangannya terus mengusak rambut belakang dominannya, kala jemari telah berganti mengelus lembut pipi merah merona dan bibir basah penuh efek bunyi decak telah megambil alih puting yang semakin mencuat bengkak.

Taehyung menelusupkan ke dua tangannya. Bosan bermain rambut belakang milik pria yang mempunyai iris hitam pekat itu. Taehyung kini berpindah menyeret buku-buku jarinya di punggung Jungkook. Membuat seluruh bulu-bulu halus Jungkook menjadi tegang dan meremang.

Jungkook menengadah dan secara reflek tentu merelakan mulutnya kosong tanpa tersumpal puting milik omeganya. Usapan buku jari Taehyung benar-benar telah mengambil alih afeksinya.

Membuat semuanya tak perlu lagi di perlama dan dibuat berbelit. Semua terasa sesak, dan semua terasa penuh. Bukan hanya Taehyung yang ingin meletupkan gairahnya, Jungkook juga sudah ingin segera menumpahkan semua hasrat birahinya.

Kini bukan hanya ada Taehyung yang mendesah, namun juga ada Jungkook yang menggeram. Gerakan pinggulnya kala mendorong dan lalu membenamkan penisnya pada bagian yang paling dalam. Selalu tepat mengenai titik manis milik Taehyung. Hingga rasa kedut, seperti kejut listrik, terus dihantarkan pada batang berurat panjang nan besar milik Jungkook.

Bercinta setelah ber argument panjang ternyata bisa merilekskan pikiran. Melupakan topik sesaat lalu dengan luapan dari cairan kental putih yang telah menyembur terlebih dahulu dari Taehyung setelah Jungkook membantunya dengan handjob sesaat lalu.

Plok...

Plok...

Plok....

Jungkook mempercepat temponya, membuat Taehyung kelimpungan bukan kepalang. Ia baru saja pelepasan sesaat lalu, dan nafasnya pun belum kembali seutuhnya menjadi miliknya. Tapi kini ia sudah harus mengumpulkan segenap sisa tenaganya untuk mengantarkan Jungkook pada puncak klimaks nya.

Semakin dekat dengan klimaks semakin brutal pula gempuran Jungkook menghantam titik manis Taehyung secara bertubi-tubi. Hingga rasa keram pun datang kembali melilit pada perut Taehyung. Tubuhnya tegang seiring dengan berat suaranya yang semakin tetkikis oleh rengekannya.

Akhirnya dalam hentakkan cepat dalam hitungan 5 kali, Jungkook klimaks. Rasa hangat yang hadir dalam hole Taehyung tampaknya membawa nafas lega padanya. Taehyung terengah dan tersenyum sumringah. Ia bahkan telah pelepasan untuk yang ke dua kalinya barusan bersamaan dengan Jungkook.

Sprei pun kusut dan pakaian pun telah lecek. Jungkook mesti berdandan untuk yang ke dua kalinya pagi ini sebelum segera pergi berangkat ke kantor. Jika terhitung karyawan biasa, mungkin Jungkook sudah kena pecat sebab sering datang terlambat.

"Jangan lupa minum vitamin mu." Jungkook menarik tubuh lemas Taehyung. Mendudukannya di atas kasur, dan sedikit memainkan helai per helai rambutnya yang basah karena peluh sembari mengecup singkat tanpa minat bibir yang masih samar-samar mengkilap itu. Dan Taehyung hanya menyahutinya dengan mengangguk patuh.

Sejenak Taehyung mungkin akan melupakan tentang prahara yang terjadi pada rumah tangannya, tapi setelah dirinya hanya berdiam sendiri di dalam kamar, tentu itu bukanlah hal yang mudah untuk melupakan semuanya.

Tidak akan ada yang berani mengusiknya secara fisik, tapi tidak untuk mental Taehyung. Bahkan ketika keadaan di dalam kamarnya begitu hening dan tenang, pikiran Taehyung lah yang berisik dan semakin mengusik sisi tenangnya.

"Apakah aku omega yang penuh ambisi?" Taehyung bermonolog di depan kaca wastafel kamar mandi. Menatap malu-malu pada leher dan juga dadanya yang sudah dipenuhi dengan bercak ruam.

Semua omega pasti menginginkan untuk mendapatkan alpha yang seperti Jungkook. Alpha tampan dengan sejuta cinta di setiap ucapannya. Tapi tak semua alpha akan seperti Jungkook yang mau mengikat sumpah janji sesurganya dengan omega rendahan seperti Taehyung.

Lalu haruskan sekarang Taehyung merutuk dan mengutuk hidupnya sendiri, yang sampai sekarang belum bisa membuat bahagia Jungkook dengan menghadirikan keturunan.

Lalu haruskan sekarang Taehyung merutuk dan mengutuk hidupnya sendiri, yang sampai sekarang belum bisa membuat bahagia Jungkook dengan menghadirikan keturunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang