Taehyung begitu nampak sangat bahagia sekali. Wajahnya begitu berseri, hingga menambah kesan ayu dari dalam dirinya. Senyumannya pun terus merekah sepanjang perjalanan.
"Apa yang membuatmu begitu sangat bahagia queen...?" Tanya Jungkook pura-pura tidak tahu. Jungkook menepuk-nepuk pipi Taehyung yang merona menggunakan punggung tangannya.
Taehyung menghentikan tangan Jungkook yang menepuk pipinya dan lalu menggenggamnya sebelum akhirnya ia menciumi telapak tangan alphanya. Bahkan tak sampai di situ saja, tangan Jungkook masih disita oleh Taehyung. Kini omega yang sedang berbahagia itu mangapit tangan Jungkook di antara pipi dan pundaknya.
Jungkook hanya tersenyum melihat kelakuan omeganya yang menggemaskan seperti itu dan terus memfocuskan pandangannya lurus ke depan menatap jalanan.
Mereka baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan perkembangan janin Taehyung. Dan menurut laporan dari hasil USG, Taehyung sedang mengandung seorang puteri alpha.
Taehyung tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia sudah tidak sabar untuk menanti hari di mana puterinya itu akan lahir. Puterinya pasti akan menjadi alpha yang cantik, tegas dan disegani. Perpaduan antara dirinya dan juga Jungkook.
Perjalanan pulang ke rumah pun terlewat tak terasa dan kini Jungkook sudah membawa masuk mobilnya memasuki halaman rumah yang nampak asing bagi Taehyung.
Terlarut dalam kebahagiaan, bahkan Taehyung tak sadar jika Jungkook sudah membawanya jauh keluar dari keramaian kota Seoul.
"Jungkook... kita ada di mana?" Taehyung menerima uluran tangan Jungkook dan keluar dari dalam mobil. Yang menyambut Taehyung pertama kali saat menginjakkan kakinya di tempat asing ini adalah hamparan dari bunga lili yang sangat cantik.
Pertanyaan yang dilontarkan Taehyung pun menggantung di udara. Bukannya Jungkook yang tidak mau menjawab pertanyaan dari omeganya, tapi omeganya sendirilah yang sepertinya sudah tak meminati jawaban.
Seketika Taehyung langsung terhipnotis dengan hamparan bunga lili yang hampir menutupi jalan menuju ke rumah.
Jungkook meraih tangan Taehyung dan menggenggamnya. Taehyung menoleh dan tersenyum manis ke arah Jungkook.
"Mulai hari ini kita akan tinggal di sini. Membesarkan anak-anak kita dan hidup bahagia bersama." Janji Jungkook pada omeganya yang tengah menatap puja kepadanya.
"Bukankah ini terlalu sempurna untuk omega sepertiku Jungkook?" Taehyung masih menatap puja pada alphanya dan Jungkook membalas tatapan Taehyung dengan penuh damba.
"Karena kau adalah penyempurna dalam hidupku queen... kau adalah semestaku." Jungkook melepaskan genggaman tangannya dan lalu meraih pinggang ramping Taehyung. Melingkarkan tangannya di sana dan menghentak tubuh Taehyung hingga semakin dekat dan lekat untuk dapat dicumbunya bibir Taehyung dengan sangat mesra.
.
.Menyenangkan, tenang dan damai. Taehyung melewati satu harinya ini berlalu dengan begitu sangat cepat sekali.
Kini mereka tengah bergelung di bawah selimut, duduk di sofa menonton televisi sembari memakan camilan.
"Berarti besok aku akan sendiri di rumah?" Tiba-tiba Taehyung merengut, membayangkan seharian duduk bosan sendirian di rumah. Jungkook akan pergi bekerja, dan jika ditambah lembur, mungkin Jungkook baru akan pulang tengah malam nanti.
Jungkook menoleh ke arah Taehyung dan mendapati Taehyung tengah menatapnya sendu. Benar Taehyung akan sendirian di rumah, dan Jungkook tahu itu pasti akan sangat membosankan. Tapi tinggal bersama dengan Ibunya juga bukankah suatu kebaikan buat Taehyung. Jungkook tahu jika usaha Ibunya untuk memisahkan dirinya dengan Taehyung tidak akan berhenti sampai di sini. Bahkan ketika yang selalu dipermasalahkan kini sudah tak menjadi masalah lagi yaitu tentang kehamilan Taehyung. Jungkook masih dapat melihat tatapan benci Ibunya pada omeganya, pendampingnya.
Tangan Jungkook melingkar di perut Taehyung. Gerakannya cepat tapi lembut. Dalam satu kali hentak duduk Taehyung sudah perpindah dari yang di atas sofa menjadi di atas paha.
"Lalu apakah aku harus mengajakmu ke kantor?"
Punggung Taehyung seketika terhenyak kaget, dan dirinya pun reflek menahan nafasnya. Jungkook menelupkan tangannya, mengusap lembut punggung omeganya yang duduk di atas pangkuannya, membelakanginya.
"Jungkook akhhh..."
"Apa queen... katakan."
Duduk Taehyung di atas paha Jungkook semakin resah. Tangan Jungkook sudah mulai bergerak liar ke depan. Mengelus perut Taehyung yang dalam beberapa bulan ke depan pasti akan buncit.
Jungkook memainkan puting Taehyung, mengelusnya dan menyentil-nyenyil dengan jarinya. Tangan Taehyung yang semula berniat untuk menghentak pergerakan tangan Jungkook. Kini hanya diam bertumpu di atas tangan Jungkook yang bergerak cabul.
"Bisakah kau pulang lebih cepat saja setiap hari." Ucap Taehyung seraya melebarkan pahanya yang entah ia sadar atau tidak.
"Boleh... tapi itu bersyarat." Jungkook mengulas senyum smirk nya di belakang Taehyung. Aura dingin seketika menyeruak tembus ke pori-pori Taehyung.
"Kau lupa kata dokter Jungkook....?" Gerutu Taehyung ditengah lonjakan rangsangan yang sudah mulai meningkat.
"Dan aku yakin kita bisa bermain aman."
Taehyung tersenyum dan membiarkan semua gerakan tangan Jungkook menjajah habis tiap lekuk tubuhnya. Sesekali memejamkan mata menikmati tiap sentuhan yang selalu sukses membuat darahnya berdesir.
.
.Eunha mengepulkan asap nikotinnya, membumbung tinggi ke udara. Senyumannya begitu merekah dan itu terlihat cantik di mata Ayahnya yang kini masih terus menatapinya di dalam mobil.
"Alpha bodoh!" Caci Eunha. Matanya masih focus menyorot jalanan yang hanya ada satu arah, dan sudah dipastikan di sana juga hanya ada satu rumah saja. Jalanan ini tentu sangatlah tidak asing bagi Eunha. Beberapa kali ia bahkan pernah datang ke tempat ini bersama dengan Ibu Jungkook. Rumah yang ditempati Jungkook dan Taehyung sekarang ini adalah rumah peninggalan dari kakek dan nenek Jungkook, orang tua dari Ayahnya atau sebut saja pamannya Namjoon.
"Apa kau senang sayang?" Tanya Junmyeon pada puterinya yang langsung diangguki dengan sangat antusias.
"Aku sudah tidak sabar Ayah...."
Junmyeon menegakkan punggungnya, bersandar pada frame jok mobilnya dan lalu menstster mobilnya. "Ikuti aturan main yang sudah Ayah terapkan. Atau semua rencana akan gagal."
Eunha membuang mukanya dan mencebikkan bibirnya. Jujur ia tak sesabar Ayahnya. Ia sudah tidak sabar untuk segera menghancurkan Taehyung. Terlebih mulai sekarang Taehyung akan tinggal sendirian di rumah. Itu akan mempermudah segalanya.