Ketika Jonathan terlihat kalut saat berada di rumah sakit karena panggilan telponnya tak kunjung terjawab, di tempat lain Seokjin tengah merasakan apa itu yang namanya berdiri diantara hidup dan mati.
Seokjin dan Eunha diam terpaku di tempat. Lengan Eunha digenggam erat oleh Jungkook dan matanya yang gelap mengunci Ibunya yang berdiri di hadapannya.
"Katakan, atau aku akan mencaritahunya sendiri." Tangan Jungkook meremat kuat lengan Eunha hingga gadis itupun terus meringis kesakitan. Tapi tak Eunha samasekali tak berani mengatakan pada Jungkook jika lengannya sakit.
Seokjin masih dengan raut wajah yang dibuat setenang mungkin. Apapun yang akan dikatakan oleh Eunha, Seokjin pastikan jika itu tak akan berpengaruh padanya. Seokjin akan memutar balikkan fakta sampai Jungkook mempercayainya. Jadi untuk saat ini, Seokjin memilih diam dan melihat sampai kemana Eunha akan melakukan pembelaan dirinya.
"Masih tidak ada yang mau bicara. Baiklah.... kalau begitu aku yang mulai." Perlahan Jungkook melepaskan genggaman tangannya pada Eunha, dan akhirnya gadis itu bisa menarik nafas lega.
Jungkook duduk di sofa dan lalu merogoh benda kecil yang ada di saku kemejanya.
"Aku memiliki semua hasil rekaman pada hari di mana Taehyung menghilang." Jungkook memainkan flash disk yang ada di tangannya. Dan Seokjin yang melihatnya reflek bergerak satu langkah. Ingin sekali ia merebut flash disk itu dan lalu melihat isi di dalamnya.
"Mana mungkin. Kau pasti salah."
Ucapan Eunha yang spontan seperti itu sontak mengundang tawa pada Jungkook. Apanya yang tidak mungkin, dan apanya yang salah. Jungkook menunduk menatap flash disk di tangannya. 'Kau benar-benar pintar Shanum'
"Apanya yang tidak mungkin? Aku sudah menemukan Hecker untuk meretas semua rekaman CCTV di rumahku. Bahkan rekaman yang dibekukan pun sudah dipulihkan semua. Dan itu berkat Ibu yang mempertemukanku dengan Shanum." Jungkook menatap Seokjin dan tersenyum bahagia.
"Ayolah.... aku tahu kalian tak menyukai Taehyung, dan aku juga tahu jika berita ini tidak menyenangkan untuk kalian. Tapi setidaknya, bisakah kalian memberikanku selamat karena sudah menemukan keberadaannya omegaku." Jungkook menatap bergantian pada Eunha dan lalu Ibunya. Ibunya masih bisa menjaga ketenangannya, tapi tidak untuk Eunha.
"Baiklah... selamat untukmu Jungkook..." Ucap Eunha.
"Lalu kenapa kau masih di sini jika memang kau sudah menemukan keberadaan Taehyung." Eunha ingin mencoba pintar. Dia tidak boleh termakan oleh ketakutannya sendiri. Emosinya sesaat lalu di depan Ibu Jungkook, sudah hampir membuatnya hancur.
"Aku butuh bantuan kalian."
Seokjin mengepalkan tangannya yang sudah berkeringat dingin. Dia tahu jika puteranya ini hanya sedang ingin mengajaknya berputar-putar. Seokjin yakini jika flash disk itu kosong. Jika Jungkook bisa mendapatkan Hecker handal, maka seharusnya ia pun juga bisa mendapatkannya. Jangan dipikir Seokjin juga tak ingin memulihkan rekaman yang sudah dibekukan.
"Apa maksudmu Jungkook? Seokjin bertanya dengan pandangan matanya yang terus bergerak acak. Untuk menutupi kehidupannya kini Seokjin berjalan menuju tempat duduknya lagi.
Hening beberapa waktu, karena Jungkook sendiri juga tidak tahu apa yang sedang ia lakukan di dalam kantor Ibu nya. Niat kedatangan Jungkook hanya ingin menyerahkan laporan penjualan saham pada Ibunya. Tapi mendengar ada keributan di dalam ruangan kerja Ibunya, Jungkook pun tertarik untuk ikut bergabung, terlebih lagi setelah Jungkook diberitahu Shanum, untuk mencoba menekan orang sekitar. Coba berikan mereka tuduhan meski itu tanpa dasar. Di sana nanti sifat asli mereka akan keluar.
Jungkook pun kini mengikuti saran Shanum. Lagipula benar atau salah tak ada ruginya bagi Jungkook. Bahkan jika ia dikatakan gila pun, itu juga masih tak masalah baginya. Karena wajar, jika seorang alpha menggila karena sudah kehilangan alphanya.