Tiga minggu setelah perdebatan hebat di meja sarapan, Jungkook harus pergi melakukan perjalanan bisnisnya. Biasanya Jungkook akan selalu ikut mengajak Taehyung. Selain untuk menemanya, Taehyung juga bisa membantu dalam pekerjaan Jungkook.
Tapi entah kenapa kali ini kepergian Jungkook semuanya tampak berbeda. Jungkook tak ada tanda-tanda ingin mengajak pendampingnya itu untuk pergi dalam perjalanan bisnisnya kali ini. Begitupun juga Taehyung yang tak ada inisiatif menawarkan dirinya untuk ikut pergi seperti biasanya.
Semua nampak hambar tiba-tiba yang entah sebab apa. Taehyung sendiri memilih untuk berdiam di rumah saja tanpa melakukan kegiatan apapun, di dalam maupun di luar rumah, dengan catatan harus rela tutup mata dan telinga.
"Astaga... Eunha sayang.... Makin hari kamu kok makin cantik." Seokjin memuji penuh tanda sindiran di setiap kalimatnya. Ditekan dan diucapkan sekeras mungkin. Khawatir orang yang sedang mengaduk cokelat hangat di meja pantry tidak mendengar.
Taehyung tidak tuli untuk selama dua minggu ini di mana ia selalu mendengar dua orang yang terus berbincang merencanakan masa depan, seolah garis takdir merekalah yang menggariskan.
Semenjak kepergian Jungkook, seorang perempuan bernama Eunha sudah tak terhitung lagi berapa kali dalam sehari mendatangi kediaman keluarga Jeon. Seolah ini adalah rumahnya yang ke dua.
"Aku sudah tidak sabar untuk segera menimang cucu." Seokjin terkekeh dan Taehyung merasa mual. Cokelat hangat sudah tak senikmat saat pertama kali diminati barusan.
Inginnya Taehyung tentu saja mengabaikan keberadaan dua orang yang tentunya sengaja untuk menggunjingnya. Tapi sudah berapa hari terlewat, dan mereka tampak tak ada niatan untuk menghentikan semuanya itu.
Seokjin terus saja memuji tentang segala kecantikan dari omega bernama Eunha, omega perempuan yang mempunyai persentase kehamilan 99% tentunya. Berbeda dengan omega laki-laki seperti Taehyung, yang bisa dikatakan hampir mustahil. Kecuali jika Taehyung mau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Seokjin dahulu.
Menanam rahim seorang omega perempuan.
Ya... Taehyung lebih dari kata mau dan sangat ingin melakukan apapun, menghalalkan segala cara agar dapat memberikan keturunan pada keluarga Jeon, namun Jungkook selalu menolak keras dan tak memberikan ijin nya.
Meninggalkan suara gunjingan yang hanya membuat hatinya sakit, Taehyung berbaring lemah di atas tempat tidurnya.
Sudah empat hari ini ia merasa tidak enak badan, tapi belum bisa pergi ke Dokter dengan benar untuk memeriksakan kondisinya, sebab Taehyung menginginkan Jungkook untuk segera pulang terlebih dahulu.
Namun sepertinya semesta tak merestui keinginannya yang sederhana itu.
_Jungkookie~ Bisakah urusan bisnisnya dipercepat? Aku ingin Nungkookie segera pulang_
Wajah Taehyung merah padam, suhu tubuhnya telah mencapai 37.9° C. Taehyung mengalami demam dan Jungkook di seberang sana dilanda dilema. Antara pikirannya yang was-was khawatir dengan keadaan omeganya, tapi pekerjaannya juga tidak bisa ditinggalkan.
_Tidak bisa Queen. Paling cepat itu masih akan memakan waktu tiga minggu lagi. Pekerjaanku tidak bisa diselesaikan dengan cepat, dan berhenti merajuk. Jika seperti ini kamu hanya mengacaukan konsentrasiku saja Queen_
Taehyung mencoba meredam tangisnya, ia tak mau Jungkook semakin marah. Taehyung hanya rindu dengan alphanya yang sudah meninggalkannya selama 22 hari lamanya.
Namun seakan permintaannya begitu mahal, Taehyung dapat merasakan ada nada amarah di dalam suara rendah alphanya.
Tak mau semakin larut dalam pertengkaran, Taehyung memilih diam, tidur meringkuk di atas sofa sembari memeluk kemeja terakhir yang dipakai Jungkook sebelum ia pergi. Kemeja itu sengaja belum dicuci Taehyung agar bau khas Jungkook tak memudar. Meski perlahan kini sudah mulai samar dan hampir menghilang.
Omega Taehyung benar-benar sedang menrindukan alpanya.
Lama tak ada sahutan lagi, Jungkook pun mengakhiri panggilan antar Seoul dan China itu dengan Taehyung yang hanya ber dehem singkat tanda ia masih menyahut ucap pamit dari alphanya sebelum menutup telpon nya.
Malam ini semuanya akan Taehyung lewati seperti malam-malam ketika Jungkook meninggalkannya. Tidur dalam dekapan kesunyian dan bertemankan keheningan yang hanya semakin membuat Taehyung merasa hampa dan dingin.
"Aku merindukan Jungkookie~"
Airmatanya bergulir membasahi kemeja lecek Jungkook yang masih berada dalam genggaman tangan Taehyung yang semakin mengepal erat.
Kepalanya terasa sangat sakit seperti ada ratusan jarum yang datang dan pergi silih berganti menusuki kepalanya. Bahkan ketika heat nya datang sebelum ia bertemu dengan Jungkook, rasanya juga tak akan sesakit ini.
.
.Paginya Taehyung benar-benar tak beranjak bangun dari tempat tidurnya. Ini bukan masa heat nya tiba. Tapi rasa sakitnya melebihi rasa sakit apapun. Punggungnya seperti tengah disayat-sayat dengan silet yang tak kasat mata.
Tubuhnya mendadak kaku atau mungkin hanya Taehyung saja yang malas beranjak dari tempatnya ia berbaring. Yang pasti demamnya sejak semalam belum juga turun.
Wajah ayunya kian pucat dan bibirnya semakin kering. Jari-jarinya pun mengalami tremor, hingga untuk meraih gelas air yang berada di samping ranjangnya, Taehyung pun tak bisa.
"Sakit Jungkookie~" Rintih nya dalam sunyi sendiri di dalam kamar yang menggema menyayat hati Taehyung sendiri.
Perlahan apa yang ia takutkan dan khawatirkan terjadi satu persatu. Dari Jungkook yang mulai mementingkan pekerjaannya dan juga hadirnya orang ke tiga diantara hubungan mereka.
Eunha bukanlah orang baru, Eunha juga bukan wajah baru. Taehyung cukup mengenalnya, bahkan jauh sebelum ia menjalin hubungan dengan Jungkook.
Gadis bernama Eunha adalah seorang omega yang pernah di rumorkan sebagai kekasih Jungkook. Mereka dekat, bahkan seringkali mereka ber dua tertangkap oleh para rekan kerja tengah melakukan makan malam romantis.
Tak jarang Jungkook dan Eunha pun juga saling memposting foto-foto mereka berdua di akun sosial media mereka masing-masing, dan lalu saling mengomentari.
Namun sejauh itu Taehyung tidak pernah satu kalipun terusik. Tapi kali ini kenapa semuanya terasa berbeda. Apapun yang ia lihat dan dengarkan terasa menyakitkan.
Ditambah dengan Jungkook perlahan juga mulai dingin sikapnya.