Manik mereka bertemu, saling menyelam di kedalaman samudra rindu. Berlomba akan siapa yang tenggelam lebih dulu dalam lautan kasih.
Jungkook menyerah, ia kian merapat dan mendekap tubuh omeganya yang seketika memecahkan tangisnya. Kenapa, kenapa rasa cinta yang mereka miliki satu sama lain harus berjalan rumit dan sangat menyakitkan seperti sekarang ini.
Taehyung terus tergugu dalam pelukan Jungkook, dan Jungkook pun juga tak ada niatan untuk menghentikan tangis Taehyung, apalagi melarang Taehyung untuk menangis. Taehyung pantas menangis, Taehyung berhak menangis. Ia telah melewati rasa sakit yang sudah berada di luar batas kemampuannya.
Punggungnya masih bergetar, namun suara isakannya sudah mulai mereda, Jungkook merenggangkan pelukannya dan kembali menatap lamat wajah pucat dari omeganya sebelum Jungkook mencumbu mesra dan basah bibir ranum yang sudah lama ia rindukan.
Ciuman itu semakin dalam dan semakin menuntut. Bahkan Jungkook tak perduli lagi jika Taehyung mengalami sesak nafas karena mengimbangi ciuamannya. Jungkook melesakkan lidahnya ke dalam mulut Taehyung, mendesak dan menuntut puncak cumbuan yang lebih panas. Hingga cumbuan pun berakhir dengan nafas Taehyung yang terengah.
Senyum tampan tercipta di wajah Jungkook kala menatap paras elok dari omeganya. Wajahnya total merah, perpaduan antara marah dan gairah. Dan tak lama setelah Jungkook memikirkan hal itu satu pukulan mendarat di dadanya.
"Aku membencimu Jungkook..." Kata Taehyung dengan nada kesal yang langsung dihadiahi Jungkook dengan kecupan lembut di pipi kanan dan kirinya.
"Sama, aku juga sangat membencimu. Aku benci dirimu karena terus menyiksa pikiranku."
Dapat dilihat Jungkook bagaimana wajah Taehyung yang merengut. Dan itu sangat imut. Seakan tak puas memaku wajah Taehyung dalam pandangannya. Jungkook benar-benar tengah merangkumnya kini, meringkasnya dalam otaknya. Jika hanya ada satu orang saja yang akan menjadi penentu hidup dan matinya.
Onyx Jungkook terus memeta dan memindai omega di hadapannya, hingga pandangannya kini jatuh pada perut yang belum terlalu buncit tapi dapat Jungkook rasakan jika itu sangatlah keras. Jungkook menelusupkan tangannya masuk ke dalam baju piyama setelan dari rumah sakit. Lalu mengelusnya dengan begitu sangat lembut dan berhati-hati.
"Apa anak kita baik-baik saja di sana." Itu hanya pertanyaan basa basi dari Jungkook saja yang lontarkan. Sudah jelas dokter mengatakan jika untuk beberapa bulan ke depan sampai omeganya melahirkan, Taehyung harus mendapatkan perhatian dan perawatan ekstra. Fisik dan mentalnya rusak secara bersamaan. Dan mengingat ucapan dokter yang mengatakan hal itu, Jungkook hampir menangis di depan Taehyung.
"Hey... mereka baik-baik saja Jungkook... apa yang membuatmu sedih." Taehyung menangkup wajah alphanya yang tengah menunduk sendu. Dan mendengar Taehyung mengatakan 'mereka' seketika senyuman Jungkook terukir kembali.
"Aku hanya sudah tidak sabar untuk bertengkar dengan ke dua puteraku, sayang..." Kelakar Jungkook yang langsung mendapatkan protes panjang kali lebar dan tak ada habis-habisnya dari Taehyung.
Taehyung mengandung dua janin yang diperkirakan dua-dua nya berjenis kelamin laki-laki. Tapi entah, alpha, beta atau omega, itu belum bisa dipastikan sampai usia kandungan Taehyung 7 bulan nanti.
. .
Seokjin termenung di depan tanah yang bergunduk. Semua ambisi dan ke obsesiannya telah terkubur bersama dengan jenazah suaminya, alpanya, Namjoon.
Seokjin hanya omega yang sederhana pada awalnya, namun cinta yang menjurus ke obsesi telah merubah kepribadian Seokjin seutuhnya. Namjoon yang samasekali tak pernah memandangnya, ia gilai setengah mati. Sementara Jonathan yang selalu siap menjadi gardanya tak pernah Seokjin anggap sekalipun, selain hanya apa yang bisa ia manfaatkan pada diri Jonathan.
Kini airmata pun sudah kering dan penyesalan sudah tak ada gunanya. Bahkan ketika Jungkook tidak melaporkan tindakannya yang sudah menyembunyikan keberadaan Taehyung selama ini, hanya untuk mengucapkan rasa terimakasihnya bibir Seokjin terasa kelu.
Seokjin tahu jika puteranya tak sedang menunjukkan baktinya padanya. Tapi puteranya itu tengah mematikan perasaannya. Jungkook samasekali sudah tak memperdulikan keberadaan Ibunya. Ada atau tidak ada, semuanya Jungkook anggap tak ada. Tak ada Seokjin dan tak ada Ibu. Jungkook hanyalah seorang yang hidup sebatang kara, sama seperti Taehyung.
Jungkook menggenggam tangan Taehyung, meninggalkan pemakaman yang masih remai didatangi tamu untuk melayat. Jungkook berharap kesakitannya berakhir sampai di sini. Jungkook tak mau kehilangan siapapun lagi, Jungkook tak mau mematikan perasaannya lagi.
Eunha meninggal saat perjalanan ke rumah sakit, dan Ayahnya, Junmyeon juga meninggal setelah sempat mengalami kecelakaan karena menerobos jalanan satu arah. Jungkook tak pernah memikirkan ending se tragis itu meski mereka ber dua pernah hampir membunuh omeganya.
Jungkook membukakan pintu mobil dan memastikan Taehyung masuk dan duduk dengan nyaman sebelum ia membuka pintu yang sebelah dan lalu duduk di belakang kemudi.
Lama berselang, namun tak ada tanda-tanda mobil yang di stater. Taehyung melirik ke arah Jungkook, sebelum akhirnya menoleh total dan menjulurkan tangannya. Meraih tengkuk Jungkook dan menariknya lembut ke dalam pelukannya. Alpanya sudah menahan sejak lama tangisannya. Dan sekarang Taehyung akan memberikannya ruang untuk Jungkook bisa menumpahkan airmatanya sepuasnya.
Jika ditanya siapa yang lebih sakit di sini, Jungkook lah orangnya. Karena aemua orang-orang yang sudah jahat pada Taehyung berasal dari pihak Jungkook.
"Maafkan aku Taehyungie... maafkan aku... Karena aku mereka membencimu, karena aku mereka melukaimimu, dan karena aku mereka bahkan hampir membunuhmu." Jungkook terus terisak dibalik pelukan omeganya. Wangi pheromone dari omeganya, ia hirup dalam-dalam, berharap itu bisa menenangkannya.
"Kau harus menebusnya dengan mencintaiku lebih banyak lagi." Ucap Taehyung sembari merenggangkan pelukannya dan menatap lembut ke arah Jungkook yang masih tetap terlihat tampan meski menangis sesenggukan.
"Tentu. Kupastikan itu." Jungkook tersenyum dan lalu melumat bibir Taehyung dengan lembut. Hanya lumatan tanda ada unsur menuntut. Tapi meski begitu lumatan itu tak berakhir sederhana. Tetap ada yang berdesir dalam darah Jungkook dan Taehyung. Dan jika Jungkook tak segera mengakhirinya, mungkin napsunya akan menguasainya lagi seperti semalam, dan hampir membuat Taehyung pingsan lemas.
Mobil Jungkook pun melaju, meninggalkan area pemakaman. Ia dan Taehyung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Dalam minggu-minggu ini, ia akan disibukkan dengan penyiapan beberapa berkas dan dokument. Jungkook sudah putuskan jika dirinya tak akan tinggal lagi di Korea. Tidak ada yang salah dengan negeri gingseng ini, hanya saja terlalu banyak luka yang sudah Jungkook dan Taehyung rasakan di sana. Sehingga untuk mengingat kenangan yang manis saja rasanya begitu sangat sulit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hallo... aku ada pdf free one shot ber judul CHANGE OF LOVE