three: Tetangga Mas Dipta

131 33 0
                                    


🦊🦊🦊

Kaki disilang dan tangan sibuk memotong motong koran menjadi bentuk love, segabut itukah dirikuu? Haa..... em, wangi kencur.

Ku kibas kibaskan udara didepan wajah karna mencium bau bau kencur, aku benci kencur. Aku melirik ke kanan, mencoba mencari siapa yang memakai kencur hingga aromanya menyengat seperti ini.

"Haa... capek juga."

Aku menoleh kekiri, sedikit terkejut melihat seorang pria tengah meletakkan sepatunya didekatku dan dia juga menatapku dengan alis terangkat satu.

Pantas saja bau kencur, ternyata sikil pria itu yang menebarkan aroma busuknya.

"Eh, ada pendek. Ngapain lu disitu?"

Mendengar hinaan itu aku mendengus, tak adakah pujian disiang yang panas ini? Kenapa aku selalu mendapatkan hinaan sejak tadi?

Hari sabtuku sangat sial.

"Mas Tio baru pulang?" Tanyaku.

Mas Tio, dia tetangga kamar kos Mas Dipta, aku lumayan dekat dengannya, karna Mas Tio orangnya seru dan no jaim jaim. Gak kayak Mas Dipta sama Mas Agam. Kaku dan jaim banget depan cewek.

Mas Tio mengambil duduk disebelahku, dia melempar sepatunya kearah rak sepatu yang tersedia dimasing masing teras kamar kosan.

"Iya, nenek gue maksa mulu buat nginep lebih lama dikampung. Jadi, ya gini, baru pulang." Lalu dia menatapku, mengangkat dagunya sekali. "Lo juga, baru pulang?"

"Iya, kemarin malam. Baru sempat pulang karna baru dapet libur," jawabku.

Ku intip dari ujung mata, Mas Tio tampak sedang menyandarkan tubuhnya pada dinding dan kedua tangannya memeluk satu kaki yang ia tekuk.

"Kata bukos, akhir akhir ini dia sering kesepian. Lo jarang pulang, sama jarang ngabarin. Mba Vinka juga mulai mulai sibuk, Mas Fajar apa lagi."

Mendengarnya aku jadi sedih, apa, setelah Wisuda nanti aku menetap dibekasi saja? Tapi, bagaimana dengan studioku yang ada dijakarta?

"Bukos itu udah berumur, Wi. Gak bagus ditinggal sendirian, ntar kalo ada apa apa gimana?"

Aku menatap Mas Tio. "Ish! Mas Tio jangan gitu doooong!"

Kan jadi takut ninggalin Bunda, apalagi sekarang usia Bunda sudah masuk 60 tahun.

"Gue cuma ngingetin, Wi. Gak bermaksud nakut nakutin," Mas Tio menatapku lekat lekat, lalu ia membuang pandangannya, ku lihat mata Mas Tio mulai memerah.

"Jangan rasain apa yang gue rasain, Wi." Lirihnya dengan suara parau.

Ah, suasana mendadak jadi sedih karna ucapan Mas Tio. Aku jadi bingung, bagaimana cara untuk mencairkan suasana buruk ini? Aku tidak mau ada drama tangis tangisan sampai mata bengkak kayak habis digigit Siwon, eh maksudnya Tawon.

"Mas Tio jangan sedih dong, kan aku jadi ikut sedih."

Ku usap mataku yang mulai berkaca kaca dengan koran ditangan. Tiba tiba aku mendengar suara tawa dari pria disebelahku.

Challenge in December || END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang